Xiao Hui memandang Liu Xue sambil tersenyum: "Kakak Liu, kamu benar-benar cantik!" Liu Xue menarik tangan Xiao Hui dan juga menunjukkan senyuman: "Kamu juga cantik, dan masih sangat muda. Berdiri bersamamu membuatku merasa agak tua."
Liu Xue kemudian mengajak semua orang masuk ke sebuah ruangan: "Ini kantorku di sini, mungkin agak sederhana. Silakan duduk sesuka hati." Ruangan tersebut sangat luas, setidaknya 60 meter persegi, dengan dekorasi yang mewah. Ye Qinghan tersenyum: "Nona Liu, kalau ini disebut sederhana, maka kantor kami tidak tahu harus menggunakan kata apa untuk dideskripsikan."
Liu Xue tersenyum tipis: "Silakan duduk sebentar, aku sudah menyuruh orang untuk menjemput bocah itu."
Liu Xue berjalan ke samping pintu dan berkata kepada seorang pelayan wanita: "Tolong siapkan beberapa cangkir teh."
Tempat ini adalah bar yang disebutkan Liu Xue. Bisnis bar ini sangat ramai, mungkin terkait dengan jaringan pergaulan Liu Xue. Liu Xue mengatakan di Kota Lai dia memiliki beberapa aset properti, dan tempat yang paling sering dikunjunginya adalah bar ini.
Menurutnya bar adalah tempat yang baik untuk mendengar berbagai urusan menarik sekaligus memperoleh informasi berharga. Ucapannya benar - orang yang minum di bar biasanya tidak bisa menyimpan rahasia setelah menenggak beberapa gelas minuman.
Xiao Hui berjalan mendekati meja kerja Liu Xue, menatap patung Venus di atas meja: "Emas murni?" Liu Xue mengangguk: "Hm, hadiah dari Tang San saat peresmian usaha." Xiao Hui dan yang lain memang pernah mendengar tentang Tang San, namun terkejut mengetahui dia memberikan hadiah mewah seperti itu pada Liu Xue, mereka semua memandangnya penuh rasa ingin tahu.
Liu Xue tersenyum: "Kenapa semua memandangku? Barang ini tidak bernilai banyak."
Orang kaya! Xiao Hui berkata: "Sepertinya Tang San sangat memperhatikanmu!" Zhen Nanfang tertawa: "Benar, Tang San bahkan mengundangku ke Klub Passion-nya untuk bernegosiasi demi kakak Xue!" Xiao Hui jadi tertarik: "Oh ya? Apa kamu pergi?" Zhen Nanfang menggeleng: "Tidak, kakak Xue melarang. Katanya Tang San mungkin berniat jahat." Xiao Hui mendengus dingin: "Beraninya! Jika dia berani usil, akan kubakar habis klub sialan itu!"
Xiao Hui adalah tipe orang yang blak-blakan, sedangkan Zhen Nanfang adalah sisik terbaliknya.
Zhen Nanfang berkata: "Tak perlu kau turun tangan. Saat ini beberapa bisnis Tang San pasti sudah mendapat pukulan berat." Xiao Hui awalnya mengangguk, lalu bertanya: "Tunggu, Kak Liu, kenapa kau begitu membela Nanfang, dan kenapa kau bertindak keras pada Tang San?"
Xiao Hui sangat cerdik, langsung menemukan inti permasalahan.
Mendengar pertanyaan Xiao Hui, wajah Liu Xue kembali memerah. Diam-diam ia melirik Zhen Nanfang. Meski sebenarnya tidak terjadi apa-apa di antara mereka, bagaimana mungkin membicarakan hal seperti ini di depan banyak orang?
Zhen Nanfang ragu-ragu tidak mau menjawab, tetap tidak bisa menjelaskan alasan yang jelas.
Jin Dahai yang polos, ia melihat Zhen Nanfang yang canggung lalu menatap Liu Xue: "Xiao Zhen, apa ada sesuatu antara kamu dan Nona Liu?" Zhen Nanfang melototinya: "Jangan sembarangan bicara! Apa mungkin? Aku menganggap Kakak Xue sebagai kakak sendiri!"
Xiao Hui mana percaya. Ia mendekati Zhen Nanfang dan berbisik pelan: "Jangan mengalihkan perhatianku. Kalau tidak jelaskan sekarang, hmm... kau tahu akibatnya!" Zhen Nanfang tersenyum kecut: "Tante, bisakah kita bicara berdua saja nanti?" Baru setelah ini Xiao Hui melepaskannya sementara.
Tiba-tiba pintu terbuka, beberapa pria berbadan besar menggiring seorang lelaki masuk.
Lelaki itu sekitar tiga puluhan, berwajah panjang dengan pangkal hidung datar. Matanya dipenuhi ketakutan: "Jangan pukuli aku lagi! Aku sudah mengakui kesalahan! Aku rela dihukum - uang... tidak banyak, mungkin 100-200 ribu masih bisa kukumpulkan."
Zhen Nanfang mendekat lalu berkata kepada para preman di belakangnya: "Kalian keluar dulu!"
Para preman menengok ke Liu Xue. Setelah wanita itu melambaikan tangan, barulah mereka pergi.
Zhen Nanfang menatap lelaki berwajah kuda: "Kau juga anggota Wan Sheng Jiao?" Wajah lelaki itu langsung berseri: "Kau juga?" Zhen Nanfang mengangguk: "Hm, aku dari Aula Arhat Ketujuh." Lelaki itu menjawab: "Aku dari Aula Arhat Kedua." Zhen Nanfang tersenyum: "Sungguh salah paham antara keluarga, sesama anggota malah saling serang."
Lelaki berwajah kuda tiba-tiba mengerutkan alisnya lagi: "Kau benar-benar dari Sekte Wansheng?" Zhen Nanfang menjawab: "Apa perlu aku membohongimu?" Lelaki itu tiba-tiba melontarkan kalimat: "Wansheng zhu miao tang!" Zhen Nanfang tertegun sejenak, Wansheng zhu miao tang? Apa maksudnya? Mungkinkah ini kode rahasia Sekte Wansheng?
Dugaan Zhen Nanfang ternyata benar. Ini adalah kode komunikasi antar kuil dalam Sekte Wansheng. Mana mungkin dia bisa menjawabnya.
Lelaki berwajah kuda menyeringai dingin: "Aku hampir tertipu olehmu! Kau sama sekali bukan anggota Sekte Wansheng." Liu Xue menyela: "Jangan buang waktu dengannya. Jika berani tidak kooperatif, lumpuhkan saja!"
Lelaki berwajah kuda itu tak lagi bicara, menutup matanya rapat-rapat.
Zhen Nanfang mengusulkan: "Kakak Liu Xue, lebih baik kita bawa dia kembali untuk diinterogasi perlahan!" Liu Xue mengangguk: "Hm, setuju. Interogasi lebih cocok di tangan kalian yang profesional. Tapi jika ada perkembangan baru, harap beri tahu kami." Zhen Nanfang menjawab: "Baiklah. Kalau begitu, Kakak Liu Xue, kami pamit dulu!"
Regu tersebut membawa lelaki berwajah kuda naik ke mobil. Tiba-tiba Liu Xue berseru: "Nanfang, ada satu hal lagi!"
Zhen Nanfang turun dari mobil. Liu Xue mendekat dan berbisik: "Masih ingat permintaan ayahku? Beliau ingin bertemu dengan Kepala Shu." Zhen Nanfang tersenyum kecut: "Apa ayahmu tidak tahu Lao Shu sedang dikejar hukum sekarang? Mana mungkin dia berani menghubungi kami." Liu Xue sebenarnya tahu, tapi tak mau menyerah. Dia yakin Shu Yi pasti masih berkomunikasi dengan Zhen Nanfang - tim inti yang paling dipercayainya.
Liu Xue berkata: "Kami memang mendengar kabar, tapi Ayah masih bersikeras bahwa Pak Shu pasti akan menghubungi kalian. Beliau berharap bisa bertemu langsung dengan Pak Shu. Beliau juga meminta saya menyampaikan pesan bahwa jika Pak Shu memerlukan bantuan apapun, Keluarga Liu pasti akan berusaha mati-matian. Katanya, Keluarga Liu tidak takut terseret masalah."
Zhen Nanfang mengangguk: "Baik, jika Lao Shu benar-benar menghubungi kami, pasti akan saya sampaikan. Tentang apakah dia bersedia bertemu dengan Wakil Komandan Liu, itu tergantung keputusannya sendiri." Ekspresi kecewa samar terlihat di wajah Liu Xue, tapi dia tetap tersenyum: "Baiklah kalau begitu."
Zhen Nanfang masuk ke mobil. Dua kendaraan itu berangkat menuju Hotel Jingyuan di Kota Lai.
Xie Yi tidak bersama para kolega. Dia pergi berkencan dengan Xiao Nan.
Dua hari terakhir ini Xie Yi selalu mencari alasan untuk menemui Xiao Nan. Awalnya rekan-rekan Xiao Nan masih meledek, tapi lambat laun mereka mulai terbiasa.
Di hamparan pasir pantai, dua payung teduh membentang. Xie Yi dan Xiao Nan berbaring di pantai dengan pakaian renang.
"Setiap hari kamu mencariku, ini bisa mengganggu pekerjaanku!" gerutu Xiao Nan lembut. Xie Yi tersenyum: "Sebenarnya kan tidak ada tugas penting yang harus kau kerjakan." Xiao Nan bangkit dari posisi berbaring, melepas kacamata hitamnya: "Siapa bilang? Tim kami masih aktif menyelidiki beberapa kasus itu!"
Ekspresi marah ala Xiao Nan justru terlihat memesona. Xie Yi terpana memandanginya. Melihat reaksi Xie Yi, Xiao Nan tertawa: "Cantik, ya?" Xie Yi mengangguk: "Cantik. Kau sungguh mempesona!" Pipi Xiao Nan memerah: "Hanya mulutmu yang pandai merayu!"
Xiao Nan perlahan mulai menerima Xie Yi dalam hatinya. Setelah berinteraksi, Xiao Nan merasa meski Xie Yi agak licik, watak aslinya tetap baik hati, terutama tidak kekurangan rasa keadilan.
Dia juga tahu Xie Yi selama dua hari terakhir selalu beralasan ada urusan untuk mencarinya, hanya demi mendekati dirinya. Tapi dia tetap menyetujui lagi dan lagi. Xiao Nan belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Karena temperamennya, banyak lelaki yang meski tertarik, takut pada sifatnya yang berapi-api sehingga mundur ketakutan.
Tak disangka ini malah menguntungkan Xie Yi.
Keduanya berbisik pelan, menikmati pengalaman pertama jatuh cinta.
Mereka tak menyadari bahaya perlahan mendekati mereka.
Orang yang sedang jatuh cinta selalu suka menjauh dari kerumunan. Jadi tak banyak orang di sekitar Xie Yi dan Xiao Nan. Saat ini, tiga sosok berbaju hitam sedang mendekati mereka perlahan.
Xiao Nan mengambil minuman ringan dan meneguk, lalu bersiap memakai kacamata hitamnya.
Tiba-tiba dia membeku, karena dari balik kacamata hitamnya melihat tiga lelaki berjas hitam mendekat dari belakang.
Xiao Nan berbisik ke Xie Yi: "Bisa berkelahi?" Xie Yi tertegun sejenak: "Berkelahi? Lawan apa?" Sosok-sosok hitam itu sudah hampir di belakang mereka. Xiao Nan langsung melompat: "Berkelahi ini!"
Xiao Nan lebih dulu menyerang! Dua genggam pasir di tangannya dilempar!
Ketiga lelaki itu refleks mengangkat tangan menghalangi mata. Xiao Nan langsung menyepak perut lelaki di tengah.
Xie Yi melirik ke kiri dan kanan, di mana bisa menemukan senjata yang memadai di pasir pantai. Melihat Xiao Nan mulai menyerang, Xie Yi mengkhawatirkan keselamatannya dan segera menyusul. Kelima orang itu berkelahi dalam kerumunan. Meski kemampuan bertarung Xiao Nan lumayan, sebagai wanita, kekuatan dan ketangguhannya masih kurang. Xie Yi sendiri hanya belajar bela diri tiga sentuhan kucing dari Shi Qing, keterampilannya cuma kulit-kulit saja, bahkan dalam duel satu lawan satu pun peluang menangnya tipis.
Xiao Nan dan Xie Yi langsung kalah sejak awal pertarungan.
Xiao Nan mulai panik. Mereka tak bisa terus-terusan bertahan. Tapi dia menyadari lawan tidak berniat membunuh, hanya ingin menangkap mereka. "Xie Yi, lari!" teriaknya sambil melompat keluar lingkaran dan menarik lengan Xie Yi. Berlari dengan kaki telanjang memberi keuntungan, sementara tiga pengejar yang memakai sepatu kulit terganggu oleh pasir yang masuk dan langkah tak stabil di pantai, membuat jarak perlahan terbuka.
Tiga sosok berbaju hitam melepas sepatu mereka dan langsung mengejar dengan ganas.
Xie Yi melihat pengejaran tak kenal ampun. "Kau yang lari, aku yang menghadang mereka!" ujarnya sambil berusaha melepaskan genggaman Xiao Nan. "Gila! Kau takkan bisa menghentikan mereka! Justru kau yang harus kabur!" bantah Xiao Nan. Xie Yi tak mau tahu - dia takkan pernah memaafkan diri sendiri jika sesuatu terjadi pada Xiao Nan.
"Sudah! Jangan banyak omong! Lari!" teriak Xiao Nan. Keduanya mengerahkan sisa tenaga dengan gigih.
Akhirnya mereka melihat kerumunan orang di ujung pantai.
Xiao Nan berteriak kencang: "Tolong! Perampokan!" Di pantai ada penjaga pantai dan patroli polisi, namun karena Xiao Nan dan Xie Yi berada cukup jauh, secara alami mereka tidak mendengar teriakan minta tolong. Tapi tiga sosok berbaju hitam di belakang menyadari aksi mereka gagal. Salah satu berkata: "Mundur!" Ketiganya berhenti dan lari ke arah sebaliknya.
