Xiao Ji menyesap anggur merah sambil mengagumi "Serenade" karya Chopin. Kedua kakinya terangkat di atas meja teh. Saat terhanyut dalam musik, ia bahkan menutup mata. Jari-jari tangan kanannya mengetuk-ngetuk sandaran sofa dengan lembut mengikuti irama.
Yanhong duduk diam-diam di samping, memegang majalah fashion sambil membalik halaman secara acak.
Xiao Ji membuka mata: "Sudahkah kau rapikan daftar nama itu?" Yanhong menjawab: "Sudah disaring tahap awal, garis besarnya sudah ditetapkan." Xiao Ji berkata: "Hm, urusan ini harus kau percepat. Dewa Kebebasan dari sana terus mendesak." Yanhong mengangguk: "Baik, dalam tiga hari pasti akan kuselesaikan."
Xiao Ji tersenyum, menunjuk kakinya: "Kemari, pijat aku." Yanhong menurut dan berjongkok di sampingnya, mulai memijat kaki pria itu. Tatapan Xiao Ji tertuju pada Yanhong yang terus menunduk. Dari sudut matanya yang dingin, Yanhong tak bisa melihat ekspresi wajah Xiao Ji saat ini.
Xiao Ji berkata dengan tenang: "Kali ini orang-orang akan kamu yang memimpin mereka untuk mengikuti pelatihan di Akademi Komunikasi Arwah."
Yanhong merasa senang di hati, ini kesempatan emas untuk mendekati Dewa Kebebasan, tapi tak berani menunjukkan ekspresi di wajah. Ia menjawab: "Baik."
Xiao Ji tidak lama menginap di sini lalu pergi. Yanhong duduk di sofa, menyalakan sebatang rokok. Mood-nya sudah tenang kembali. Meski tadi Xiao Ji menyuruhnya bertanggung jawab mengantar orang ke Akademi Komunikasi Arwah, kini ia khawatir jangan-jangan ini jebakan. Tapi entah perangkap atau bukan, ia tetap akan terjun. Ia harus menyelesaikan misinya, yaitu menyelidiki rahasia Sekte Wansheng.
Sejak Chazi meninggal, rumah ini hanya dihuninya sendirian, sunyi senyap. Ia tak bisa melupakan tatapan minta tolung Chazi sebelum menghembuskan napas terakhir. Saat itu Yanhong tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyaksikan Chazi mati di hadapannya.
Yanhong mengangkat botol anggur merah di meja, memaksanya menenggak beberapa tegukan besar. Menggigit gigi ia berbisik: "Aku harus membalas dendam ini."
Yanhong ragu-ragu. Haruskah ia melaporkan urusan Akademi Komunikasi Arwah ini ke atasan? Tapi setelah dipikir, ia memilih menyerah. Karena dari sekarang hingga kepergian ke akademi masih ada waktu tiga lima hari. Jangan-jangan ada mata rantai yang bermasalah sehingga membangunkan ular tidur. Seperti pepatah 'khawatir terjadi perubahan yang tidak diinginkan' yang sering disebut orang.
Yan Hong secara refleks sudah tidak terlalu mempercayai orang-orang Biro 9. Ia merasa kematian Chazi tidak sesederhana yang terlihat. Ia ingat sehari sebelum meninggal, Chazi sempat melaporkan temuannya kepada pimpinan Biro 9. Keesokan harinya Chazi langsung mengalami kecelakaan.
Yan Hong teringat kembali pada tiga Pak Senior itu. Entah mengapa, justru mereka terasa lebih bisa diandalkan. Ia memutuskan untuk diam-diam memberitahu Hua Wei dan kawan-kawan tentang masalah ini, agar jika terjadi sesuatu padanya, ada yang tahu duduk perkaranya. Yan Hong mengambil tas dan keluar rumah. Ia menyantap sedikit makanan di warung makan malam, memastikan tidak ada yang menguntit, lalu berjalan menuju telepon umum di pinggir jalan.
Dengan kata-kata singkat, Yan Hong menjelaskan seluruh peristiwa. Hua Wei tidak menyela sama sekali dari awal sampai akhir. Setelah mendengarkan dengan seksama, ia berkata: "Si gadis, saran saya cepat-cepatlah pergi. Aku curiga Xiao Ji akan menjatuhkan tanganmu." Yan Hong menjawab tegas: "Tidak, Hua Lao. Aku tidak akan mundur. Sudah lama aku menunggu kesempatan ini. Aku harus menyelidiki sampai tuntas, aku harus membalas dendam untuk Chazi."
Hua Wei menghela napas perlahan. Ia tahu Yan Hong adalah orang yang keras kepala, nasihat sebanyak apapun tidak akan mengubah keputusannya.
Hua Wei berkata: "Kalau begitu, berhati-hatilah. Jika ada kesulitan, segera hubungi aku. Ngomong-ngomong, bisakah daftar itu kau berikan salinannya padaku?" Yan Hong menjawab: "Baik. Akan kusiapkan salinannya dan segera kukirimkan."
Setelah menutup telepon, Hua Wei menyampaikan perkataan Yan Hong kepada Guang Ren dan Leng Yi. Guang Ren mengerutkan alis: "Dia tidak melaporkan hal ini ke Biro 9?" Hua Wei menggelengkan kepala: "Dari nada bicaranya sepertinya dia curiga pada Biro 9." Guang Ren bertanya: "Tadi kamu menyuruhnya evakuasi?" Hua Wei menjawab: "Hm, menurutku ini seperti jebakan, mungkin Xiao Ji sudah mulai mencurigainya. Pada akhirnya kitalah yang membahayakan rumah penduduk itu."
Leng Yi mendengus dingin: "Jika dia benar-benar mengalami kesialan, aku pasti tidak akan melepaskan Xiao Ji."
Hua Wei berkata dengan tenang: "Apa yang bisa kau lakukan padanya?" Leng Yi menjawab: "Tangkap dan interogasi, bukan?" Guang Ren menggeleng: "Pertama, dia anggota Kantor Intelijen Angkatan Laut yang sekarang menjabat sebagai Kepala Sementara. Tanpa bukti kuat kita tidak bisa bertindak gegabah, atau malah memicu konflik yang tidak perlu. Kedua, kasus Sekte Wansheng dan kasus Jizhou semuanya terkait dengannya. Artinya dia kunci utama penyelesaian kasus. Jika kita tidak bisa menjatuhkannya sekaligus, kemungkinan besar petunjuk akan terputus sampai ke dia."
Leng Yi berkata: "Asal kita menangkapnya, pasti ada cara membuatnya bicara."
Hua Wei menyeringai: "Lao Leng, jangan terlalu idealis. Pikirkan baik-baik - banyak kritikan sudah menyorotinya tapi dia tetap acuh tak acuh. Mengapa?" Leng Yi bertanya: "Mengapa?"
Guang Ren menjawab: "Ada dua kemungkinan. Pertama, dia punya backing kuat yang tak bisa kita sentuh. Kedua, dia sudah punya rencana sempurna sehingga serangan kita tak akan membuahkan hasil. Meski terlihat banyak celah, saat kita menyerang titik lemah itu, ternyata celah tersebut sama sekali tidak ada."
Hua Wei menyambung: "Seperti Shu Yi yang mendatangi Shi Qing, malah membuat seluruh Divisi 9 terpuruk dan jadi tersangka kasus pembunuhan Jizhou." Leng Yi menghela napas: "Kalau begitu kita tak boleh menyentuhnya." Guang Ren tersenyum: "Biarkan dia melompat-lompat beberapa hari lagi. Justru sekarang kita harus berharap dia bergerak, karena dengan begitu kita bisa menemukan kelemahannya."
Hua Wei mengangguk: "Tapi aku masih mengkhawatirkan keselamatan si gadis itu." Leng Yi berkata: "Bagaimana kalau suruh Leng Yan kirim pengawal rahasia?" Hua Wei menjawab: "Setuju! Kabarnya dalam 3-5 hari dia akan ke Akademi Komunikasi Arwah. Suruh Leng Yan dan timnya berangkat malam ini." Leng Yi bertanya: "Apa perlu terburu-buru?" Hua Wei bersikeras: "Malam ini juga. Aku takut dia akan ada masalah."
Yanhong menarik napas lega setelah menelepon Hua Wei. Dia tak pernah berharap mendapat dukungan dari mereka, hanya ingin ada yang tahu bahwa dirinya sedang melakukan hal penting. Nasihat Hua Wei untuk segera evakuasi tetap membuat hatinya hangat, setidaknya dia bisa merasakan perhatian tulus mereka terhadap keselamatannya.
Hanya saja kesempatan ini terlalu langka, dia tidak bisa menyerah. Lagipula Chazi sudah mengorbankan diri untuk kasus ini. Jika dia menjadi desertir, seumur hidup dia tak bisa angkat kepala lagi.
Yanhong kembali ke kediamannya. Dia membuka pintu kamar, menutupnya dengan lembut, lalu menekan tombol lampu. Seketika dia kaget melihat beberapa orang di dalam kamar - satu duduk di sofa, tiga lainnya berdiri di belakangnya.
Yang duduk itu adalah Xiao Ji.
Xiao Ji menatap Yanhong sambil tersenyum: "Ayo, duduk, temani aku minum." Yanhong tak pernah melawan keinginan Xiao Ji. Dia melangkah maju dan duduk di sebelahnya. Di dalam hati, firasat buruk mulai menggeliat - malam ini mungkin akan terjadi sesuatu.
Xiao Ji menuangkan anggur merah untuknya. Bagi Yanhong, ini sangat tidak normal. Selama dua tahun, hanya dialah yang selalu menuangkan minuman dan melayani segala kebutuhan Xiao Ji. Ini pertama kalinya Xiao Ji yang menuangkan anggur untuknya.
Setelah mengisi gelas, Xiao Ji mengangkat cangkirnya: "Ayo kita bersulang!" Yanhong mengangkat gelasnya dengan lesu. Xiao Ji menyesap anggurnya perlahan, tapi Yanhong tidak menyentuh minumannya.
"Kenapa tidak diminum?" tanya Xiao Ji. Barulah Yanhong meneguk sedikit.
Xiao Ji mengusap rambut Yanhong: "Jujur saja, berat rasanya melepasmu. Dua tahun ini perhatian kalian berdua saudari sungguh luar biasa. Aku sudah terbiasa." Yanhong tetap diam, menundukkan kepala.
"Makan malamnya enak?" Tubuh Yanhong bergetar halus, Xiao Ji menggenggam tangannya: "Masih ingat bagaimana Chazi mati?" Yanhong mengangguk, dia tak tahu sebenarnya apa yang ingin dikatakan Xiao Ji. Tiba-tiba ia sadar dirinya dalam posisi tertekan, di hadapan Xiao Ji dirinya seolah transparan, sementara Xiao Ji sendiri sama sekali tak bisa dia pahami.
Xiao Ji berkata: "Dia mengkhianatiku. Aku paling benci dikhianati." Sampai di sini, Xiao Ji melepaskan tangannya, mengangkat dagu Yanhong: "Kau juga mengkhianatiku!" Yanhong menggeleng: "Aku tidak!" Tatapan Xiao Ji dingin, sedingin dua bilah pisau yang berputar-putar menusuk jantung Yanhong.
Xiao Ji menghela napas: "Tapi aku tak tega membunuhmu, lagipula kita punya hubungan dua tahun." Yanhong tahu Xiao Ji berbohong. Bukankah Chazi juga punya hubungan dua tahun dengannya? Saat membunuh Chazi pun ia tak berkedip.
Xiao Ji berkata: "Bukan ingin tahu rahasia apa yang disembunyikan Akademi Komunikasi Arwah? Atas dasar dua tahunmu mengikutiku, aku akan memuaskanmu. Malam ini akan kuantar kau kesana." Usai bicara Xiao Ji berdiri: "Bawa pergi!"
Yanhong tidak melawan. Tak ada yang lebih paham dari dirinya tentang kelincahan Xiao Ji.
Ia berdiri: "Aku bisa pergi sendiri!"
Mereka turun ke lantai bawah. Sebuah mobil bisnis mendekat, berhenti di depan mereka.
Naik ke mobil, Xiao Ji berkata: "Kamu tidur dulu saja, saat sampai di tempat kami akan membangunkanmu." Setelah Xiao Ji selesai bicara, salah satu bawahannya mengeluarkan sapu tangan dan menutup hidung serta mulut Yanhong, membuatnya langsung pingsan.
Satu jam kemudian, Leng Yan datang ke kediaman Yanhong dengan membawa anak buahnya. Untuk keamanan, Leng Yan menyuruh bawahannya berpura-pura sebagai petugas properti untuk menyelidiki. Tak disangka orang itu segera menelepon dan melaporkan bahwa pintu kamar terbuka dan ruangan dalam kosong. Rencana penjelasan yang sudah disiapkan sama sekali tidak terpakai.
Leng Yan naik sendiri untuk memeriksa, benar-benar tidak ada siapa-siapa. Leng Yan menelepon Leng Yi dan kawan-kawan. Hua Wei tidak bisa memastikan apakah Yanhong sudah mengalami sesuatu. Ia menyuruh Leng Yan dan anak buahnya bersembunyi di sekitar, begitu ada kabar tentang Yanhong segera memberi tahu.
Tapi sampai keesokan paginya, Yanhong belum juga kembali. Hua Wei memerintahkan Leng Yan untuk mundur. Ia yakin Yanhong pasti telah mengalami sesuatu. Leng Yi sangat marah, hampir ingin menemui Xiao Ji untuk membuat masalah, tapi dihalangi oleh Hua Wei dan yang lain.
