Shu Yi tak menyangka Xiao Ji begitu berani mengakui Shi Qing berada di tangannya. Dengan senyum tipis ia bertanya: "Bisa jelaskan alasannya?" Xiao Ji menjawab: "Kami membawa Shi Qing hanya ingin menyelidiki bagaimana persisnya Kepala Biro Chunyu meninggal." Shu Yi bertanya: "Sudah jelas?"
Xiao Ji menggeleng: "Sayangnya, mulutnya sangat ketat. Tak satu kata pun mau diucapkan!"
Shu Yi menyesap tehnya: "Aku akan membawanya pergi!" Xiao Ji tersenyum: "Sepertinya Anda tidak akan bisa pergi!" Mendengar itu, Shu Yi juga menunjukkan senyuman: "Bagaimana? Kau ingin menahanku?" Xiao Ji menggeleng: "Kemampuan Pak Shu sudah kami ketahui. Aku sadar takkan bisa menahanmu, tapi kurasa Badan Intelijen atau kepolisian pasti tertarik menemuimu. Ngomong-ngomong, termasuk Badan Keamanan Militer kalian."
Shu Yi berbisik: "Apa maksudmu?" Xiao Ji menjawab datar: "Sebaiknya Pak Shu yang lebih paham. Mungkin Anda sudah lupa identitas sendiri - Anda buronan kelas berat. Aku hanya menjalankan kewajiban." Mendengar sirene berdering di lantai bawah, Shu Yi menatap Xiao Ji: "Rupanya persiapanmu matang."
Xiao Ji mengangguk: "Anda pasti bisa menyelidiki beberapa markas kami di Jizhou. Dari semua opsi, Anda pasti memilih Asosiasi Pedagang Zhejiang - markas paling sepele dan paling terbuka dari empat lokasi. Target Anda pasti di sini. Bersembunyi di keramaian, tempat paling terbuka justru paling aman. Benar kan analisis saya, Pak Shu?"
Shu Yi menghela napas: "Kau memang cerdik. Hanya saja aku belum paham, bagaimana staf Dinas Intelijen Angkatan Laut mau menurutimu? Sepengetahuanku, kau tidak menjabat posisi kepemimpinan." Xiao Ji berkata: "Sederhana. Aku tahu keinginan mereka, dan kebetulan punya kemampuan untuk mewujudkan mimpi mereka. Tentu juga berkat anak buahmu. Andai Chunyu Yanggang tidak mati, mustahil aku bisa mengendalikan Dinas Intelijen Angkatan Laut semudah ini."
Shu Yi tersenyum: "Pasangan pria wanita di sebelah itu juga anggota Biro Intelijen Angkatan Lautmu?" Xiao Ji menggeleng: "Bukan, semua orang di sini bukan anggota. Kecuali aku, tempat ini juga bukan markas Biro Intelijen Angkatan Laut. Tempat ini sengaja kubocorkan, kalau tidak kau tidak mungkin bisa menemukannya secepat ini."
Shu Yi mengeluarkan rokok dan menyalakan sebatang, berkata: "Sebutkan syaratmu?"
Xiao Ji tertegun sejenak: "Aku? Syarat apa yang kumiliki? Aku sepenuh hati untuk Biro Intelijen Angkatan Laut, untuk membalas dendam Kepala Biro kita Chunyu." Shu Yi berdiri: "Baiklah, kalau kau tidak mau bernegosiasi, aku berpamitan!" Xiao Ji menjawab: "Mau pergi? Kau pikir bisa kabur sekarang?" Shu Yi berkata: "Selama aku mau pergi, tak ada yang bisa menghadang."
Xiao Ji menyeringai: "Benarkah?" Begitu ucapannya selesai, ia langsung menyerang Shu Yi. Tangan Xiao Ji meraih dan mengunci pergelangan tangan Shu Yi, namun dengan gerakan cepat, Shu Yi memutar pergelangan dan justru menguasai tangan Xiao Ji.
Gerakan Shu Yi sangat cepat, dalam sekejap ia sudah menguasai kendali atas Xiao Ji.
Shu Yi menarik Xiao Ji ke depannya, tangan memegang pistol: "Antar aku keluar, jangan coba-coba main akal! Atau jangan salahkan aku." Xiao Ji berkata dengan tenang: "Kau pikir ancamanmu berpengaruh padaku?"
Shu Yi diam, menggeser pengaman pistol ke posisi aktif.
Tuan Xiao Ji yang memang telah berpengalaman menghadapi situasi sulit berkata, "Apakah kamu tidak mau menyelamatkan Shi Qing lagi?" Shu Yi menjawab, "Mau, tapi itu urusan berikutnya. Sekarang kau harus mengantarku pergi dari sini dulu." Xiao Ji tersenyum kecut, "Menurutmu aku punya kemampuan itu?" Shu Yi mengangguk: "Ada! Sebelumnya kau tidak jujur tentang satu hal. Tempat ini sebenarnya markas Kantor Intelijen Angkatan Laut kalian. Alasanmu menyangkal tadi adalah takut aku akan menyandera dan memaksamu membantuku keluar dari kesulitan."
Tuan Xiao Ji masih ingin mengulur waktu, Shu Yi mendorongkan pistol ke punggungnya: "Ayo pergi!"
Shu Yi menggiring Tuan Xiao Ji masuk ke ruang sebelah. Lelaki dan wanita tadi sudah berpisah. Wanita yang pertama menyambut Shu Yi dan pria yang menemani Xiao Ji mengobrol juga ada di dalam. Mereka terkejut memandangi Shu Yi dan Xiao Ji. Shu Yi berkata: "Kalian keluar!" Begitu kata-katanya keluar, empat pucuk pistol langsung diarahkan.
Shu Yi tidak takut. Tangannya mencengkeram Xiao Ji yang menjadi perisai alami: "Suruh mereka tidak bergerak!" Tuan Xiao Ji mengangguk, empat pucuk pistol diturunkan. Shu Yi berkata pada wanita yang menyambutnya tadi: "Kau, datang buka kompartemen rahasia!" Xiao Ji kaget, bagaimana Shu Yi tahu ada kompartemen rahasia di sini? Wanita itu memandang Xiao Ji dengan tatapan bertanya. Xiao Ji menghela napas: "Lakukan seperti katanya!"
Wanita itu berjalan mendekat, membuka rak buku. Di dalamnya terdapat patung perunggu Guanyin. Dengan putaran lembut, panel dinding rak buku bergeser, memperlihatkan pintu lift. Shu Yi menekan tombol untuk membuka pintu lift, mengawal Tuan Xiao Ji masuk, lalu menutup pintu. Di dalam ruangan tersisa empat orang pasangan yang masih terpana.
Lift turun. Xiao Ji bertanya, "Bagaimana kau tahu?" Shu Yi tersenyum tenang, "Tebakan. Tadi saat kudorong pintu masuk, aku sangat sensitif terhadap mekanisme tersembunyi. Dinding itu jelas lebih tebal dari yang lain. Awalnya kukira itu hanya lorong antar lantai, tak menyangka ternyata lift yang langsung menuju lantai satu."
Xiao Ji berkata, "Bahkan jika sampai lantai dasar, kau takkan bisa kabur. Anak buahku sudah menyuruh polisi menunggu di sini."
Shu Yi tersenyum sambil menjawab, "Benarkah?" Xiao Ji mengangguk. Saat itu pintu lift terbuka, memperlihatkan ruangan yang mirip pos jaga. Keluar ke ruang depan, area itu juga kosong.
Shu Yi berkata, "Sepertinya rekanmu tidak memberi tahu polisi." Xiao Ji tersenyum kecut, "Sebenarnya apa maumu?" Shu Yi menjawab, "Tenang, aku takkan mempersulitmu. Bawa aku menemui Shi Qing!" Xiao Ji menghela nafas, "Baiklah. Bertemu denganmu, aku mengaku kalah." Keduanya tiba di area parkir luar. Shu Yi melihat gerbang Kamar Dagang Zhejiang dikepung polisi bagai menghadapi musuh besar. Ia juga menyadari banyak orang berpakaian preman di kerumunan penonton - pastilah anggota departemen keamanan nasional setempat.
Namun tak ada yang menyadari ia sudah membawa Xiao Ji keluar.
Shu Yi mengajak Xiao Ji naik mobil, lalu menghidupkan mesin dan berangkat menuju arah Pabrik Mesin Jizhou.
Xiao Ji berkata: "Pak Shu, sebenarnya saya selalu mengagumi Anda." Shu Yi tersenyum: "Benarkah? Kalau begitu saya harus merasa terhormat." Xiao Ji menggelengkan kepala: "Tapi ada satu hal yang tidak saya setujui." Shu Yi diam sambil menyetir dengan tenang, kedua tangan Xiao Ji diborgol di pintu mobil. Shu Yi tidak takut dia bergerak liar: "Coba katakan!"
Xiao Ji melanjutkan: "Anda terlalu emosional dan terlalu memihak. Kali ini Anda jadi buronan, orang cerdas pasti tahu ini jebakan yang dibuat khusus untuk Anda. Dengan kecerdasan Anda, seharusnya mudah melihatnya, tapi Anda malah masuk perangkap." Shu Yi mengangguk: "Hm, kritik yang fair. Tapi seandainya diulang lagi, saya tetap akan melakukan hal yang sama."
Xiao Ji bertanya: "Apakah kematian Kepala Biro Chunyu ada hubungannya dengan orang-orang Anda?" Shu Yi menoleh memandang Xiao Ji: "Saya juga curiga apakah kematian Kepala Biro Chunyu ada hubungannya dengan orang dalam kalian sendiri."
Pertanyaan Shu Yi membuat Xiao Ji tertegun. Shu Yi menjelaskan: "Orang-orang saya tidak punya alasan untuk mencelakai Kepala Biro Chunyu. Bukankah kamu juga pernah dibawa orang saya untuk bantu penyelidikan? Seharusnya kamu sangat tahu bagaimana mereka memperlakukanmu. Saya jamin orang-orang saya berprinsip. Justru karena itu, banyak kegiatan investigasi mereka jadi terhambat!"
Shu Yi melanjutkan: "Meskipun saya tidak pernah menghubungi mereka, saya cukup memahami kondisi umum mereka. Saya juga mendengar Zhen Nanfang dan Ye Qinghan pernah menemui Kepala Biro Chunyu, meskipun ada sedikit ketegangan. Tapi semua ini tidak mungkin menjadi alasan mereka untuk menjatuhkan tangan pada Kepala Biro Chunyu, menurutmu?"
Xiao Ji berpikir sejenak, lalu mengangguk.
Shu Yi berkata: "Sebaliknya, alasan kecurigaan tim saya terhadapmu lebih kuat. Baik dalam kasus penculikan Shi Qing dan Liu Yue, maupun penyelamatan Xiao Hui dan Qi Xuan'er, selalu ada bayanganmu. Kau bilang sedang menyelidiki kasus Sekte Wansheng bahkan berhasil menjadi Arhat Aula Ketujuh, tapi sama sekali tidak memberikan petunjuk atau bukti yang berguna untuk penyelidikan kami. Wajar mereka meragukan apakah kau sudah berubah wujud."
Xiao Ji menjawab: "Sebenarnya penyelidikan saya terhadap Sekte Wansheng sudah ada hasil. Hanya saja saya bertanggung jawab langsung kepada Intel Angkatan Laut. Pak Shu, Anda pasti tahu - tanpa pemberitahuan penggabungan kasus, saya tidak bisa membocorkan hasil penyelidikan. Jadi saya bisa bekerja sama dengan penyelidikan terhadap diri saya..." Separuh kalimat terakhir Xiao Ji membuat Shu Yi paham - Xiao Ji terikat disiplin institusi, tanpa perintah atasan, dia tidak boleh sembarangan membuka hasil investigasi.
Shu Yi berkata: "Saat ini aku hanya buronan, urusan ini menurutku akan ada yang berkoordinasi dengan kalian. Tapi aku tak mau kau mengincar teman-temanku lagi, ini tak bisa kutolerir." Xiao Ji menghela napas: "Bisa bekerja sama dengan Pak Shu adalah berkah." Shu Yi menjawab: "Janganlah menjilat, kuharap kejadian seperti ini tak terulang lagi. Dan kujamin kematian Kepala Biro Chunyu tak ada hubungannya dengan tim kami, percayalah pada tim investigasi!"
Xiao Ji berkata: "Baik, aku berikan kau martabat ini."
Shu Yi berbicara kalem: "Tang San kau yang bunuh?" Hati Xiao Ji berdebar: "Bukan!" Shu Yi meliriknya diam-diam: "Kalau pun iya, dalam keadaan darurat kita harus fleksibel. Asal jangan menjebak orang lain saja!" Keringat dingin mengucur di dahi Xiao Ji, tapi wajahnya tetap tenang: "Tak mungkin!"
Mobil tiba di gubuk dekat pabrik mesin Jizhou. Begitu berhenti, wajah Xiao Ji berubah pucat: "Ada kondisi."
"Kenapa?" Shu Yi bertanya pelan. Xiao Ji menjawab: "Pos jaga diam-diam dicabut!" Shu Yi mengerutkan alis: "Apa ada urusan yang bocor?" Xiao Ji menggeleng: "Tak mungkin, mereka takkan meninggalkan pos tanpa izin. Pak Shu, kami juga tahu pentingnya Shi Qing!"
Shu Yi membuka borgol Xiao Ji: "Jangan main akal-akalan!" Xiao Ji tersenyum kecut: "Di hadapanmu mana berani?" Keduanya lalu berjalan ke pekarangan kecil, sama-sama sangat hati-hati.
