Perubahan sikap Xie Yi membuat Xiao Nan terdiam sejenak. Menurutnya sejak pertemuan kedua, Xie Yi sama sekali tidak menunjukkan temperamen lagi padanya. Sebaliknya, selalu ingin mendekatinya. Mengapa tiba-tiba berubah?
Dia tidak tahu, tapi Ran Fang mengerti. Seorang wanita, saat pria menyukai dan memperhatikanmu, tapi pria juga punya harga diri. Tingkah Xiao Nan yang sombong itu bukan hanya tidak disukai Xie Yi dan Zhen Nanfang, bahkan Ran Fang sendiri merasa tidak nyaman di hati.
Xie Yi pergi. Xiao Nan lama tak tersadar. Dia menarik lengan Ran Fang: "Dia... kenapa orang ini begitu? Sungguh tidak sportif! Kakak Ran, menurutmu ini jenis manusia apa?"
Ran Fang tersenyum kecut: "Xiao Xiao, bukan maksudku menyalahkanmu, tapi kamu harus merubah temperamenmu. Orang membantu karena kebaikan hati, bukan kewajiban apalagi sepenuhnya kesalahan. Aku tahu Xie Yi menyukaimu. Alasan mereka bersedia membantu pun karena menghormati Xie Yi. Bisa jadi Xie Yi diam-diam sudah banyak membujuk mereka. Tapi kamu? Kamu menganggap semua ini wajar. Kalau posisimu ditukar, apa kamu tidak akan kesal?"
Xiao Nan belum lama bergabung dengan atasan, namun hubungannya dengan Ran Fang cukup akrab. Ia memanggil Ran Fang sebagai Kakak Ran.
Selama ini Ran Fang tidak pernah menegur Xiao Xiao seperti ini. Menurutnya, Xiao Xiao masih seperti anak kecil, mungkin berasal dari keluarga terpandang sehingga wajar memiliki karakter seperti itu. Tapi hari ini ia tidak bisa menahan diri lagi. Ia tidak ingin Xiao Xiao kelak menderita karena sifatnya ini.
Xiao Xiao diam seribu bahasa, raut wajahnya tiba-tiba suram. Ia merenung apakah selama ini dirinya memang sudah keterlaluan.
Ran Fang menghela napas, melambai memanggil pelayan untuk membayar, lalu menarik lengan Xiao Xiao: "Sudah, ayo pergi. Kita cari jalan lain." Xiao Xiao menggelengkan kepala: "Kakak Ran, kata-katamu benar. Aku yang salah. Aku tidak bisa pergi. Hari ini aku harus meyakinkan mereka untuk membantuku." Tatapannya kembali berapi-api sambil berjalan menuju lift.
Shi Qing yang membuka pintu. Melihat Xiao Xiao dan Ran Fang di luar, ia terkejut. Xiao Xiao menunjukkan senyuman: "Maaf mengganggu lagi." Shi Qing segera mempersilakan mereka masuk. Xie Yi duduk di sofa, melirik sebentar lalu kembali menoleh menatap televisi.
Xiao Nan menghampiri Xie Yi: "Maaf, tadi aku mungkin mengatakan sesuatu yang salah dan membuatmu marah, kuharap kau bisa memaafkanku."
Xie Yi tidak menyangka Xiao Nan akan mengambil inisiatif untuk meminta maaf, perubahan sikap 180 derajat ini membuat otaknya blank sejenak. Tapi dia segera menyadari ketidakprofesionalannya, buru-buru berdiri sambil mengusap bagian belakang kepala: "Ini..., silakan duduk, silakan duduk!"
Senyuman mulai mengembang di wajah Shi Qing yang segera menuangkan dua cangkir air untuk mereka.
Xiao Nan berkata: "Di kamar mana Tuan Zhen menginap? Aku ingin meminta maaf langsung padanya." Sikap tulus Xiao Nan yang tak terduga membuat Xie Yi tertegun sejenak sebelum menjawab: "Aku akan panggil dia!" Xiao Nan juga berdiri: "Tidak, aku akan datang sendiri, baru bisa menunjukkan ketulusanku."
Zhen Nanfang belum tidur. Baru saja ia menerima telepon dari Shu Yi yang menjelaskan hubungan dengan keluarga Leng, lalu meminta Zhen Nanfang dan timnya membantu Leng Feng melewati rintangan maut ini.
Meski latar belakang Leng Feng sebenarnya memungkinkannya menarik diri dari rawa masalah ini, tapi karakter kuatnya - mungkin warisan dari almarhum Leng Lao - membuatnya memiliki jiwa kesatria yang pantang mundur sekalipun dihadapkan kesulitan besar.
Karena Shu Yi yang meminta, Zhen Nanfang tentu menyetujui. Sebenarnya bahkan tanpa faktor Shu Yi, demi Xie Yi pun ia tidak akan tinggal diam. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada Xiao Nan agar tidak memanfaatkan perasaan Xie Yi.
Zhen Nanfang sedang duduk di sofa sambil merokok. Xiao Hui tidak kembali ke kamarnya, melainkan duduk di sebelah Zhen Nanfang sambil membuka-buka majalah tua.
Mendengar bel pintu berbunyi, Xiao Hui melompat membuka pintu. Ketika melihat Xie Yi membawa Xiao Nan, senyumnya langsung menghilang: "Apa maksudmu datang ke sini?" Xiao Nan tahu hubungan Xiao Hui dan Zhen Nanfang pasti sangat khusus. Ia tersenyum tipis: "Nona Xiao Hui, aku datang untuk minta maaf pada Tuan Zhen. Apakah beliau ada?"
Mendengar perkataan Xiao Nan, Xiao Hui tak enak hati terus cemberut. Wanita memang menjunjung martabat. Sikap Xiao Nan sudah cukup baik. Tiba-tiba ia sadar dirinya tak lagi membenci Xiao Nan, malah merasa kasihan. Dalam hatinya ia berpikir, andai dulu tidak ikut Shu Yi menjelajah utara-selatan, mungkin dirinya juga akan bersikap manja seperti putri bangsawan.
Ia mempersilakan Xiao Nan masuk, lalu berkata pada Zhen Nanfang yang masih duduk di sofa: "Nanfang, Nona Xiao datang."
Zhen Nanfang seolah tak mendengar, tak juga bangun, bahkan tidak menoleh sedikitpun. Hati Xiao Nan kembali mendidih. Bukankah sikapnya sudah cukup merendahkan diri? Masak sih Zhen Nanfang masih somong sampai segitunya?
Xie Yi juga kesal. Meski niat Zhen Nanfang baik untuknya, tapi sikap arogan ini keterlaluan. Ia melangkah mendekat: "Nanfang, Nona Xiao datang sendiri untuk minta maaf." Namun ia baru sadar, Zhen Nanfang terlihat seperti biksu yang sedang bermeditasi dalam-dalam, puntung rokok di tangannya hampir membakar jari.
Ia tidak berbicara lagi, melainkan memberi isyarat diam kepada semua orang. Zhen Nanfang sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius. Xiao Hui tersenyum kecut, lalu berbisik pelan kepada Xiao Nan: "Jangan tersinggung, pasti dia sedang memikirkan sesuatu."
Setelah lama, Zhen Nanfang baru tersadar: "Lho? Kenapa kalian datang?" Ia menatap Xie Yi dan Xiao Nan. Xie Yi menjawab: "Nona Xiao ingin meminta maaf langsung padamu, memaksaku mengantarnya ke sini." Zhen Nanfang tersenyum sambil berkata: "Nona Xiao, tak perlu permintaan maaf. Silakan duduk."
Xiao Nan tidak langsung duduk. Meski Zhen Nanfang mengatakan tak perlu minta maaf, ia tetap bersikeras: "Tuan Zhen, kejadian tadi sungguh memalukan. Saya mohon maaf." Zhen Nanfang mengibaskan tangan: "Sudah lewat biarlah berlalu. Kita semua masih pemuda, punya sedikit temperamen itu wajar."
Xiao Nan menarik napas lega. Dengan suara lembut ia berkata: "Tuan Zhen..." Zhen Nanfang memotongnya: "Jangan terlalu formal. Panggil aku Xiao Zhen atau Nanfang saja." Xiao Nan melirik ke Xiao Hui yang mengangguk, barulah ia melanjutkan: "Xiao Zhen, aku masih berharap kalian bisa membantu kami."
Zhen Nanfang menjawab: "Bantuan bisa saja, tapi kami hanya bisa bekerja di belakang layar. Kau tahu sendiri, ini kasus kepolisianmu. Kami tak bisa turun tangan langsung." Xiao Nan mengangguk, memahami fakta yang disampaikan Zhen Nanfang. Ia berkata: "Asalkan bisa mendapat bantuan kalian, aku sudah sangat bersyukur."
Zhen Nanfang tidak lagi sungkan dengannya, namun berkata: "Sampai saat ini, informasi yang kami miliki tentang kasus ini masih terbatas. Bagaimana kalau kamu berusaha menyiapkan semua data terkait kasus ini untuk kami. Ngomong-ngomong, katanya ini seharusnya dua kasus terpisah ya? Sepertinya kalian sudah menggabungkan investigasinya." Xiao Nan menjawab: "Hm, akan kucoba carikan data lengkap kedua kasus untuk kalian."
Zhen Nanfang berkata: "Semakin cepat semakin baik. Aku tahu waktu sangat berharga bagi kalian." Xiao Nan menyahut: "Besok pagi-pagi akan kubawakan ke sini. Selain itu, nanti malam ingin kuundang kalian makan malam di rumah." Xie Yi menyela: "Mungkin makanannya tidak perlu?" Zhen Nanfang melototinya: "Makan, kenapa tidak? Kita semua harus berkumpul kembali untuk membahas perkembangan kasus."
Zhen Nanfang kemudian menatap Xiao Lan: "Ngomong-ngomong Xiao Lan, untuk urusan koordinasi kami serahkan pada Xie Yi. Luangkan waktu untuk lebih akrab agar kerja sama tim lebih lancar!" Ini adalah upaya Zhen menciptakan peluang bagi Xie Yi. Xiao Lan memahami maksud tersembunyi ini. Matanya beralih ke Xie Yi yang sedang terpana memandanginya. Terkejut karena tatapan itu, Xie Yi buru-buru menundukkan kepala.
Dalam hati Xiao Lan tertawa geli, sebenarnya bajingan ini cukup menggemaskan.
Xiao Lan mengangguk: "Baik, akan kulakukan." Hati Xie Yi dipenuhi sukacita. Ia melirik Zhen Nanfang dengan tatapan penuh syukur.
Xiao Hui baru bertanya: "Nanfang, tadi kamu sedang memikirkan apa?" Zhen Nanfang menjawab: "Aku sedang memikirkan satu masalah, selembar kertas itu." Mendengar perkembangan kasus, Xiao Nan menjadi bersemangat: "Kertas yang kudapatkan di TKP itu?" Zhen Nanfang mengangguk: "Apakah ada kertas serupa yang muncul di kasus pertama?"
Xiao Nan menggelengkan kepala: "Tidak, atau mungkin kita tidak memperhatikannya?" Zhen Nanfang berkata: "Kurasa tidak ada." Xiao Nan bertanya bingung: "Mengapa?" Zhen Nanfang menjawab: "Perasaan." Jawaban ini membuat Xiao Nan tertegun sejenak, perasaan? Bukankah ini terlalu tidak ilmiah?
Zhen Nanfang melanjutkan: "Pernahkah kalian berpikir, mengapa kertas itu tidak muncul di samping mayat, tapi di belakang toilet kamar mandi?" Semua menggelengkan kepala. Tiba-tiba pintu terbuka, Shi Qing dan Ran Fang masuk.
Shi Qing tersenyum: "Sekarang kamu tenang kan? Sudah kukatakan mereka pasti sedang berdiskusi tentang perkembangan kasus." Rupanya Ran Fang mengkhawatirkan temperamen Xiao Nan yang mungkin akan bersitegang dengan yang lain. Mendengar perkataan Shi Qing, wajah Xiao Nan memerah, dalam hatinya bertanya-tanya: Apakah di mata semua orang aku dianggap gadis liar yang tidak bisa diajak bicara?
Ran Fang dan yang lain ikut duduk. Ran Fang tersenyum: "Sedang membicarakan apa? Biarkan aku ikut mendengar." Xiao Nan segera menjelaskan perkataan Zhen Nanfang. Ran Fang juga menggelengkan kepala sambil berkata tidak bisa menebak alasannya.
Zhen Nanfang juga tidak bertele-tele, ia berkata: "Menurutku ada yang sengaja menaruhnya, tujuannya agar kita menemukan." Xie Yi mengerutkan alis: "Maksudmu ada orang internal mereka yang sengaja membocorkan informasi, tapi kalau ditaruh diam-diam, kenapa tidak pakai tulisan yang bisa kita baca?" Zhen Nanfang tersenyum: "Inilah pertanyaan yang kupikirkan tadi, akhirnya kusadari ini adalah hadiah besar dari seseorang untuk kita."
"Hadiah besar?" Keheranan Xiao Nan cukup wajar.
Zhen Nanfang mengangguk: "Benar, dia sedang memperingatkan kita bahwa komunikasi internal mereka menggunakan sandi ini. Meski terlihat rumit, dengan sedikit usaha bisa dipecahkan. Ini sama saja memberikan kita buku kode, menurutmu bukan hadiah besar?"
Xiao Nan bertanya: "Kalau begitu kenapa di kasus pertama tidak dilempar keluar?" Zhen Nanfang menjawab: "Karena korban pertama tidak membawa kertas ini, atau mungkin sudah disita orang lain."
Xie Yi berkata: "Aku mengerti, kertas ini sengaja diberikan ke korban sebagai talisman pemanggil ajal. Setelah Penghukum menjalankan tugas, mereka akan menyita catatan ini. Korban pertama mungkin tidak membawanya atau sudah disita Penghukum lain." Zhen Nanfang mengangguk, sementara Xiao Nan menatap Xie Yi dengan takjub akan logikanya yang tajam. Di hatinya, nilai Xie Yi bertambah dua poin.
