Zhen Nanfang berdiri di depan jendela, menatap tetesan hujan di luar sambil alai berkerut.
Xiao Hui mendekatinya dan menyerahkan teh di tangannya. Zhen Nanfang menerima teh itu lalu berkata lembut: "Hujan di Jiangnan selalu membawa sentimen melankolis ringan." Xiao Hui tersenyum: "Sejak kapan kau jadi begitu sentimental?" Zhen Nanfang berbalik: "Aku juga tidak tahu di mana Lao Shu sekarang."
Xiao Hui berkata: "Dia tidak juga menelepon, sungguh tidak tahu apa pemikirannya. Di saat seperti ini pasti dia lebih membutuhkan bantuan para pakar." Zhen Nanfang menjawab: "Dia punya pertimbangannya sendiri, tapi aku benar-benar mengkhawatirkannya." Xiao Hui bertanya: "Kau takut dia akan disakiti orang-orang dari keluarga aristokrat itu?" Zhen Nanfang menggeleng: "Dengan kelincahannya, sulit melukainya. Aku lebih takut dia sedang bermain-main dengan sesuatu yang bisa membuatnya terjebak!"
Xiao Hui tidak mengerti apa yang dibicarakan Zhen Nanfang, dia menatap Zhen Nanfang menunggu kelanjutan penjelasannya. Zhen Nanfang menjelaskan: "Aku merasa perjalanan Lao Shu ke Gunung Li tidak biasa, sepertinya dia sedang menyusun jebakan. Tentu ini hanya perasaanku. Jika kematian Zhongli Siyuan adalah bagian dari jebakan ini, maka jebakan ini terlalu besar, begitu besar sampai aku sama sekali tidak tahu harus mulai dari arah mana untuk berspekulasi. Makanya aku khawatir!"
Xiao Hui berkata: "Barusan paman menelepon, menyebutkan Lao Shu. Tapi ketika aku ingin bertanya lebih detail, dia malah menyuruhku jangan banyak tanya dan mematikan telepon." Zhen Nanfang bertanya: "Apa yang dikatakan pamanmu?" Xiao Hui menjawab: "Dia bilang sekarang ada kabar burung bahwa Kakak Shu tidak hanya membunuh Zhongli Siyuan, tapi juga Lin Zi Qiang dari Keluarga Lin." Zhen Nanfang bertanya: "Keluarga Lin? Yang termasuk Delapan Keluarga Besar di Yanjing itu?" Xiao Hui mengangguk.
Zhen Nanfang menepuk-nepuk dahinya: "Sepertinya masalah Lao Shu tidak kecil!" Xiao Hui bertanya: "Paman pasti tahu banyak, menurutmu kenapa dia tidak mau membocorkan lebih banyak informasi?" Zhen Nanfang menjawab: "Karena jebakan ini sangat besar, lawannya pasti juga kuat. Mereka harus mengendalikan jangkauan orang yang mengetahui informasi." Xiao Hui berkata marah: "Bagaimanapun juga, tindakannya seperti tidak mempercayai kita sama sekali!"
Zhen Nanfang tersenyum: "Dia bukan orang seperti itu, dan aku yakin dia pasti akan memberitahu kita segalanya, hanya saja sekarang belum saatnya. Jika tebakanku benar, kita juga merupakan mata rantai penting dalam rencananya. Harus diketahui, masalah yang menimpa Shu Yi semua berawal dari kasus di Kota Mang." Xiao Hui berkata: "Sudahlah, jangan bahas dia. Ngomong-ngomong, bagaimana ide mu menyuruh Guo Xuan mencari kabar Wang Yimin?"
Zhen Nanfang bertanya: "Ada masalah apa?" Xiao Hui menjawab: "Tidakkah kau merasa Guo Xuan sendiri bermasalah?" Zhen Nanfang mengangguk: "Aku tentu tahu dia bermasalah. Justru karena ada masalahlah aku menyerahkan urusan ini padanya." Xiao Hui menatapnya: "Bisa tidak bicaramu lebih sederhana? Aku tidak mengikuti logikamu." Zhen Nanfang menjelaskan: "Coba pikir, siapa yang menguasai kandang sendiri di sini? Mereka, keluarga Wang, keluarga Tian, dan para warga asli Kota Mang."
Xiao Hui berkata: "Itu sudah jelas." Zhen Nanfang melanjutkan: "Kembali ke analisis kita sebelumnya, seluruh penduduk kota ini sedang berakting dan berbohong. Jika kita yang mencari Wang Yimin, hasilnya hanya satu: mustahil ditemukan kecuali mereka sengaja memperlihatkannya. Makanya kusuruh Guo Xuan. Meski tak bisa kujamin apakah dia akan menemukan Wang Yimin, satu hal kuyakini: selama kita mengawasi ketat gerak-geriknya, pasti akan dapat petunjuk."
Xiao Hui masih agak bingung: "Mengapa?" Zhen Nanfang berkata: "Karena dia harus menghadapi kita. Jika ada misi, pasti ada hasil akhir. Hasilnya hanya ada dua kemungkinan: pertama dia berhasil menemukan Wang Yimin, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Kedua, dia akan memberi tahu kita bahwa dia juga tidak bisa menemukannya. Apapun jawaban yang diberikan, pasti membawa informasi tertentu bagi kita."
Xiao Hui bertanya: "Bagaimana maksudnya?" Zhen Nanfang menjelaskan: "Pertama kita asumsikan dia berhasil menemukan Wang Yimin dalam keadaan hidup. Menurutmu apa yang bisa kita dapatkan dari situ?" Xiao Hui menggelengkan kepala, merasa kecerdasannya hampir nol di hadapan Zhen Nanfang. Zhen Nanfang melanjutkan: "Kembali ke hipotesis kita. Jika seluruh penduduk kota ini sedang berakting dan berbohong, bukankah Wang Yimin dan Guo Xuan pastilah satu kelompok?" Xiao Hui mengangguk setuju.
Zhen Nanfang menerangkan: "Jika mereka memang satu kelompok, maka saat Guo Xuan menyerahkan Wang Yimin yang hidup ke tangan kita, pasti sudah ada komunikasi sebelumnya. Mungkin memberi instruksi atau mengintimidasi. Intinya, kita sulit mendapatkan jawaban yang diinginkan dari mulut Wang Yimin yang hidup. Dengan mengawasi Guo Xuan, tim kita bisa mengamati lebih banyak hal."
Xiao Hui bertanya lagi: "Bagaimana jika yang ditemukan adalah mayat Wang Yimin? Apa yang bisa kita ketahui?" Zhen Nanfang menjawab: "Jika Wang Yimin mati, memang mereka berhasil memutus satu petunjuk. Tapi ini sekaligus meningkatkan kecurigaan pada Guo Xuan. Menurutku kemungkinan ini lebih kecil. Ada satu kemungkinan terakhir: Guo Xuan kembali dengan tangan hampa setelah penggeledahan. Inilah skenario yang paling mungkin terjadi."
Zhen Nanfang sambil berbicara menarik Xiao Hui untuk duduk di sofa: "Tapi meskipun situasi seperti itu benar-benar terjadi, dia pasti akan membocorkan sedikit informasi tentang Wang Yimin yang tidak kita ketahui, karena dia harus menunjukkan hasil kerja untuk membuktikan bahwa dia bersih dan tidak ada masalah." Xiao Hui baru tersadar setelah mendengarnya, dia menghela napas halus: "Nanfang, kalian selalu melihat segala sesuatu begitu mendalam, tidak capek ya?"
Zhen Nanfang berbisik menjawab: "Capek, sangat capek, tapi tidak ada jalan lain. Menyelidikan kasus memang seperti ini, lebih sering daripada tidak, persaingan sebenarnya antara polisi dan penjahat bukanlah kepalan tangan, melainkan kecerdasan! Kita harus memikirkan berbagai kemungkinan yang ada, sehingga apapun situasi yang muncul, esensinya bisa kita pahami dengan jelas dan terang."
Saat mereka berbicara, Ye Qinghan mendorong pintu masuk: "Hujan ini bikin bete!" Zhen Nanfang tersenyum: "Iya, aku juga benci hari hujan." Dia memberikan sebatang rokok ke Ye Qinghan: "Brother Ye, ada kabar dari Ximen dan Kakak Jin?" Ye Qinghan berkata: "Aku baru mau bilang, tadi Ximen telponku, bilang Kakak Jin sudah bertemu dengannya. Hari ini mereka akan terbang ke Anxi. Ximen tanya apakah kita bisa mengirim bantuan? Dia khawatir hanya berdua dengan Kakak Jin, kekuatannya terlalu lemah."
Zhen Nanfang berkata: "Hm, biarkan Sheng Ge, biksu, dan Xie Yi juga ikut!" Ye Qinghan menjawab: "Baiklah, jujur saja, aku memang khawatir dengan keselamatan mereka." Zhen Nanfang melanjutkan: "Lagipula pekerjaan kita di sini butuh ketelitian, tidak perlu banyak orang. Pekerjaan konkret sudah diurus Lao Ma dan kawan-kawan."
Ye Qinghan menyahut: "Baik, aku akan mengaturnya." Zhen Nanfang menambahkan: "Beritahu mereka, jika perlu bantuan langsung berkoordinasi dengan departemen keamanan nasional setempat. Yang bertanggung jawab atas kasus ini tetap Kakak Ximen." Ye Qinghan mengangguk: "Hm." Zhen Nanfang bertanya: "Brother Ye, sebenarnya sekarang kau adalah Kepala Sementara Divisi 9, tidakkah kau keberatan dengan keputusanku ini?"
Ye Qinghan tersenyum: "Mengapa harus keberatan? Di hatiku, Kepala Divisi 9 hanya satu yaitu Pak Shu. Dari segi penguasaan kasus, aku memang tak sepertimu." Zhen Nanfang berterima kasih: "Terima kasih, Brother Ye!" Ye Qinghan menepuk bahunya: "Kita saudara seperjuangan, jangan ucapkan kata-kata tak bergizi seperti ini."
Di lubuk hati Guo Xuan sedang kacau. Tak disangka Zhen Nanfang menyuruhnya mencari keberadaan Wang Yimin - ini masalah pelik! Dengan dua bawahan Ma Weihan, ia menyisir rumah demi rumah. Dilakukannya dengan teliti dan cermat. Ia tahu meski Ma Weihan bilang mengirim dua orang untuk membantu, sebenarnya mereka lebih bertugas mengawasinya.
Tiga orang berkeliling Kota Mang di tengah hujan selama setengah hari tanpa hasil. Setelah keluar dari rumah Wang Heyun, Guo Xuan memegangi perutnya: "Aduh, perutku tiba-tiba sakit sekali, mungkin makan siang tadi tidak bersih. Kalian tunggu sebentar, aku ke toilet dulu." Xiao Liu dan Xiao Zhang saling memandang. Secara wajar mereka tidak mungkin menghalangi Guo Xuan ke toilet. Xiao Liu bertanya: "Pak Polisi Guo, di mana ada WC umum di sini?" Guo Xuan menjawab: "Oh, aku akan pinjam toilet di rumah Wang Heyun saja. Kalian tunggu di sini sebentar ya."
Xiao Zhang berkata: "Baik. Sebentar lagi waktu makan malam, bagaimana kalau kami pulang dulu? Nanti Bapak sendiri saja ke sini." Guo Xuan segera mengangguk: "Bagus juga, kalian pulang saja dulu."
Xiao Liu dan Xiao Zhang kembali ke gedung penerimaan tamu. Xiao Liu masuk ke kamar Zhen Nanfang dimana Ye Qinghan, Xiao Hui, Mu Qi'er, Ma Weihan, dan Zhen Nanfang sedang berkumpul. Xiao Liu melaporkan kejadian Guo Xuan sakit perut ke toilet. Zhen Nanfang tersenyum: "Sepertinya dia mulai panik." Ma Weihan mengerutkan alis: "Kenapa kalian berani pulang duluan? Jangan-jangan..." Sebelum dia selesai bicara, Zhen Nanfang melambaikan tangan: "Kak Ma, jangan marahi mereka. Aku yang menyuruh memberi kesempatan pada Guo Xuan untuk lepas dari pengawasan."
Ma Weihan berkata: "Bukannya harus diawasi ketat?" Zhen Nanfang menggeleng: "Dia polisi veteran. Kalau diawasi terlalu ketap, menurutmu dia masih akan bergerak?" Ma Weihan pun diam.
Zhen Nanfang berkata: "Dia cuma bidak. Jika spekulasiku benar, pasti dia sedang mencari metode untuk berdiskusi dengan pengurus. Mari kita tunggu informasi darinya dengan sabar!"
Ye Qinghan berkata: "Nanfang, aku agak khawatir!" Zhen Nanfang menjawab: "Khawatir Guo Xuan akan dihabisi orang?" Ye Qinghan mengangguk. Memang itulah yang dikhawatirkannya. Guo Xuan kini adalah kartu di tangan mereka. Bahkan bisa dikatakan jika Guo Xuan mati, seluruh petunjuk kasus Kota Mang kemungkinan besar terputus. Jika mereka sendiri tak bisa menemukan Wang Yimin, semua upaya bisa saja kembali ke titik nol.
Zhen Nanfang tentu paham logika ini. Katanya: "Kau meremehkan Guo Xuan. Sudah puluhan tahun jadi polisi berpengalaman, jika tak punya kesadaran melindungi diri sendiri, percuma saja karirnya." Ye Qinghan mengangguk, namun di lubuk hatinya masih ragu. Ia berharap keputusan Zhen Nanfang kali ini tetap akurat seperti biasanya!
