Bayangan melihat siluet melesat keluar dari kediaman keluarga Leng.
Senyum tipis mengembang di wajahnya.
Pukul tiga lebih tengah malam, masih ada "dewa malam" yang berkeliaran. Rupanya pengintaian sepanjang malam ini membuahkan hasil.
Bayangan itu mulai menyusun langkah dengan sigap.
Orang itu sama sekali tidak menyadari, ia tidak tahu bahwa saat ini ada orang yang mengikutinya. Ia berlari ke villa lain yang tidak jauh. Bayangan tidak berani mengikuti terlalu dekat, meskipun orang di depannya sama sekali tidak waspada.
Orang itu melihat ke kiri-kanan di depan pintu villa, tidak menemukan bahaya apapun, baru kemudian mendorong pintu dan menyusup masuk.
Bayangan langsung sampai di samping pintu, menyetel telinga mendengarkan. Tidak ada suara di dalam ruangan, lampu juga tidak menyala. Bayangan ragu-ragu, apakah harus ikut masuk.
Akhirnya ia memutuskan untuk sementara tidak membangunkan ular tidur, yang penting cari kesempatan melihat jelas siapa orang itu.
Orang itu naik ke lantai atas, berhenti di depan pintu sebuah kamar. Dengan lembut ia mengetuk pintu. "Masuk!" Suara lembut terdengar. Ia mendorong pintu masuk, lampu di dalam menyala dengan cahaya redup, sampai-sampai ia tidak bisa melihat jelas wajah orang yang duduk di kursi sudut.
"Kau terlambat dua menit!" Suara datang dari sudut.
"Ma-maaf, beberapa hari ini mereka mengawasi ketat, aku nyaris tidak bisa lolos dari penjaga."
Bayangan hitam di sudut berkata: "Kalau begitu kau belum menemukan kesempatan menjatuhkan tangan?" Orang itu mengangguk: "Hm, belum. Di depan kamar Shu Yi selalu ada dua orang berjaga. Lagipula, kabarnya kelincahan Shu Yi tak terukur. Meski tanpa penjaga pun aku tidak berani berhadapan langsung. Menurutku untuk mendapatkan barang itu harus pakai kecerdikan!"
“Hmph! Kecerdikan? Pakai sedikit kekuatan mungkin masih ada secuil kesempatan. Bertarung kecerdasan, sepuluh dirimu pun bukan lawan Shu Yi. Sudahlah, kamu cukup awasi dia, laporkan informasinya padaku tepat waktu. Barang itu jangan kau urusi lagi, aku akan cari cara lain.” Bayangan hitam di sudut berkata. Ia juga tahu, mengandalkan orang ini merebut barang dari tangan Shu Yi ibarat dongeng belaka.
Bayangan langsung melayang ke balkon lantai dua saat melihat cahaya di rumah menyala. Ia tak mau melewatkan kesempatan ini. Selama ada penerangan, ia bisa mengamati kondisi dalam rumah. Sayang, meski lampu redup menyala, tirai tertutup rapat. Ia hanya bisa menyetel telinga, berharap bisa menangkap dialog penghuni dalam.
“Bolehkah saya mengajukan saran?” Orang itu bertanya dengan hati-hati.
Bayangan hitam di sudut berkata tenang: “Saran atau kritik?” Orang itu buru-buru menjawab: “Saran, saran!”
“Bicaralah!”
“Bisakah jangan selalu janjian di jam seperti ini? Susah keluar!” protes orang itu. Bayangan itu menyeringai: “Aku Duta Kegelapan, tak tahan cahaya, tak tahukah kau?” Orang itu diam seribu bahasa. Si penyebut diri Duta Kegelapan melanjutkan: “Di jam inilah mental manusia paling lemah. Meski Keluarga Leng berpenjaga ketat, justru lebih mudah kau temukan celah menyelinap. Ceritakan, reaksi Keluarga Leng setelah insiden Liu Pingchuan?”
“Yang ini saya benar-benar tak tahu. Kakek Liu, anaknya, dan Shu Yi bertiga mengurung diri di ruang studi. Apa yang dibicarakan tak terdengar. Bahkan dua penjaga ruang studi pun berdiri jauh dari pintu.” Jawab orang itu.
Bayangan hitam kembali bertanya: "Leng Yan? Apa yang dilakukannya?" Orang itu menjawab: "Tidak tahu, Shu Yi yang menyuruhnya pergi." Bayangan hitam tak puas dengan jawabannya: "Kau sudah lama tinggal di Keluarga Leng, masa tak punya kemampuan menyelidiki informasi? Sudahlah, ini bukan salahmu. Dua pengawal yang kau sebut sudah dibeli sebelumnya, apakah mereka bisa dipercaya?"
Orang itu menjawab: "Bisa, pasti bisa!" Bayangan hitam berkata: "Aku punya misi untukmu." Kemudian suasana hening sejenak, bayangan menduga mereka sedang berbisik. Benar saja, terdengar orang itu terkejut: "Ini... apa ini mungkin? Makanan Kakek Leng diawasi ketat, bahkan ada yang khusus mencoba-coba."
Bayangan hitam bertanya: "Apa kau punya kesempatan mencoba?" Orang itu mengangguk: "Ada, kami bergiliran mencoba." Bayangan hitam menyatakan: "Simpan di mulut, lalu selipkan saat mencoba." Bayangan merasakan dingin di hatinya - rencana mereka jelas ingin menjebak Leng Yi. Tujuan satu-satunya pasti memframing Shu Yi.
Meski Keluarga Leng kini percaya pada Shu Yi, jika sesuatu terjadi pada Leng Yi, bagaimana reaksi Leng Feng yang tenang? Bagaimana dengan Leng Yan dan Xiao Nan? Taktik ini benar-benar licik.
Bayangan melompat lembut dari balkon, menyamar di sudut dinding villa. Jam tangannya ditekan dua kali, dua bayangan menghampiri. Dengan suara halus ia berbisik: "Sebentar lagi orang itu akan kembali ke Keluarga Leng, sergap dia!" Keduanya mengangguk, lalu lenyap seketika.
Bayangan kembali ke balkon. Percakapan di dalam jelas sudah berakhir, hanya terdengar suara bayangan hitam berkata: "Cepatlah kau pulang, jangan sampai mereka curiga." Orang itu menjawab: "Kalau begitu aku pamit dulu!" Bayangan hitam melanjutkan: "Ingat urusan yang kusampaikan. Tiga hari waktu yang kuberikan, cukup bukan?" Orang itu menegaskan: "Ya!"
Saat orang itu meninggalkan kamar, lampu padam.
Bayangan mengawasi orang tersebut berjalan perlahan menjauh, kemudian melayang turun dari balkon dan membuka pintu villa perlahan-lahan.
Penglihatan bayangan memang selalu tajam, bahkan dalam kegelapan pun masih bisa melihat samar-samar.
Setelah masuk villa, ia menutup pintu dengan lembut dan berjalan ke dalam. Tujuannya naik ke lantai dua - hendak membuka cadar Duta Kegelapan itu! Bayangan berpikir, jika bisa menangkap orang ini, mungkin bisa mengorek informasi berharga. Ia yakin orang ini menyimpan banyak rahasia.
"Sudah kuduga kau akan datang!" Suara bayangan hitam itu menggema.
Bayangan membeku. Ia tak bergerak karena lampu ruang tamu tiba-tiba menyala. Cahaya temaram itu membuat kedua bayangan saling memandang.
Atau tepatnya, hanya sang bayangan hitam yang bisa melihat jelas. Sosoknya tertutup rapat: jubah hitam bertudung dengan topeng khas perayaan Halloween ala Barat. Seluruh tubuhnya seperti bersembunyi dalam selubung hitam, hanya sepasang mata yang terlihat.
Bayangan tetap diam. Di tangan bayangan hitam, moncong pistol mengarah tepat ke arahnya.
“Saat di gedung atas, aku sudah merasakan kehadiranmu. Kau memang ahli. Andai kau tetap bersembunyi tanpa bergerak, mungkin aku pun akan ditipu. Sayangnya, kau terlalu percaya diri, bolak-balik berlarut-larut.” Nada bicara bayangan hitam penuh dengan sikap meremehkan dan ejekan.
Bayangan menghela napas: "Tak kusangka kau juga ahli!" Bayangan hitam tersenyum: "Bisa dibilang, hanya saja aku tak punya kepercayaan diri buta sepertimu. Keterampilan bertarung setinggi apapun tak bisa menghindari peluru. Jadi selama tidak perlu menggunakan kepalan tangan, aku lebih suka pakai senjata! Sederhana, stimulan."
Bayangan mengangguk: "Memang, peluru jauh lebih cepat!" Begitu bayangan selesai bicara, seberkas cahaya perak melesat dari jendela setengah terbuka, tepat mengarah ke pergelangan tangan bayangan hitam yang memegang senjata.
Bayangan hitam kaget, tapi tetap segera menembak ke arah bayangan. Dia memang karakter tangguh, tahu bayangan punya pengawal. Dalam kurang dari satu detik, dia sudah membuat keputusan untuk menembak. Senjatanya dipasangi peredam suara, hanya terlihat semburan cahaya api kecil. Bayangan bergerak, dengan gesit menghindar tepat saat dengungan rendah tembakan terdengar, peluru nyaris mengenai bahunya.
Bayangan hitam menyerah membunuh bayangan, bergegas ingin melesat ke lantai atas! Dia panik ingin kabur, tapi sadar kemungkinan lolos lewat pintu utama terlalu kecil. Bahkan curiga apakah ada pasukan cadangan di luar! Maka dia putuskan naik ke lantai dua dulu, baru mencari jalan keluar.
Saat itu, sebuah siluet melesat masuk dari luar jendela, disusul tiga cahaya perak menuju bayangan hitam! Yang datang adalah Lu You, pisau daun liu-nya berhasil membebaskan Bayangan dari kepungan. Lu You dan Bayangan saling mengenal baik, kombinasi mereka sempurna tanpa perlu komunikasi verbal bahkan kontak mata. Pisau terbang Lu You terus-menerus menghujam bayangan hitam untuk memperlambat pelariannya, sementara Bayangan bertugas mengejar dan mencegatnya.
Bayangan hitam itu dilanda kepanikan. Melihat pisau daun liu, ia langsung tahu lawannya siapa. Berhadapan satu lawan satu dengan Bayangan, ia yakin masih bisa mundur utuh meski tak bisa melukainya. Namun kehadiran Lu You membuat rencana kabur menjadi mustahil. Bahkan andai Bayangan tak ada, menghadapi Lu You sendirian pun ia tak sanggup.
Bayangan melompat tinggi dan mendarat tepat di hadapan bayangan hitam.
Bayangan hitam berhenti. Ia tahu begitu jalan kabur dihalangi Bayangan dan Lu You di belakang, pelarian menjadi mustahil. Hanya tersisa satu jurus pamungkas. Dengan cepat ia membuka baju, memperlihatkan tubuhnya yang dipenuhi bahan peledak. Tali pemicu menggenggam di tangannya: "Lu You, jangan bergerak!" Lu You tak bisa melihat bahan peledak karena posisi bayangan hitam yang membelakangi.
Lu You tak gentar, tapi terkejut ketika Bayangan juga berseru: "Dengarkan dia!"
Meski ingin mencabut topeng lawannya, Bayangan tak mau mempertaruhkan nyawa sendiri dan Lu You.
Bayangan hitam berbisik: "Lu You, melompatlah ke sini, mendekatlah dalam jarak pandangku!" Lu You terpaksa melompat naik dan berdiri di samping Bayangan.
Bayangan hitam perlahan mundur: "Di pintu masih ada orang kalian?" Bayangan menjawab: "Tidak ada." Bayangan hitam menyeringai: "Ada pun tak masalah, selain kalian berdua, yang lain tidak kuanggap serius." Dia menghilang seketika sampai di depan pintu villa, membuka pintu, beberapa kali melompat lalu hilang tanpa jejak.
Bayangan tersenyum kecut: "Sayang, dia kabur!" Lu You berkata: "Sebenarnya aku mau berjudi, kalau cuma aku sendiri pasti kucoba!" Bayangan tertegun: "Berjudi bagaimana?" Lu You menjawab: "Aku ingin mencoba memotong kabelnya sebelum sempat ditarik!"
Bayangan tersenyum: "Tidak, meski aku tak ada di sini kau tak boleh berjudi, nyawanya tak seharga kita." Lu You mendengarnya lalu tertawa. Bayangan bertanya: "Mereka berhasil?" Lu You mengangguk: "Orangnya tertangkap!"
Bayangan berkata: "Ayo, temui Kakek Leng. Karena si brengsek itu kabur dan kita sudah terpapar, lebih baik hadapi Keluarga Leng secara terbuka." Lu You berkata: "Sebenarnya, harus diakui si brengsek itu cukup hebat! Kukira kelincahannya tak kalah dari kita!" Bayangan tersenyum tipis: "Tak kalah dariku mungkin, tapi dibandingkanmu, pasti kalah jauh. Tak kau lihat wajahnya berubah saat melihat pisau Liu Ye?"
Lu You menarik kembali senyumannya: "Ternyata dari kalangan perantara!" Bayangan mengangguk: "Hm! Hanya saja tak tahu dari keluarga mana."
