Tak lama setelah Liu Pingchuan pergi, anak buah Jing Chu segera menjemput Leng Yan dan kawan-kawan.
Shu Yi duduk di ruang tamu. Jing Chu sendiri menuangkan secangkir teh untuknya lalu berkata: "Semua sudah diatur." Shu Yi tersenyum: "Terima kasih jerih payahnya, silakan duduk." Kemudian ia menatap Leng Yan yang masih berdiri kaku: "Duduklah semua, ngapain berdiri di situ."
Leng Yan akhirnya duduk bersama empat bawahannya.
Leng Yan yang memang pendiam sejak awal, duduk sambil menatap Shu Yi dengan tajam.
Shu Yi bertanya: "Lihat apa? Ada bunga di wajahku?" Leng Yan menggeleng: "Pak Shu, berikan saja misinya!"
Shu Yi berkata dengan tenang: "Baik, istirahatlah yang cukup!" Beberapa bawahan Leng Yan menatapnya. Selama beberapa hari ini, kapan mereka tidak beristirahat? Sama seperti Leng Yan, mereka semua berharap bisa menunjukkan performansi. Setelah kebakaran besar di Lanbowan, mereka sangat bersemangat, mengira Shu Yi pasti akan mengambil aksi nyata. Tapi siapa sangka sampai di sini, Shu Yi masih menyuruh mereka beristirahat.
Namun beberapa orang ini tidak enak bertanya. Jing Chu dan Leng Yan tidak terlalu akrab, tapi dia tahu Leng Yan dari Brigade Khusus Angkatan Darat di Kota Lai. Hanya saja dia tidak tahu hubungan antara Leng Yan dengan Shu Yi. Jadi dia hanya tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa.
Shu Yi melihat kegelisahan dalam hati mereka: "Ada apa? Tidak sabar? Pemburu terbaik adalah yang paling ahli menunggu. Menunggu kesempatan terbaik, lalu menyerang dengan satu pukulan pasti!"
Seorang bawahan Leng Yan bertanya: "Pak Shu, komandan bilang dulu Anda pernah jadi pelatihnya?" Shu Yi tersenyum tipis tanpa menjawab, hanya berkata: "Kau Jiangnan?" Orang itu mengangguk. Shu Yi lalu menunjuk tiga orang lainnya: "Du Tianye, Mo Zifei, Hou Zheng, benar kan?"
Keempat orang tertegun. Saat pertama kali bertemu Shu Yi, Leng Yan pernah memperkenalkan mereka. Waktu itu Shu Yi sedang berbicara dengan Leng Yi, hanya tersenyum dan mengangguk pada mereka. Setelahnya tidak ada interaksi sama sekali. Mereka sempat mengira Shu Yi sama sekali tidak menganggap mereka. Namun mereka tidak menyimpan pikiran buruk, mengingat dari cerita Leng Yan, mereka tahu Shu Yi adalah karakter yang sangat hebat. Tak disangka Shu Yi justru mengingat nama masing-masing dari mereka.
Keempat orang baru tersadar, serempak mengangguk.
Shu Yi berkata: "Kalian semua adalah sekutu Leng Yan. Di hadapanku tak perlu kaku. Karena kalian merasa tidak ada kerjaan, begini saja. Aku akan beri kalian misi." Mendengar ini, semangat mereka langsung berkobar. Shu Yi melanjutkan: "Pergilah pelajari medan Kota Xinglong. Aku ingin kalian bisa melewati setiap jalan dan gang di Xinglong bahkan dengan mata tertutup. Tidak masalah kan?"
Termasuk Leng Yan, kelimanya serempak menjawab: "Menjamin penyelesaian misi!" Shu Yi tersenyum melambaikan tangan: "Istirahat dulu. Bertindak saat fajar." Mereka awalnya ingin langsung berangkat, tapi setelah dengar perkataan Shu Yi baru sadar harus istirahat dulu.
Sudah lewat pukul lima pagi.
Shu Yi masih duduk di sofa, menunduk sambil merokok. Jing Chu duduk diam di sampingnya dengan postur tegap. Meski Shu Yi sudah lama menyuruhnya istirahat, bagaimana mungkin ia berani pergi sementara Shu Yi masih terjaga? Di matanya, Shu Yi saat ini adalah Paduka.
Shi Qing perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa sakit tak tertahankan, seperti hendak meledak.
Ada sesuatu yang terasa menekan kakinya. Ia mengulurkan tangan untuk menggesernya, namun baru menyentuh, tubuhnya langsung tersentak kaget!
Di sampingnya terbaring seorang wanita yang sedang tertidur — bukankah itu Liu Yue? Bagaimana ini bisa terjadi? Keringat dingin membasahi Shi Qing. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Liu Yue masih terlelap tanpa tanda-tanda akan bangun.
Sejak insiden "asap penggoda" waktu itu, Shi Qing selalu ekstra berhati-hati. Ia takut melakukan hal yang tak bisa dimaafkan. Tapi tetap saja terjerumus. Perasaannya begitu berat. Ini masalah apa lagi? Tiba-tiba ia menyadari sesuatu — di manakah mereka sekarang?
Pasti ini bukan ruang bawah tanah semalam. Cahaya matahari menyelinap melalui celah tirai, menyinari wajah Shi Qing dengan hangat.
Dengan gerakan pelan, Shi Qing berusaha bangun untuk mengenakan bajunya. Bagaimana mungkin ia menghadapi Liu Yue dalam keadaan telanjang? Perlahan ia menggeser kaki Liu Yue, berbalik hendak bangkit. Tiba-tiba sang wanita merangkulnya erat dari belakang. Seluruh tubuhnya gemetar. Liu Yue juga telanjang. Tubuhnya menempel membara di punggung Shi Qing, menghantarkan suhu yang menyengat.
Shi Qing dengan lembut mencoba melepaskan genggaman Liu Yue. Tak disangka, Liu Yue berbisik: "Peluk aku, ya?" Shi Qing tak berani bergerak lagi, juga tak punya keberanian untuk berbalik. Setelah mengambil napas dalam: "Liu Yue, maafkan aku!" Liu Yue berbisik: "Jangan bicara." Shi Qing menghela napas, ia bisa merasakan aroma kebahagiaan feminin dari Liu Yue.
Shi Qing berkata: "Apa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi?" Liu Yue diam. Shi Qing melanjutkan: "Lepaskanlah, biarkan aku bangun. Aku sudah sekali melakukan kesalahan, tak boleh salah lagi." Liu Yue berbisik: "Apa kamu ingin berpura-pura tak ada yang terjadi?" Shi Qing tertegun. Benar, segalanya sudah terjadi. Tak mungkin kembali seperti dulu, apalagi dengan Liu Yue.
Hati Shi Qing kacau, tapi ia tetap berdiri dan mengenakan bajunya: "Kamu juga cepatlah bangun. Lihatlah ini tempat seperti apa." Shi Qing memutuskan untuk menunda urusan ini sementara. Hanya menunda, ia tahu masalah ini harus ada jalan keluarnya. Perkataan Shi Qing membuat Liu Yue terkejut. Baru sekarang ia melihat sinar matahari itu. Liu Yue dengan gembira bangkit: "Cahaya matahari!" Tiba-tiba ia sadar tak mengenakan apa-apa, wajahnya memerah: "Bisa tolong lempar bajuku?"
Shi Qing menyerahkan baju itu. Liu Yue cepat-cepat mengenakannya. Tanpa sengaja pandangan Shi Qing menangkap noda merah pada sprei. Hatinya berdebar. Ia menengadah melihat Liu Yue yang juga menyadari pandangan itu dan rahasia di sprei. Dengan wajah merah padam, Liu Yue menundukkan kepala.
Shi Qing juga merasa curiga di lubuk hatinya, sebenarnya apakah semua ini benar-benar terjadi? Apakah dirinya dan Liu Yue benar-benar melakukan sesuatu? Ia benar-benar tidak tahu, bahkan tidak ada sedikitpun ingatan yang tersisa.
Shi Qing melihat ke arah meja samping tempat tidur, ada telepon dan panduan penginapan kamar hotel.
Shi Qing melihat telepon di meja samping tempat tidur, ia menekan cara yang tertera di panduan untuk menghubungi Zhen Nanfang, ternyata tersambung.
"Nanfang, ini Shi Qing. Aku dan Liu Yue sekarang di Hotel May Flower, nomor kamar... tunggu sebentar." Liu Yue buru-buru lari ke pintu melihat nomor: "609." Shi Qing kemudian berkata: "Nomor 609."
Zhen Nanfang yang menerima telepon Shi Qing juga terkejut, tapi ia tak sempat terkejut. Ia langsung memanggil Ye Qinghan dan yang lain untuk menjemput Shi Qing.
Setelah menutup telepon, Shi Qing duduk. Ia masih tak berani menatap Liu Yue, hanya bertanya pelan: "Apa kamu tahu sebenarnya apa yang terjadi?" Liu Yue menggelengkan kepala: "Aku juga tidak tahu. Yang kuingat setelah makan malam tiba-tiba sangat mengantuk, lalu tertidur di sofa." Ingatan Shi Qing juga terhenti setelah makan malam.
Shi Qing dan Liu Yue tak lagi berbicara. Perasaan mereka sangat rumit. Shi Qing tak pernah membayangkan dirinya akan melakukan hal seperti ini. Dalam hatinya, seumur hidup ia hanya akan menjadi anggota agama Buddha. Tak terpikir olehnya akan berhubungan dengan wanita di duniawi, tapi ini benar-benar terjadi. Ia merasa sangat bingung.
Namun di lubuk hati Liu Yue dipenuhi kebahagiaan. Ia selalu menyukai Shi Qing sejak pertama kali melihatnya. Tapi ia juga tahu keteguhan hati Shi Qing dalam mengabdi pada Buddha. Berkali-kali ia mengeluh, sadar bahwa mencintai orang yang tak seharusnya dicintai, tapi tetap terjerumus. Ia paham cinta ini mungkin tak berujung, tapi tak bisa melepaskan diri.
Meski merasa canggung dengan kejadian ini, Liu Yue tetap bahagia. Setidaknya hubungannya dengan Shi Qing telah berubah. Ia berharap peristiwa ini mengubah sikap Shi Qing terhadapnya, bahkan berharap Shi Qing mau meninggalkan status biksu demi dirinya. Tentu, ia juga berpikir: sekalipun Shi Qing tetap jadi biksu, ia tak akan menyesal. Terkadang mencintai seseorang tak perlu terlalu memikirkan hasil akhir.
Shi Qing mungkin tak banyak mengingat kejadian tadi malam, tapi Liu Yue ingat semuanya. Sejak tengah malam ia sudah siuman, terbangun oleh rasa sakit yang menusuk. Rasa sakit itulah yang mengubahnya dari gadis menjadi wanita. Sayangnya saat itu Shi Qing tak sadarkan diri. Karena itu sepanjang malam ia tak berani bergerak, khawatir membangunkan Shi Qing dan membuat malu. Ia tertidur dengan senyum bahagia, bahkan tak sempat memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Karena ia terus bersembunyi di balik selimut, larut dalam manisnya kebahagiaan.
Zhen Nanfang dan rombongan segera tiba. Ketika mereka datang, Liu Yue sudah memotong sepetak kecil sprei tempat darah keperawanannya. Ia menyembunyikan tanda mata berharga itu dengan hati-hati di tubuhnya.
Tapi Ye Qinghan masih bisa melihat ekspresi tidak natural keduanya. Ia tidak bertanya, hanya berkata pada Shi Qing: "Barusan kami menanyakan ke resepsi. Kalian dibawa ke sini tadi malam pukul sebelas lewat oleh dua pria dan satu wanita. Mereka hanya bilang kalian mabuk, lalu menginapkan kalian di sini."
Zhen Nanfang berkata: "Sudah kusuruh Xiao Sheng untuk mengambil rekaman CCTV hotel. Semoga kita bisa menemukan titik lemah dari ketiga orang itu. Ayo kita pergi!"
Sesampainya di lobi hotel, setelah menunggu dua menit, Xiao Sheng juga kembali. Dia berhasil mendapatkan rekaman CCTV hotel.
Semua naik ke mobil. Zhen Nanfang berkata pada Liu Yue: "Nona Liu, kami akan mengantarmu ke Pelabuhan Lai. Pamammu sangat mengkhawatirkan keselamatanmu." Liu Yue melirik sekilas ke arah Shi Qing, lalu menjawab: "Hm."
Shi Qing menundukkan kepala, mengalihkan topik. Dia bercerita pada Zhen Nanfang tentang pengalaman mereka belakangan ini, termasuk menyebut Tang San dan Xiao Ji! Zhen Nanfang memberitahu Shi Qing bahwa Tang San sudah mati, lalu menjelaskan urusan Xiao Hui. Shi Qing berkata: "Sepertinya Xiao Ji sekarang jadi kunci sebenarnya. Nanfang, harus segera temukan dia!"
Sebenarnya tidak perlu dicari, Xiao Ji malah datang sendiri. Dia menghubungi Zhen Nanfang via telepon, mengatakan akan mengantar Qi Xuan'er ke sini.
