Fei Yifan menatap Shu Yi dengan senyuman manis yang seolah bisa menyapu semua kegelapan, bahkan memancarkan cahaya matahari. Tapi hanya Shu Yi yang tahu, senyum ini adalah pisau, pedang baja, senjata pembunuh sejati Fei Yifan.
Fei Yifan sangat tampan, sesuatu yang tak bisa dibandingkan dengan Shu Yi. Senyumnya mampu membuat wanita tergila-gila. Terhadap wanita, dia tak pernah gagal. Tentu Zhongli Yan adalah pengecualian. Fei Yifan pernah meragukan apakah Zhongli Yan benar-benar wanita. Dia ingin memastikan, tapi belum menemukan kesempatan.
Ketika mendengar kabar Zhongli Yan dan Ye Qinghan menjalin hubungan, Fei Yifan murka. Ia bertekad memeriksa sosok Ye Qinghan yang berani merebut cintanya. Belakangan ia mengetahui identitas Ye Qinghan - bagi keluarga Fei, menyelidiki identitas asli seseorang bukan hal sulit meski bekerja di unit rahasia.
Bahkan identitas Shu Yi pun menurut Fei Yifan telah tuntas diselidiki. Ia tahu Shu Yi menjabat Kepala Biro di Kementerian Keamanan Negara dengan kelincahan luar biasa, sampai kepala keluarga Zhongli, Zhongli Siyuan, pun bisa disergap. Fei Yifan tetap hati-hati menghadapi Shu Yi, meski kerap meremehkan keterampilan bertarung keluarga Zhongli. Kadang ia heran: Bagaimana keluarga Zhongli bisa masuk delapan keluarga aristokrat?
Hubungan baik Zhongli-Fei lebih karena faktor Fei Yifan. Tertarik pada Zhongli Yan, dan sebagai sosok menjanjikan di generasi muda Fei, pengaruhnya besar. Berkat upayanya, terjalinlah persekutuan kedua keluarga! Tapi Zhongli Yan tak hanya menolak, bahkan membencinya. Fei tak menunjukkan ketidaksenangan, malah makin baik agar keluarga Zhongli merasa berhutang budi.
Secara paralel, ia menjilat banyak anggota Zhongli untuk membujuk mereka mendukungnya, berharap bisa membuat Zhongli Yan berubah pikiran.
Kehadiran Ye Qinghan sempat membuat Fei Yifan ingin menyerah pada Zhongli Yan, bahkan memunculkan niat balas dendam terhadap Keluarga Zhongli. Namun tepat saat ia hendak merealisasikan pemikirannya, muncul masalah Shu Yi yang diikuti kepulangan Zhongli Yan ke Lingnan Lishan, kediaman keluarga Zhongli. Fei Yifan tahu kesempatannya tiba, ia kembali mendaki Lishan untuk dua tujuan: menyampaikan belasungkawa pada almarhum kepala keluarga, dan mendekati Zhongli Yan.
Yang tak disangkanya, sikap Zhongli Yan kali ini berubah drastis. Alih-alih menghindar, wanita itu malah mengajukan syarat: jika Fei Yifan ingin meminangnya sebagai istri, ia harus membunuh Shu Yi untuk membalas dendam kematian Zhongli Siyuan!
Bagi Fei Yifan, ini adalah kabar gembira luar biasa. Entah mengapa, obsesinya pada Zhongli Yan begitu besar. Pernah ia bersumpah tak akan melirik wanita lain jika Zhongli Yan mau menjadi istrinya. Meski janji lelaki semacam ini patut dipertanyakan - bukankah nafsu adalah naluri alami lelaki? Perbedaannya hanya terletak pada keberanian mewujudkannya.
Tapi setidaknya ini membuktikan keseriusan perasaan Fei Yifan terhadap Zhongli Yan.
Maka ia pun memburu Shu Yi. Setelah memastikan bahwa bahkan pihak resmi pun telah mengeluarkan surat buronan, Fei Yifan yakin aksinya membunuh Shu Yi akan dianggap sebagai bantuan resmi pada kepolisian dalam pengejaran buronan. Tak akan ada konsekuensi hukum baginya!
Jadi saat berhadapan dengan Shu Yi, dia tersenyum, senyumannya sangat manis. Dia memang sangat bahagia, membunuh Shu Yi dan memenangkan gadis cantik benar-benar sebuah keberuntungan!
"Menurutmu kamu bisa membunuh Ye Qinghan?" Shu Yi bertanya datar. Fei Yifan mengangguk: "Aku bisa membunuhnya, sama seperti aku pasti bisa membunuhmu." Shu Yi tersenyum: "Kau datang untuk membunuhku?" Fei Yifan mengangguk lagi: "Benar. Aku tahu kelincahanmu hebat, tapi keluarga Fei bukan keluarga Zhongli. Keluarga Zhongli sejak awal tidak pantas masuk delapan keluarga aristokrat." Shu Yi menghela napas: "Sepertinya kau sangat memahami keluarga Zhongli."
Fei Yifan tertawa: "Tentu saja aku paham, karena keluarga Fei dan Zhongli sebentar lagi akan menjadi besan!" Shu Yi berkata: "Kau dan Zhongli Yan?" Fei Yifan menjawab: "Awalnya ingin mengundangmu minum anggur pernikahan, sayangnya kau harus mati, kalau tidak aku tidak bisa jadi pengantin!"
Shu Yi tidak berkata lagi, diam-diam menatap Fei Yifan.
Fei Yifan perlahan mendekati Shu Yi, langkahnya juga pelan, setiap mendekat satu langkah, senyumannya bertambah satu poin.
Shu Yi tidak bergerak. Dalam pandangannya terlihat ketakutan. Fei Yifan menangkap sorot mata Shu Yi - dia takut, takut pada dirinya sendiri. Fei Yifan dalam hati menghela napas, dia terlalu menganggap tinggi Shu Yi. Dalam pertarungan antar ahli, rasa takut di hati akan menghilangkan motivasi. Tatapan Fei Yifan ke Shu Yi berubah, di matanya Shu Yi seakan sudah menjadi mayat.
Fei Yifan berada dalam jarak kurang dari dua meter dari Shu Yi ketika Shu Yi membuka topik: "Tempat ini terlalu ramai, bisakah kita pindah lokasi?" Fei Yifan menjawab: "Bisa. Kebetulan aku tahu tempat yang cukup sepi!" Shu Yi berkata: "Kamu yang memimpin jalan." Fei Yifan menyahut: "Baik!" Fei Yifan melangkah mendekati Shu Yi, kedua tangan terkunci di belakang punggung dengan aura percaya diri memancar. Dia tidak mengkhawatirkan kemungkinan Shu Yi kabur, yakin sekalipun Shu Yi mau lari, tidak akan bisa.
Sesampainya di pinggir jalan, Fei Yifan menghentikan sebuah taksi. Setelah menyuruh Shu Yi masuk, dia ikut duduk bersebelahan. "Ke Tanxigu!" perintahnya pada sopir. Sopir menawar: "150!" Fei Yifan membalas: "500!" Sopir tertegun - belum pernah dia jumpai penumpang yang menawar balik lebih tinggi. Padahal dalam hatinya sudah menyiapkan tawar-menawar standar 100 yuan.
Fei Yifan tersenyum memecah kesunyian: "Kenapa tertegun? Jalan!"
Wajah sopir berbinar: "Siap!"
Mesin mobil menderum mengarah ke Tanxigu. Sesekali sopir mencoba mencari topik obrolan, namun melihat kedua penumpangnya yang tak berminat mengobrol, akhirnya memilih fokus menyetir dalam diam.
Lebih dari empat puluh menit kemudian, sopir menghentikan mobil: "Kalian berdua, hanya bisa sampai di sini. Lembah Tanxi belum dikembangkan, tidak banyak yang bisa dilakukan di dalam. Lagipula kedua sisi gunung terjal, kalian berdua harap berhati-hati!" Shu Yi mengangguk. Fei Yifan menghitung lima ratus ribu* untuk sopir: "Terima kasih, silakan pergi!" Sopir bertanya: "Apakah perlu janjian waktu untuk menjemput kalian kembali?" Shu Yi menjawab: "Tidak perlu!" Fei Yifan sebenarnya ingin sopir kembali menjemput mereka, tapi melihat respon Shu Yi, dia memilih diam.
Fei Yifan berpikir dari sini berjalan setengah jam juga bisa sampai ke kota kecil, dari sana bisa naik bus dinas kembali ke kota.
Sopir itu bermaksud baik. Setelah menerima lima ratus ribu*, dia merasa tidak tenang sehingga bertanya sekadar basa-basi. Melihat keduanya menolak, barulah dia berpamitan pergi.
Fei Yifan berkata: "Kurang dari tiga kilometer dari sini ada tempat indah. Mati di sana adalah berkah bagimu!" Shu Yi berbisik pelan: "Bisa dibilang mati di tempat yang layak?" Fei Yifan tertawa: "Kamu takut?" Shu Yi tersenyum kecut: "Apakah aku punya pilihan?" Fei Yifan menggeleng: "Tidak. Kamu harus mati. Hanya dengan kematianmu, aku bisa menikahi Zhongli Yan. Juga Ye Qinghan itu, dia juga harus mati! Selama dia hidup, hati Zhongli Yan tidak akan sepenuhnya menjadi milikku!"
Shu Yi mengerutkan alis: "Hanya demi seorang wanita, kamu mau membunuh?"
Fei Yifan berkata tenang: "Pesilat sejati hanya punya dua pilihan: membunuh atau dibunuh. Apa yang aneh dari itu?" Shu Yi mengangguk halus: "Benar. Membunuh atau dibunuh." Kemudian dia menghela napas panjang.
Fei Yifan berkata: "Jujur, aku benar-benar tidak tega membunuhmu. Terkadang aku merasa kita mirip, memiliki aura intelektual layaknya sarjana."
Shu Yi berkata: "Sepertinya kau sudah membaca banyak buku ya?" Fei Yifan tersenyum: "Hanya beberapa saja!" Shu Yi melanjutkan: "Selama ini kupikir orang yang suka membaca pasti berhati baik!"
Wajah Fei Yifan berubah pucat. Ia menghentikan langkahnya: "Kita sampai!"
Shu Yi memandang sekeliling. Tempat ini memang indah. Ia tersenyum: "Bagus, benar-benar tempat yang bagus."
Fei Yifan berdiri di belakang Shu Yi, berbisik pelan: "Aku akan menyerang!" Fei Yifan bertindak layaknya orang bijak, tidak menyerang dari belakang. Kesombongannya membuatnya yakin bisa mengalahkan Shu Yi. Tanpa disadari, sikap inilah yang justru menyelamatkan nyawanya.
Shu Yi berbalik tubuh, menatap Fei Yifan sambil berkata tenang: "Ayo serang!"
Fei Yifan melompat tinggi, melayangkan tendangan beruntun ke dada Shu Yi. Shu Yi buru-buru menyilangkan kedua tangan di depan dada, berhasil menahan serangan ganas itu. Namun kekuatan tendangan Fei Yifan begitu dahsyat, membuat tubuh Shu Yi terpental mundur tiga empat langkah!
Hati Shu Yi berdesir. Tak disangka Fei Yifan yang tampak lemah ternyata memiliki kekuatan sehebat ini. Sungguh lawan yang tangguh! Pantas saja Fei Yifan meremehkan Keluarga Zhongli. Kelincahannya bahkan melampaui Zhongli Siyuan, memang pantas ia memiliki modal untuk bersikap angkuh.
Fei Yifan juga tidak menyangka, Shu Yi ternyata mampu menahan tendangan beruntunnya. Ia mengaum, "Kelincahan yang bagus!" Sikap meremehkannya pun mulai menghilang. Terlihat dia melompat ke belakang di udara, begitu mendarat, langsung melesat ke depan Shu Yi dan menghantamkan pukulan lurus ke wajahnya.
Shu Yi menjerat kedua tangan Fei Yifan dengan gerakan memutar, lalu mengangkat kaki untuk menendang selangkangan Fei Yifan. Dengan tenang, Fei Yifan menyatukan kedua kakinya tepat saat tendangan datang, menjepit kaki Shu Yi erat-erat. Tangan satunya berubah menjadi sabetan menusuk ke tulang rusuk Shu Yi!
Shu Yi melepas kepalan tangan Fei Yifan, melakukan gerakan salto ke belakang sambil menendang rahang bawah Fei Yifan dengan kaki lainnya!
Fei Yifan terpaksa melepaskan kaki Shu Yi. Keduanya segera melompat mundur beberapa langkah.
Fei Yifan tertawa, "Kelincahan yang bagus!" Shu Yi berkata datar, "Kau juga tidak kalah. Ayo lanjutkan!" Fei Yifan berkata, "Shu Yi, aku pasti akan membunuhmu. Jadi kau bisa menggunakan cara apapun! Tentu aku juga akan melakukan hal yang sama." Shu Yi menjawab, "Aku mengerti. Keluarkan semua kemampuanmu!"
Fei Yifan kembali menyerang Shu Yi, kali ini dengan dua pisau segitiga di tangannya! Ekspresi Shu Yi tetap tenang. Baru ketika Fei Yifan sudah di depannya, dia menangkis dengan gerakan menyamping. Serangan kali ini sangat ganas, baik kecepatan maupun kekuatan sudah mencapai batas maksimal.
Shu Yi meski terlihat bisa menghadapi dengan santai, dia juga merasakan tekanan yang besar, seolah-olah dua belati Fei Yifan seperti "menempel" pada dirinya!
