Xiao Nan tidak menyangka akan menerima telepon dari Xie Yi: "Bagaimana kau bisa mendapatkan nomorku?" Xie Yi tersenyum: "Aku menyuruh biksu kecil meminta dari Leng Yan." Xiao Nan berkata kesal: "Katakan, ada perlu apa?" Xie Yi menjawab: "Sulit dijelaskan via telepon, bagaimana kalau kita bertemu?"
Xiao Nan tidak punya kesan baik pada Xie Yi. Namun sebagai wanita, dia bisa merasakan pandangan aneh Xie Yi saat menatapnya. Dia sama sekali tidak berniat bersikap ramah, meski Xie Yi adalah teman Leng Yan dan bawahannya Shu Yi, semua itu tak ada hubungannya dengannya.
"Maaf, kita tidak ada yang perlu dibicarakan." Xiao Nan bersiap mematikan telepon.
Xie Yi berkata tenang: "Apakah kau tidak ingin tahu isi tulisan di kertas itu?" Mendengar ini, mata Xiao Nan berbinar. Dengan semangat dia bertanya: "Kalian sudah berhasil memecahkan kodenya?" Xie Yi menjawab: "Sekarang bisakah kita bertemu?"
Awalnya Xiao Nan hendak mengunjungi profesor spesialis hieroglif di Universitas Dongshan. Mendengar kabar dari Xie Yi, dia langsung antusias: "Baik, sebutkan tempatnya, aku segera datang." Xie Yi menyahut: "Masih pagi, banyak tempat belum buka. Datang saja ke hotel, kamar 909."
"Oke!" Setelah menutup telepon, Xiao Nan segera menyetop taksi menuju Hotel Pantai.
Zhen Nanfang begadang semalaman, menebus jam tidur yang terlewat di kamarnya sendiri. Xiao Hui memiliki teman di Kota Lai. Karena Zhen Nanfang tidak punya waktu untuk menemaninya, dia memutuskan pergi menemui temannya sendiri.
Tinggal dua hari lagi menuju upacara penobatan Master Xinwu. Meski Shi Qing memiliki hubungan baik dengan Xinwu, dia tahu sang master pasti sangat sibuk selama dua hari ini. Ketika mendengar Xie Yi mengajak Xiao Nan bertemu di hotel, dia bertanya: "Haruskah aku menghindar?" Xie Yi menjawab: "Menghindarlah. Kehadiranmu di sini membuatku tidak nyaman."
Shi Qing tersenyum: "Baiklah."
Sebelum meninggalkan hotel, Xie Yi berkata pada Shi Qing: "Hei biksu, penampilanmu sekarang sudah tidak seperti biksu lagi. Saranku, jika ada yang menanyakan namamu, jangan gunakan nama aslimu. Kedengarannya aneh." Shi Qing merasa perkataan Xie Yi masuk akal: "Hm, mengerti!"
Di lubuk hati Xie Yi, ada kecemasan yang menggelisahkan. Meski sudah lama merantau, ini pertama kalinya dia berduaan dengan perempuan.
Zhen Nanfang sudah memberitahukan cara memecahkan kode itu, namun Xie Yi khawatir tidak bisa menjelaskannya dengan baik di depan Xiao Nan. Dengan kertas di tangan, dia terus-menerus mempelajari isinya.
Bel pintu berbunyi.
Xie Yi berdiri, berkaca di cermin dengan teliti. Setelah yakin penampilannya rapi, dia menarik napas dalam-dalam sebelum berjalan membuka pintu.
"Kenapa lama sekali?" Xiao Nan sudah menekan bel pintu berkali-kali sebelum Xie Yi membuka. Suaranya kesal. Xie Yi tersenyum kecut malu. Tentu saja dia tidak akan mengaku sedang berkaca-kaca.
Xie Yi mempersilakan Xiao Nan duduk di sofa, lalu menyeduhkan secangkir teh untuknya.
Xiao Nan yang juga berwatak tidak sabar langsung berkata: "Jangan repot-repot, bicaralah urusan utama!" Xie Yi baru duduk, mengeluarkan lembar kertas yang telah berhasil dipecahkan: "Lihatlah ini!" Setelah menerimanya, Xiao Nan memeriksa dengan teliti: "Katakan, bagaimana caramu melakukannya?" Xie Yi menjawab dengan wajah memerah: "Bukan aku, Xiao Zhen!" Xiao Nan terkejut berseru: "Dia!?" Xie Yi mengangguk: "Dia bekerja sepanjang malam, baru saja tidur."
Ekspresi Xiao Nan menunjukkan penyesalan: "Sampaikan terima kasihku padanya. Ngomong-ngomong, cepat beritahu bagaimana dia memecahkan kode ini." Xie Yi pun menjelaskan metode pemecahannya secara bertahap. Sembari mendengarkan, senyum mulai mengembang di wajah Xiao Nan. Bahkan setelah penjelasan selesai, ia masih terpana membandingkan dua lembar kertas itu dengan cermat.
Sepasang mata Xie Yi menatap wajah cantik Xiao Nan hingga ia sendiri tertegun membeku.
Baru setelah euforianya mereda, Xiao Nan menyadari tatapan aneh Xie Yi. Wajahnya langsung memerah sambil melotot: "Lihat apa!?" Terkejut oleh hardikan itu, Xie Yi buru-buru menundukkan pandangan: "N-Nggak, cuma..." Xiao Nan merapikan barang-barangnya ke dalam tas kecil: "Ini akan kubawa. Aku harus buru-buru kembali untuk melapor. Sampaikan terima kasihku pada Xiao Zhen ya!"
Dengan gerakan tergesa-gesa, ia pun pergi. Xie Yi masih terpaku di tempat, bahkan lupa mengucapkan sampai jumpa.
Shi Qing datang ke pantai sendirian, berjalan di atas pasir yang lembut. Angin laut yang sedikit amis menyapa wajahnya, memberikan perasaan sangat rileks.
"Permisi, bagaimana cara ke Tebing Wanghai?" Suara laki-laki yang sangat berkarakter terdengar dari belakang Shi Qing. Ia berbalik dan melihat sepasang lelaki-wanita berdiri di belakangnya, keduanya berusia sekitar 24-25 tahun. Pria itu tingginya sekitar 175 cm, sangat tampan terutama dengan senyuman hangat yang mengembang di wajahnya. Wanitanya cantik jelita dengan daya pikat feminin, sorot mata di antara alisnya seakan memancarkan pesona menggoda. Postur tubuhnya tinggi semampai, bak model bawaan lahir.
Shi Qing tampak sangat familiar dengan area pantai ini. Dengan senyum tipis, ia menunjuk ke arah belakang: "Jalan lurus sekitar 500 meter dari sini." Pria itu mengucap, "Terima kasih!" Wanita itu membalas dengan senyuman. Detak jantung Shi Qing tiba-tiba berdegup kencang - ia terpana oleh senyuman wanita itu. Dalam hati, ia segera mengucapkan "Amitabha" untuk menenangkan diri.
Memandang punggung yang menjauh dari kedua orang itu, Shi Qing menggelengkan kepala dengan senyum kecut. Rupanya keteguhan hatinya masih perlu dilatih.
Awalnya kejadian ini hanyalah selingan kecil. Setelah berkeliling pantai sebentar, Shi Qing pun melupakannya. Melihat jam, sudah hampir tiga jam ia keluar. Xie Yi si bocah pasti sudah selesai berdiskusi dengan Xiao Nan? Perlahan ia berjalan menuju hotel.
"Saudara, tunggu sebentar!" Shi Qing tertegun sejenak. Meski suara itu datang dari belakang, ia sudah mengenali suara pria yang tanya jalan tadi. Ia berhenti melangkah, namun tidak berbalik badan.
Lelaki dan wanita itu berjalan mendekatinya. Laki-laki itu tersenyum sambil berkata: "Melihat punggung yang menjauh, aku langsung tahu pasti orang baik hati tadi. A-Yue malah bilang bukan!" Wajah wanita itu memerah, ia tersenyum tipis: "Aku pikir pantai ini luas sekali, mana mungkin kebetulan seperti ini."
Sebelum Shi Qing sempat membuka mulut, lelaki itu menjulurkan tangan: "Liu Feng, ini adik perempuanku Liu Yue." Shi Qing tetap menjabat tangannya: "Senang akhirnya bisa bertemu!" Liu Feng bertanya: "Anda sedang berwisata?" Shi Qing mengangguk sambil tersenyum. Liu Yue menyambung: "Anda belum tahu ya? Dua hari lagi akan ada perayaan besar di sini." Dalam hati Shi Qing menduga yang dimaksud adalah acara penobatan Xin Wu. Tentu saja dia tahu, tapi hanya tersenyum tanpa berkata-kata.
Liu Yue melanjutkan: "Biksu senior dari Kuil Panlong akan mengadakan upacara penobatan. Konon banyak tokoh agama yang datang. Oh ya, katanya pejabat tinggi juga akan hadir." Suara Liu Yue lembut seperti angin semi, membuat Shi Qing tak berani menatap matanya. Setiap kali pandangannya tertuju padanya, ritme detak jantungnya jadi tak terkendali.
Shi Qing menatap Liu Feng: "Kalian datang untuk menyaksikan keramaian?" Liu Feng menjawab: "Ya dan tidak. Menyaksikan acara semegah ini memang mengasyikkan, tapi seluruh keluarga kami adalah umat Buddha yang taat. Kesempatan seperti ini tentu punya arti khusus." Sebagai biksu, Shi Qing merasa akrab dengan orang-orang yang sungguh-sungguh menjalankan ajaran Buddha. Ia mengangguk, menyetujui pernyataan Liu Feng.
Liu Yue menatap Shi Qing: "Belum sempat bertanya marga Tuan." Awalnya Shi Qing ingat pesan Xie Yi dan hendak membuat nama palsu, tapi teringat bahwa mereka yang meninggalkan kehidupan duniawi tidak boleh berbohong, akhirnya menjawab jujur: "Margaku Shi." Liu Yue berkata: "Saya merasa Tuan Shi juga orang yang berjodoh dengan Buddha. Pasti Tuan akan menghadiri upacara besar di Kuil Panlong?" Tentu saja Shi Qing akan pergi, tujuan utamanya datang ke Kota Lai adalah untuk menghadiri upacara penobatan Xin Wu. Ia mengangguk.
Liu Feng tersenyum: "Kebetulan sekali, bagaimana kalau kita semua pergi bersama!" Liu Yue juga tertawa: "Iya, bersama-sama lebih bisa saling menjaga." Shi Qing berpikir sejenak, akhirnya mengangguk menyetujui.
Liu Feng berkata: "Senang berkenalan dengan Tuan Shi. Kebetulan sudah hampir waktu makan siang, izinkan saya mentraktir makan bersama!" Shi Qing buru-buru menjawab: "Maaf, saya sudah janji makan siang dengan beberapa teman..." Liu Feng menyela: "Tidak apa, ajak saja mereka semua." Liu Yue menambahkan: "Iya, semakin ramai semakin seru! Ngomong-ngomong, Tuan Shi menginap di hotel mana?"
Shi Qing menjawab: "Hotel Pantai." Liu Feng terkejut: "Benarkah? Kami juga di sana! Saya di kamar 802, dia di 803." Benar-benar kebetulan, pikir Shi Qing. Mungkin memang ada jodoh. Teringat kata "jodoh", tanpa sengaja matanya menatap Liu Yue, tapi segera ia mengalihkan pandangan sambil bergumam dalam hati: Dosa, dosa!
Shi Qing hampir menyetujui undangan makan siang mereka, namun setelah merenung ia merasa tadi bertindak seperti kesurupan. Dalam hati ia menertawakan diri sendiri yang masih tak mampu mengatasi godaan wanita. Baru sekarang ia menarik kembali niatnya: "Lain kali saja, hari ini agak tidak nyaman." Ia menolak dengan sopan.
Di wajah Liu Yue terlihat kekecewaan, sedangkan Liu Feng tersenyum sambil berkata: "Hm, sekarang kita sudah saling mengenal. Masih ada banyak waktu kedepannya. Lagipula lusa kita akan pergi ke Kuil Panlong bersama."
Shi Qing berpamitan dengan sopan dan kembali ke hotel.
Xie Yi duduk bosan di sofa menonton TV. Melihat Shi Qing kembali, ia mengamati wajah biksu itu lama-lama.
Shi Qing mengusap wajahnya sendiri: "Apa yang kau lihat? Ada masalah?" Xie Yi tertawa: "Biksu, kau berbuat dosa apa sampai wajahmu merah begitu?" Shi Qing bertanya: "Merah?" Xie Yi mengangguk. Shi Qing menjawab datar: "Mungkin karena angin laut." Dalam hati ia menghela nafas, rupanya lebih baik mengurangi kontak dengan saudara Liu. Ia tak menyangka keteguhan hatinya tak sekuat yang dibayangkan.
Shi Qing tak ingin Xie Yi terus mempermasalahkan hal ini. Ia bertanya: "Bagaimana? Ada hasil?" Xie Yi menggeleng sambil tersenyum kecut: "Hasil apa? Setelah tahu cara memecahkan kodenya, dia langsung ambil barang itu dan pergi tanpa sepatah kata pun."
