Sesampainya di hutan kecil, Chen Ke menepuk bahu Ye Qinghan: "Xiao Ye, kau tinggal di Qingfeng Ling ingin menyelidiki urusan Kota Mang dari Wang Fu ya?" Tembakan langsung Chen Ke membuat Ye Qinghan hanya bisa mengangguk. Chen Ke berbisik: "Dia takkan bocorkan apapun. Bagaimanapun dia orang Keluarga Wang. Ada hal yang sekalipun tahu, takkan diungkap."
Ye Qinghan paham status Chen Ke. Terkejut mendengar pernyataan itu, menurutnya Chen Ke seharusnya punya sikap jelas dalam masalah prinsip seperti ini. Melihat keraguan di mata pemuda itu, Chen Ke bertanya: "Kenapa? Kira aku tak pantas bicara begitu? Jujur saja, aku yang tanya pun dia takkan jawab. Tapi satu hal pasti: Dia tak terlibat dalam seluruh kasus ini."
Ye Qinghan berkata: "Tuan Chen, bagaimanapun juga, Wang Fu adalah saksi kunci dalam penyelesaian kasus. Membiarkannya pergi seperti ini, mungkin tidak tepat?" Chen Ke tersenyum: "Saksi kunci? Atas dasar apa kau begitu yakin dia saksi kunci? Kalaupun iya, tanpa dia kalian tidak bisa menyelesaikan kasus?" Ye Qinghan panik: "Ini..."
Chen Ke berkata: "Jangan bertele-tele lagi, masalah ini sudah diputuskan. Lagipula Wang Fu memang punya urusan penting. Untuk urusan penyelesaian kasus, kalian harus lebih bersungguh-sungguh lagi." Ye Qinghan berkata: "Begini saja, izinkan saya melapor ke Pak Shu."
Chen Ke berkata: "Bagus, suruh dia bicara denganku."
Ye Qinghan menelepon Shu Yi. Shu Yi mengangkat telepon: "Qinghan, ada apa?" Chen Ke berbisik: "Ini Chen Ke!" Shu Yi tersenyum: "Tuan Chen, apa kabar?" Chen Ke berkata: "Ada hal yang perlu kubicarakan. Saya akan membawa Wang Fu ke Beijing. Sudah saya beri tahu Xiao Ye. Kejadian di Kota Mang tidak ada hubungannya dengan Wang Fu. Tentu saja, mungkin dia tahu beberapa hal. Tapi meski saya tanya, dia tetap diam. Saya paham, dia kan orang Keluarga Wang."
Mendengar perkataan Chen Ke, Shu Yi berpikir sejenak: "Tuan Chen, karena Anda sudah bilang begitu, terserah Anda." Chen Ke berkata: "Kalau begitu kita sepakat. Tolong beri tahu Xiao Ye." Shu Yi tertawa: "Tuan Chen, tentang Xiao Ye, apakah Anda..."
Chen Ke berpikir sejenak, lalu memahami maksud tersirat Shu Yi. Ia tersenyum: "Xiao Shu, kau memang tak pernah mau rugi dalam bisnis. Baiklah, mengingat aku berhutang budi pada kalian." Ia menyerahkan HP-nya ke Ye Qinghan: "Silakan bicara dengan Pak Shu-mu." Ye Qinghan menerima telepon: "Pak Shu!" Shu Yi berkata tenang: "Qinghan, lakukan seperti yang Tn. Chen katakan!" Ye Qinghan bertanya: "Pak Shu, apa ini boleh?"
Shu Yi menjawab: "Tanpa tukang daging Zhang, masak kita tak bisa makan babi? Tn. Chen sudah menyatakan tak terlibat kasus ini dan memberikan jaminan. Jika Wang Fu benar bersalah, kita masih bisa menindaknya nanti. Ngomong-ngomong, tadi aku sudah berdiskusi dengan Tn. Chen. Dia boleh membawa orang itu, tapi harus memberimu hadiah khusus dulu!" Ye Qinghan terdiam sejenak. Shu Yi bukan tipe yang bertansaksi dengan prinsip. Ada apa ini? Namun dia tak berani mempertanyakan keputusan atasannya: "Mengerti, Pak Shu!"
Setelah menutup telepon, Chen Ke tersenyum pada Ye Qinghan: "Sudah dengar perintah Pak Shu-mu?" Ye Qinghan mengangguk: "Pak Shu sudah berpesan, semua mengikuti keputusan Tn. Chen." Chen Ke berkata: "Baik, urusan dinas selesai. Xiao Ye, pukul aku! Dengan segenap kemampuanmu!" Ye Qinghan bingung: "Mengapa?" Chen Ke bermuka masam: "Lakukan saja, jangan banyak tanya! Ingat, gunakan seluruh kekuatanmu."
Ye Qinghan sebenarnya juga kesal di lubuk hati. Menurutnya, Chen Ke terlalu angkuh dan sedikit arogan. Karena Chen Ke menyuruhnya menyerang, ia pun tak sungkan. Kedua tinjunya terkepal erat, napasnya diatur, fokus terkumpul. Dengan teriakan kecil, siluetnya berkelebat menyerang Chen Ke! Meski tidak punya dasar ilmu bela diri, kemampuan bela diri bebas Ye Qinghan terasah melalui latihan praktik. Setiap jurusnya sederhana, cepat, dan mematikan.
Chen Ke diam-diam mengagumi, gerakan Xiao Ye ini memang lincah.
Tinju Ye Qinghan bahkan tak menyentuh baju Chen Ke. Hanya dengan gerakan kecil di tempat, Chen Ke berhasil menetralisir serangan mematikan itu. Hati Ye Qinghan berdebar: Ahli sejati memang berbeda, sama sekali di luar kemampuannya. Ia berhenti, menghela napas: "Tuan Chen hebat! Qinghan jelas bukan lawannya."
Chen Ke tersenyum sambil menggeleng: "Pemuda, jangan merendahkan diri. Di kalangan muda, kau termasuk berbakat. Kebetulan kita bertemu di sini, ini takdir. Selain itu, aku sudah berjanji pada Kepala Shu untuk memberimu hadiah perkenalan. Mari, akan kuajari kau 'Tai Chi aliran Chen'!" Ye Qinghan tak menyangka mendapat kesempatan emas. Ia tak bisa menyembunyikan sukacitanya: "Terima kasih, Tuan Chen!"
Chen Ke berkata: "Tidak perlu berterima kasih, sebenarnya jurus tinju ini sangat biasa-biasa saja, banyak penggemar Tai Chi yang bisa." Ye Qinghan terdengar kecewa, Chen Ke kembali tersenyum: "Kelihatannya kamu sangat kecewa?" Ye Qinghan adalah orang yang jujur, mengangguk pelan: "Jujur saja, memang sedikit!" Chen Ke melanjutkan: "Jurusnya memang biasa, di mata banyak orang, jurus ini tidak memiliki banyak kekuatan serangan, mereka salah, alasan jurus ini sederhana adalah karena telah disederhanakan melalui evolusi puluhan generasi keluarga Chen."
Setelah mengatakan ini, Chen Ke mulai mendemonstrasikan gerakan secara perlahan.
"Ini bukan penyederhanaan sembarangan, tapi kembali ke hakikat sejati! Bocah, kalau kamu bisa memahami jurus ini sampai tuntas, kamu akan mengerti, meski terlihat sederhana tapi menyimpan ribuan perubahan. Bayangkan, Tai Chi melahirkan dua prinsip, dua prinsip melahirkan empat simbol, empat simbol melahirkan delapan trigram, ketidakpastian tak terbatas, perubahan tak berujung." Chen Ke terus mendemonstrasikan sambil berbicara perlahan.
"Bocah, jurus ini seharusnya sudah pernah kamu pelajari!" tanya Chen Ke.
Ye Qinghan mengangguk, Chen Ke berhenti kemudian berkata: "Kalau begitu coba kamu praktikkan!" Ye Qinghan mulai dengan serius menggerakkan tangannya, ia memukul dengan lambat, setiap taktik dan gerakannya sangat normatif. Di lubuk hati Ye Qinghan ada sedikit rasa bangga, dulu banyak orang bilang Tai Chi-nya sangat mengikuti pakem.
"Tapi dia melihat Chen Ke di samping sambil menggelengkan kepala dan menghela napas. Dia berhenti: 'Tuan Chen, ada yang tidak beres?' Chen Ke bertanya: 'Ku tanya, tahukah kamu mengapa Tai Chi biasanya dipraktikkan dengan lambat?' Ye Qinghan tertegun, dia memang belum pernah memikirkan hal ini. Chen Ke menjelaskan: 'Tai Chi dilakukan perlahan karena dua alasan. Pertama, menekankan pernapasan dan sirkulasi qi. Kedua, Tai Chi mengandung perubahan kosmis dan prinsip Yin-Yang Wu Xing. Dengan kelambatan, kita mencapai pencerahan dan kebijaksanaan.'"
"Gerakanmu memang sesuai aturan, terlihat sempurna. Tapi meski mempraktikkan Tai Chi, hatimu tidak menyatu dengan filosofinya. Kamu tidak mengikuti aliran qi sesuai perubahan jurus. Ini hanya akting, pamer! Dalam tinjumu, kulihat kecongkakan dan kurangnya ketenangan yang semestinya." Setelah berkata demikian, Chen Ke memandang Ye Qinghan dengan tenang.
Ye Qinghan terkejut. Selama ini dia menganggap Tai Chi yang dipelajarinya selama pelatihan hanyalah senam kesehatan biasa. Meski dipelajari dengan serius, tujuannya hanya untuk menghadapi tes. Terhadap manfaat sejatinya, dia selalu meremehkan dan tidak percaya.
Mendengar penjelasan Chen Ke, wajah Ye Qinghan dipenuhi rasa malu. Chen Ke melanjutkan: "Xiao Ye, hadiahku tetap jurus Tai Chi ini. Tapi kuberi kunci untuk membuka rahasianya, agar kau tahu cara memasuki ruang dalam!" Ye Qinghan buru-buru menjawab: "Mohon petunjuk Tuan!" Saat ini, sikap meremehkannya sudah hilang, tutur kata dan sikapnya penuh hormat.
Chen Ke berkata: "Bukankah tadi sudah kuberitahu? Tai Chi dilakukan perlahan karena pertama, harus mengikuti alur jurus dari awal hingga akhir untuk mengatur qi dan pernapasan. Kedua, untuk merenungkan dan memahami unsur ketidakpastian alam serta prinsip Yi Jing, menunjukkan kebijaksanaan!" Ye Qinghan mengangguk: "Pelajar sudah ingat!" Saat ini Ye Qinghan sudah merendahkan diri, dengan tulus memandang Chen Ke sebagai guru.
Chen Ke melanjutkan: "Ingin meningkat dan menguasai Tai Chi tidak sulit, tapi juga tak mudah. Kunci yang kuberikan padamu hanya satu kata: cepat! Kau tentu tahu, di dunia ilmu bela diri, hanya kecepatan yang tak terbendung. Tapi kecepatan yang kumaksud bukan hanya memainkan jurus pukulan ini dengan cepat, tapi juga harus tetap mempertahankan dua prinsip yang kusebutkan tadi! Bila benar-benar bisa melakukan ini, barulah kau layak disebut masuk level master! Saat itu, wawasanmu pun akan semakin cerah!"
Di lubuk hati Ye Qinghan timbul semangat tersembunyi. Meski bukan berlatar belakang ilmu bela diri, ia tahu bahkan Shu Yi mengakui Chen Ke sebagai tokoh level master Tai Chi aliran Chen. Pasti nasihatnya tak salah! Seperti kata peribahasa: Membaca sepuluh ribu buku tak sebanding berjalan sepuluh ribu li, berjalan sepuluh ribu li tak sebandung bertemu ribuan orang, bertemu ribuan orang tak sebanding bimbingan master sejati! Kini dengan bimbingan tokoh level master seperti Chen Ke, suatu hari nanti pasti ia akan meraih kesuksesan!
Ye Qinghan mendengar perkataan Chen Ke, lalu membungkuk hormat padanya: "Terima kasih atas bimbingan Tuan Chen!" Chen Ke tertawa keras: "Guru membimbing masuk pintu, seni belajar ada pada individu. Xiao Ye, sejauh mana kau bisa melangkah di kemudian hari tergantung keberuntunganmu sendiri. Baiklah, mari kita pulang!" Ye Qinghan baru teringat bubur yang masih dimasak di kompor. Ia menepuk kepalanya sendiri: "Sial!" Beberapa langkah ia berlari kembali, namun panci di atas api sudah hilang.
Setelah masuk ke dalam rumah, baru terlihat Wang Fu sedang menuangkan bubur ke dalam mangkok. Wang Fu memanggil pelan: "Nona Zhongli, kemarilah, antarkan bubur ini ke bibimu yang keempat!" Zhongli Yan keluar mengangkat bubur, lalu masuk kembali.
Wang Fu menatap Ye Qinghan: "Ikut aku keluar sebentar!" Ye Qinghan tertegun sejenak, keluar lagi? Tapi ia segera menyadari, pasti Wang Fu ingin meninggalkan pesan tertentu. Hatinya berdebar gembira, lalu mengikuti Wang Fu keluar. Chen Ke melihat keduanya pergi, sambil menggelengkan kepala tersenyum, bergumam: "Wang Fu ini, tetap saja tidak bisa melepaskan..."
Wang Fu membawa Ye Qinghan ke luar, berkata dengan tenang: "Sebenarnya aku tidak pantas mengatakan apapun padamu. Kau juga tahu, bagaimanapun aku masih anggota Klan Wang. Meski keluarga Wang memperlakukanku buruk, kepala suku memberiku jalan lolos. Rasa syukur ini harus kujaga. Mengenai semua yang terjadi di Kota Mang, pengetahuanku juga terbatas. Hanya bisa kusarankan satu hal: Jangan biarkan dia meninggalkan Kota Mang dengan mudah!" Mulut Wang Fu menyeringai ke arah pondok kecil.
Ye Qinghan terkejut. Dia? Siapa sebenarnya? Apakah Zhongli Yan atau Wang Xinli? Wang Fu juga menyadari ketertarikan Ye Qinghan pada Zhongli Yan. Ia tertawa, namun senyumannya terlihat mengerikan: "Maksudku yang sedang berbaring itu!" Ye Qinghan sangat ingin bertanya sampai jelas, karena Wang Xinli kan dibawa kembali oleh Wang Fu. Sekarang dia bicara seperti ini apa maksudnya? Tiba-tiba Wang Fu berteriak: "Lao Chen, kita pergi!" Ye Qinghan tahu Wang Fu tak mau bicara lagi. Ia pun mengurungkan niatnya.
