Meskipun HP dan kartu SIM yang sebelumnya digunakan Shu Yi sudah dibuang, dia yakin sosok misterius yang pernah meneleponnya pasti akan menemukan cara untuk menghubunginya lagi.
Tapi sudah dua hari berlalu, tidak ada tanda-tanda apapun.
Shu Yi setiap hari hanya minum teh dan mengobrol dengan Leng Yi. Leng Yan yang dipanggil pulang merasa sangat murung. Katanya datang untuk membantu investigasi, tapi Shu Yi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mau menyelidik.
Beberapa kali Leng Yan ingin bertanya pada Shu Yi tentang tugasnya, tapi takut pada ayahnya. Melihat Shu Yi dan Leng Yi asyik mengobrol, dia kembali menahan diri.
"Seandainya Shu Yi tidak menerima pesan yang disampaikan Xiao Hui dari Xie Yi, dia mungkin akan sedikit panik. Namun setelah mendapatkan pesan dari Xiao Hui itu, hatinya sudah lebih tenang."
Sore itu, Zhen Nanfang menerima telepon dari Liu Xue. Suara Liu Xue masih sama menggoda seperti biasa, lembut dan merdu, mudah membangkitkan imajinasi liar.
Xiao Hui yang berada di samping Zhen Nanfang berbisik, "Perempuan rubah!" ketika mendengar telepon dari Liu Xue. Zhen Nanfang tak tahu apakah Liu Xue bisa mendengarnya. Tapi sekalipun dengar, dia paham keterlibatan keluarga Liu dalam kasus ini murni karena Liu Feng dan Liu Yue. Mustahil keluarga Liu mau membantu penyelesaian kasus tanpa pamrih.
"Nanfang, sedang apa?" tanya Liu Xue dengan suara malas. Zhen Nanfang tersenyum kecut. Dia yakin ini sengaja, karena Liu Xue biasanya pendiam dan bersikap dingin.
Pasti dia tahu Xiao Hui ada di sini, jadi sengaja mengubah gaya bicaranya yang biasa.
Zhen Nanfang melirik Xiao Hui: "Oh Kakak Xue, aku sedang nonton TV!" Liu Xue menjawab: "Datanglah ke villaku!" Saat Zhen Nanfang bertanya maksudnya, Liu Xue menurunkan volume suara: "Ada informasi penting. Mau tahu?"
Lalu suaranya kembali mengeras: “Mau? Kalau mau, datang saja!” Nada suaranya penuh pesan menggoda.
Liu Xue menutup telepon, Zhen Nanfang berkata pada Xiao Hui: “Liu Xue bilang ada kondisi penting, menyuruhku datang ke sana.”
Xiao Hui menjawab: “Jangan pergi! Dia itu perempuan rubah, mencarimu pasti bukan hal positif.” Zhen Nanfang mengernyitkan wajah: “Benar ada urusan penting, kalau tidak percaya ikut saja denganku.”
Melihat ekspresi panik Zhen Nanfang, Xiao Hui tersenyum: “Sudahlah, hanya bercanda. Aku percaya padamu. Aku tahu dia sengaja mau membuatku kesal, aku tidak akan tertipu. Pergilah, berhati-hatilah, jika ada darurat segera telepon aku.” Zhen Nanfang lega: “Kau membuatku ketakutan! Tenang, selainmu, aku tidak akan tertarik pada wanita manapun.”
Setelah berpesan lagi pada Ye Qinghan dan yang lain, Zhen Nanfang menyetir mobilnya sendiri menuju villa Liu Xue.
Sekitar 45 menit kemudian, mobil berhenti di depan villa Liu Xue.
Zhen Nanfang melihat di luar villa sudah parkir dua mobil: satu Mercedes biru, satu Cadillac hitam. Rupanya Liu Xue tidak hanya mengundang dirinya, pasti ada tamu lain.
Zhen Nanfang melangkah maju, hendak menekan bel pintu, tapi pintu tiba-tiba terbuka.
“Tuan Zhen, silakan masuk cepat, Nona sedang menunggumu di atas.” Nyonya Tan berkata pada Zhen Nanfang.
Zhen Nanfang masuk, Nyonya Tan memberitahukan bahwa Liu Xue berada di ruang studi lantai dua. Ia menunjuk ke atas, menunjukkan kamar yang dimaksud.
Zhen Nanfang naik ke atas lalu membuka pintu ruang studi. Di sofa ruang studi duduk dua lelaki, salah satunya ternyata Tang San. Zhen Nanfang tertegun sejenak. Liu Xue yang duduk di depan meja kerja tersenyum pada Zhen Nanfang: "Tuan Tang San, kalian pernah bertemu." Tang San tersenyum lalu berdiri: "Tuan Zhen Kecil, kita bertemu lagi."
Meski Zhen Nanfang merasakan permusuhan Tang San terhadapnya, namun karena mereka bisa tersenyum menjaga martabat, tentu ia tak mau ketinggalan. Zhen Nanfang mengangguk, sambil tersenyum menjawab: "Benar, hidup memang penuh pertemuan tak terduga." Liu Xue memperkenalkan lelaki lain: "Liu Zhi, sepupuku."
Liu Zhi mengulurkan tangan menggenggam tangan Zhen Nanfang. Karakter Liu Zhi mirip dengan Liu Xue, tak suka menatap lawan bicara langsung.
Dari sorot matanya, Zhen Nanfang menangkap sikap meremehkan. Karena Liu Zhi merendahkannya, Zhen Nanfang pun tak memberikan ekspresi ramah. Setelah menyentuh tangan Liu Zhi sekilas, bahkan anggukan atau senyuman pun ia tak berikan. Zhen Nanfang duduk santai di sofa.
Baru sekarang Liu Xue berdiri dari meja kerja, duduk di samping Zhen Nanfang sambil memegang lengan Zhen Nanfang: "Nanfang, tahukah hari ini hari apa?"
Wanita ini mulai berakting lagi. Sengaja mendekat dan bersikap mesra, jelas ingin memancing kecemburuan Tang San! Orang bodoh pun bisa melihat Tang San tertarik pada Liu Xue.
Zhen Nanfang meski tidak ingin dimanfaatkan Liu Xue, tapi ia berpikir kalau Liu Xue sudah menyuruhnya menemui Tang San dan Liu Zhi pasti ada maksudnya. Ia pun tak banyak bertanya, langsung berakting bersama Liu Xue: "Hari apa? Aku kok lupa?" Liu Xue tersenyum: "Rupanya aku tak ada di hatimu. Hari ini ulang tahunku."
Zhen Nanfang tertegun sejenak. Mana mungkin ia tahu tanggal ulang tahun Liu Xue. Ia melirik Liu Xue, berusaha menebak apakah ini kebohongan atau benar. Tapi kemudian ia ingat kehadiran Liu Zhi, pastilah Liu Xue tidak ngibul. Sambil menepuk dahinya ia berkata: "Lihatlah pelajaranku ini. Kemarin masih kupikirkan hadiah khusus apa yang harus kuberikan hari ini, eh begitu dapat teleponmu malah lupa lagi."
Barulah Tang San mengeluarkan kotak hadiah berpita indah dari tasnya: "Xiao Xue, untukmu! Nanti malam aku pesan meja di 'Taman Bunga'. Makan dulu, habis itu kita ke KTV buat hura-hura." Liu Zhi juga menyahut: "Iya Kakak Xue, tahun lalu ulang tahunmu aku malah tidak diundang."
Liu Xue menggeleng: "Sudahlah, tanda matanya kuterima. Hari ini aku hanya ingin berdua dengan Nanfang, menikmati dunia berdua." Tatapan Tang San menusuk wajah Zhen Nanfang bagai belati tajam, seolah ingin menyayat perut dan mencabik jantungnya. Liu Xue merangkul erat lengan Zhen Nanfang dengan kedua tangan, pipinya menempel di bahunya, bersikap seperti wanita kecil yang sedang diberkahi.
Liu Zhi juga tidak menyangka Liu Xue akan berkata demikian. Di matanya, Zhen Nanfang hanyalah seorang anak besar. Karakter pribadi Liu Xue sangat jelas baginya: terlalu tegas, terlalu matang, terlalu berpendirian kuat. Zhen Nanfang sama sekali bukan santapan yang cocok untuknya.
Liu Zhi berkata: "Kakak Xue, Kakak Tang sengaja datang untuk merayakan ulang tahunmu." Dia mengingatkan Liu Xue untuk mempertimbangkan perasaan Tang San. Mendengar ini, Liu Xue mengerutkan alis: "Liu Zhi, urusanku kapan kamu ikut campur?" Liu Zhi sangat takut dan hormat pada Liu Xue. Mendengar nada bicara seperti itu, dia langsung diam ketakutan.
Zhen Nanfang merasa dimanfaatkan. Meski sadar sedang dimanfaatkan Liu Xue, dia tak berani memberikan penjelasan.
Ekspresi Tang San berubah lagi, kali ini penuh ketulusan. Katanya pada Liu Xue: "Xiao Xue, kalau kamu memutuskan merayakan bersama Xiao Zhen, tidak apa. Lain kali aku akan rayakan secara pribadi untukmu." Lalu menatap Zhen Nanfang: "Tuan Zhen, akhir-akhir ini cuaca tidak menentu, angin dan hujan deras. Jaga baik-baik tubuhmu!"
Ucapan Tang San sarat ancaman telanjang. Zhen Nanfang tersenyum tipis, berkata tenang: "Terima kasih perhatian San Shao. Tapi aku masih muda, mengalami badai justru baik. Malah San Shao yang sudah berusia, tulang-tulangnya mungkin tak tahan berlarut-larut begini!"
Liu Xue tetap tersenyum tanpa bicara. Dia seolah menikmati dua lelaki yang saling serang dengan kata-kata tajam layaknya pedang terhunus di hadapannya.
Tang San "cring" berdiri: "Liu Zhi, kita pergi!" Zhen Nanfang dengan sopan berdiri: "Tuan Tang San, hati-hati anak tangga!" Wajah Tang San membiru, tapi dia menahan emosinya. Dia berkata pada Liu Xue: "Xiao Xue, aku pergi dulu! Selamat ulang tahun!"
Liu Xue berbisik: "Terima kasih, hati-hati di jalan, tidak usah diantar!" Inilah gaya bicara khas Liu Xue.
Tang San dan Liu Zhi pergi.
Zhen Nanfang menatap Liu Xue: "Kakak Xue, tidak fair sekali memanggilku dari jauh hanya untuk jadi perisaimu?" Liu Xue tampak tersakiti: "Bukan, hari ini benar-benar ulang tahunku. Aku hanya ingin ada yang menemani merayakan."
Zhen Nanfang menyeringai: "Kalau cari teman merayakan, pasti banyak yang berebut. Ngapain mempermainkanku?" Melihat Zhen Nanfang benar-benar marah, Liu Xue tersenyum: "Sudahlah, jangan picik. Aku punya informasi penting untukmu."
Liu Xue menarik lengan Zhen Nanfang untuk duduk di sampingnya: "Tapi sebelum kuberi tahu, kau harus temani aku merayakan dulu!" Zhen Nanfang menjawab: "Harusnya kau beri tahu sebelumnya. Lihat, aku sama sekali tidak siap."
Liu Xue berkata: "Tak perlu persiapan. Kehadiranmu saja cukup." Lalu dia berteriak: "Tante Tan, bawa anggur merah!" Zhen Nanfang berkata: "Minuman tidak perlu!" Liu Xue bersikeras: "Satu cangkir, hanya satu cangkir!"
Zhen Nanfang berpikir, hari ini adalah ulang tahun Liu Xue, tak ada salahnya menemaninya minum satu cangkir.
Lagipula nanti biarkan Liu Xue yang minum duluan, setelah dia minum baru gilirannya.
Harus diakui Zhen Nanfang masih memiliki kewaspadaan tinggi. Meski tahu keluarga Liu mencari dirinya untuk menyelamatkan Liu Yue dan menangkap pembunuh Liu Feng, dia tetap menjaga jarak dengan Liu Xue. Karakter Liu Xue terasa sangat misterius baginya.
Nyonya Tan membawa minuman itu. Liu Xue menerima botol dan cangkir: "Baik, kamu boleh pergi!" Nyonya Tan menjawab singkat sebelum pergi.
Liu Xue menuangkan dua cangkir, lalu menyerahkan satu ke Zhen Nanfang: "Bukankah kamu harus mengucapkan sesuatu?"
Zhen Nanfang tersenyum tipis: "Kakak Xue, selamat ulang tahun! Semoga kecantikanmu abadi!" Liu Xue tersenyum. Senyumannya memancarkan seribu pesona feminin.
Zhen Nanfang terpana dibuatnya.
Liu Xue berkata: "Tak kusangka bibirmu begitu manis! Ayo, kita habiskan cangkir ini." Mereka bersulang. Zhen Nanfang memandangi bibir merahnya yang anggun menyentuh tepi cangkir, lalu menghabiskannya sekali teguk. Ia menyesap perlahan: "Kakak Xue, anggur merah harus dinikmati perlahan. Hanya dengan begitu kita bisa merasakan kedalaman rasanya."
Liu Xue mengulurkan tangan menggenggam tangan Zhen Nanfang yang memegang cangkir: "Cangkir pertama harus dihabiskan, basahi lidah dulu, baru cangkir kedua bisa dikecap!" Usai berkata demikian, tangan satunya memapah bahu Zhen Nanfang, memaksanya menenggak. Awalnya Zhen Nanfang ingin menolak, namun aroma parfum lembut dari tubuh Liu Xue membuat fokusnya buyar, akhirnya ia pun meneguk habis.
