Lu Yilei juga tiba di kamar Lu Guoguang. Di dalam ruangan juga ada Chen Ke dan beberapa petugas Penjaga Keamanan Kota.
Lu Guoguang berkata kepada beberapa petugas keamanan: "Kalian keluar dulu." Beberapa penjaga meninggalkan ruangan sambil menutup pintu. Lu Guoguang berkata: "Sepertinya pangkalan ini dihantu!" Lu Yilei mengangguk: "Masalah di gerbang utama memang sudah kami dapatkan informasi sebelumnya, tapi kejadian di dalam pangkalan kemungkinan bukan hal sederhana."
Lu Guoguang menyeringai: "Apa maksudmu Liu Pingchuan atau Tang Dexun?" Lu Yilei menggelengkan kepala: "Menurutku bukan mereka berdua, Ayah. Menurut pemahaman Ayah tentang mereka, apakah menurut Ayah mereka akan melakukan hal seperti ini?" Lu Guoguang memicingkan matanya: "Liu Pingchuan tidak mungkin, dia masih punya kesadaran itu. Orang ini sangat berprinsip. Dari cara dia menangani kasus Liu Xue, penyelesaiannya juga normatif."
Lu Yilei menyahut dengan "Hm" setengah hati.
Lu Guoguang melanjutkan: "Tang Dexun juga seharusnya tidak. Tang Dexun penakut, lagipula dia bukan tipe yang berani mempermainkan masa depannya sendiri." Lu Yilei bertanya: "Lalu menurut analisis Ayah?" Lu Guoguang mengerutkan alis: "Kudengar hubungan antar saudara di keluarga Tang sangat harmonis."
Lu Guoguang berhenti sampai di situ. Lu Yilei segera teringat seseorang: "Tang Tang?" Lu Guoguang berkata tenang: "Jika dia ingin membalas dendam untuk saudaranya, gerak-gerik seperti ini wajar-wajar saja. Hanya dengan jabatannya sebagai Kepala Intelijen, sepertinya belum cukup energi untuk ini. Sudah, kita tidak perlu menebak-nebak lagi. Karena mereka sudah menyalakan api, pasti akan ada langkah berikutnya. Kita tunggu saja dengan sabar."
Hampir separuh pasukan dikerahkan ke kompleks perumahan keluarga. Tang Dexun sendiri datang memimpin operasi penyelamatan di lokasi.
Pangkalan memiliki tim pemadam sendiri sehingga tidak meminta bantuan dari dinas pemadam kota.
Di lubuk hati Tang Dexun gelisah. Di antara pasukan yang datang memadamkan api, ia tidak melihat bayangan Tang Tang. Mulai timbul kecurigaan apakah semua ini terkait dengan Tang Tang.
Tang Dexun tak tahan menelepon Tang Tang, sayangnya ponselnya mati. Di lubuk hati Tang Dexun semakin panik, jika kasus ini benar-benar terkait dengan Tang Tang, maka jabatannya sebagai Komandan Komando Pangkalan Lai Gang benar-benar akan berakhir. Ia memanggil petugas komunikasi dan memerintahkan untuk menemukan Tang Tang bagaimanapun caranya.
Saat ini Tang Tang berada di sebuah gedung tak jauh dari gedung penerimaan tamu. Di sekelilingnya ada 20-30 prajurit, ini adalah orang-orang kepercayaannya di pangkalan.
Tang Tang dengan panik menghisap rokok. Kenapa Xiao Rui dan rombongannya belum datang juga? Ia sudah mengirim utusan untuk menjemput. Xiao Rui berjanji akan membawa pengawal. Tang Tang tahu di sisi Lu Guoguang ada seorang ahli bernama Chen Ke. Seberapa hebatnya Chen Ke sebenarnya ia tak tahu, tapi satu hal pasti - banyak orang telah memanusiakan Chen Ke sebagai dewa. Di kalangan militer, mereka yang mengenal Chen Ke menganggapnya sebagai sosok supernatural. Untuk mengincar Lu Guoguang, harus ada cara untuk menyingkirkan Chen Ke. Xiao Rui bilang, mereka punya orang khusus untuk menghadapi Chen Ke.
Akhirnya, tujuh delapan bayangan manusia perlahan mendekat. Seorang prajurit berbisik: "Perintah!" Suara gadis manis menjawab: "Berburu Rubah!" Tang Tang bersemangat. Ia mengenali suara Xiao Rui. Buru-buru ia melangkah maju: "Kalian akhirnya datang!"
Di belakang Xiao Rui mengikuti seorang wanita cantik memesona, mengenakan gaun sutra putih, rambut panjangnya berkibar-kibar, di tangannya membawa sebilah pisau tipis. Penampilan wanita itu seperti pendekar perempuan zaman kuno, anggun dan tak ternoda. Ada juga seorang lelaki, senyum di wajahnya membuat Tang Tang merasa tak nyaman, terlalu dingin dan licik.
Xiao Rui tersenyum pada Tang Tang: "Kerja bagus! Mulai sekarang!" Tang Tang mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkan HP-nya dan menelepon sebuah nomor: "Aksi!" Tak lama kemudian suara tembakan bergema dari dekat gedung penerimaan tamu, bukan hanya dari satu arah.
Lu Yilei menatap Lu Guoguang yang sedang duduk di sofa dengan mata terpejam, jari telunjuk kanannya mengetuk pelan-pelan sandaran sofa. Bibirnya bergumam: "Aku berdiri di menara mengamati pemandangan gunung", menunjukkan sikap tenangnya.
"Laporan!" Seorang penjaga keamanan masuk sambil mendorong pintu: "Paduka, Kepala Biro Intelijen Pangkalan Tang Tang datang dengan satu peleton untuk mengamankan Paduka. Ia ingin bertemu." Lu Guoguang melirik Lu Yilei lalu mengangguk: "Persilakan masuk!"
Tang Tang masuk, di belakangnya diikuti dua tiga orang.
Chen Ke mengerutkan alis: "Tang Tang, apakah kamu tidak mengerti aturan?" Tang Tang tersenyum: "Tentu aku tahu aturan, tapi sekarang bukan saatnya untuk mematuhi aturan." Setelah berkata demikian, Tang Tang dengan gesit mundur ke belakang, seorang lelaki di belakangnya langsung menyambar ke arah Chen Ke. Awalnya Chen Ke tidak menganggapnya serius, namun baru sadar setelah bertarung bahwa ini adalah saingan berat.
Wanita berbaju sederhana yang tak terikat oleh kebutuhan duniawi itu pun bergerak. Targetnya adalah Lu Guoguang. Lu Yilei buru-buru menghadang di depan Lu Guoguang sambil berteriak: "Penjaga! Cepat panggil penjaga!" Tang Tang berkata tenang: "Kau bisa berteriak sampai serak, takkan ada yang datang menyelamatkan. Pasukan penjaga istana sudah tidak bisa datang."
Lu Guoguang menatap dengan kilatan tajam di matanya: "Apa yang kalian lakukan pada mereka?" Tang Tang menjawab: "Tenang saja, mereka hanya tertidur."
Wanita berbaju putih itu sama sekali tidak mendengarkan ocehan mereka. Dengan pisau di tangan, dia menyambar tebasan ke arah kepala Lu Guoguang. Untuk melindungi ayahnya, Lu Yilei berbalik dan menelungkup di tubuh ayahnya. Tebasan pisau itu menghujam tepat di bahu Lu Yilei.
Chen Ke terikat oleh lelaki itu, sementara Tang Tang diam-diam mendekati Lu Guoguang. Asal bisa menangkap Lu Guoguang, yang lain tidak akan jadi masalah.
Lu Yilei tentu mengerti rencana tersembunyi Tang Tang, tapi ia dihadang wanita berbaju putih sementara Chen Ke diikat oleh pria itu. Dengan suara menggelegar ia berseru: "Tang Tang, kau tahu konsekuensi perbuatanmu?" Tang Tang terdiam sejenak, lalu tersenyum: "Tentu. Selama kalian semua mati, takkan ada yang tahu ini ulahku."
Tanpa senjata, Lu Yilei tak sanggup menghalau tebasan pisau di tangan wanita itu. Luka baru menganga di tubuhnya.
Di belakang Lu Yilei, Lu Guoguang berdiri tegak bagai tonggak. Tak ada bayangan ketakutan di wajahnya.
Tang Tang menggigit bibir lalu melesat ke arah Lu Guoguang. Tapi tiba-tiba siluet manusia menghalang di depan Lu Guoguang, tombak di tangan mengarah ke Tang Tang. Tang Tang terpaku: "Shadow? Bukannya kalian sudah pergi?" Shadow menjawab tenang: "Kami kembali!"
Tang Tang buru-buru menengok. Dua sosok tambahan muncul di ruangan - Shu Yi dan Lu You.
Shu Yi sudah berada di samping Lu Yilei: "Maaf, kami agak lama membereskan bawahannya." Lu You mengambil posisi di sebelah Lu Guoguang.
Shu Yi menatap wanita berbaju putih: "Li Bingji, tak kusangka ternyata kau." Wajah Li Bingji berkerut. Shu Yi menghela napas: "Seranglah!" Li Bingji mengaum: "Hah!" Pisau-pisaunya menyambar liar. Tapi gerakan Shu Yi lincah menghindar di sela-sela bilah pisau itu.
Akhirnya, Shu Yi mengunci tangan Li Bingji yang memegang pisau, tangan satunya menghantam keras bagian belakang pedang. Pisau Li Bingji terlepas. Shu Yi berbisik, "Kau sangat mengecewakanku." Lu Yilei berkata, "Apa kau tahu siapa dia?" Shu Yi tertegun sejenak, menoleh ke Lu Yilei, tapi tiba-tiba mendengar teriakan Lu Yilei: "Hati-hati!"
Shu Yi buru-buru menoleh kembali. Ia melihat sebilah pedang tajam berjarak kurang dari tiga sentimeter dari tenggorokannya. Dengan cepat ia memiringkan kepala, tenggorokan luput dari tusukan, tapi bahunya tertusuk.
Shu Yi menatap Li Bingji: "Tak kusangka kau juga ahli pedang. Pedangmu lebih cepat dari pisaumu!" Li Bingji menyeringai: "Masih banyak hal tak terduga dariku! Tahukah kau apa yang ingin dia sampaikan?" Shu Yi tahu yang dimaksud adalah Lu Yilei. Shu Yi menggeleng, Li Bingji melanjutkan: "Kalau begitu akan kusampaikan langsung. Li Chengzong adalah adik laki-lakiku. Saudara seayah beda ibu."
Shu Yi terpana: "Kau putri Li Weizheng?" Li Bingji berkata tenang: "Shu Yi, kelemahan terbesarmu adalah selalu ingin jadi juruselamat, menyalahgunakan simpati semu itu."
Di sisi Chen Ke, pertarungan sudah dikuasai. Saat itu Zhou Jingbo juga tiba membawa satu regu prajurit.
Shu Yi menatap ahli yang dikalahkan Chen Ke, lalu memandang Li Bingji dan Tang Tang di hadapannya. Tiba-tiba ia berteriak: "Bahaya!" Shu Yi melesat keluar. Lu Yilei langsung menyadari: "Tang Tang, di mana Xiao Rui itu?" Tang Tang tersenyum jahat: "Menurutmu, apakah akan menarik jika anak buah Shu Yi membunuh Wakil Komandan Liu dan putrinya?"
Lu Yilei berteriak murka: "Sebenarnya apa yang kalian inginkan?"
Tang Tang berkata tenang: "Aku sudah menyuruh orang mengawasi Lu You dkk. Tahu-tahu mereka berbalik arah di tengah jalan. Sudah kuduga rencana pembunuhan Lu Guoguang akan gagal. Tuan Park memang licik. Katanya, kita sudah berkorban begitu besar, masa pulang dengan tangan hampa? Akhirnya kami memutuskan, kami yang akan mengalihkan perhatian kalian di sini, sementara Tuan Park dan Xiao Rui memancing Liu Pingchuan. Lalu menggunakan tangan Zhen Nanfang dkk untuk menyingkirkan Liu Pingchuan. Jika tak bisa membunuh ayahmu, setidaknya kami bisa menyingkirkan Wakil Komandan Angkatan Laut."
Lu Yilei bertanya: "Apa kalian yakin Liu Pingchuan akan tertipu?"
Tang Tang menjawab: "Pasti! Karena Liu Xue adalah satu-satunya putrinya sekarang!"
Mereka masih menyimpan cadangan. Hati Lu Yilei dipenuhi kekhawatiran. Jika rencana mereka berhasil, dampaknya bagi keluarga Lu akan besar. Ia melirik ayahnya. Wajah Lu Guoguang tetap tenang, seolah tak mendengar perkataan Tang Tang tadi.
“Lu Yilei mengeluarkan HP-nya dan menelepon Shu Yi, tapi dia menemukan sinyal HP sama sekali tidak ada.” Tang Tang berbisik: “Jangan buang-buang tenaga, aku sudah melakukan blokade radio ke seluruh pangkalan.”
Lu Guoguang berkata dengan tenang: “Liu Pingchuan mungkin akan tertipu, tapi Zhen Nanfang belum tentu.”
Shu Yi menerjang keluar dari gedung penerimaan tamu, dia harus menemukan Liu Pingchuan. Meski tidak mendengar dialog Tang Tang dengan Lu Yilei, dia menebak target kedua mereka pasti Liu Pingchuan. Alasannya sederhana: hanya Liu Pingchuan dan Tang Dexun - dua letnan jenderal Angkatan Laut ini - yang benar-benar bisa menimbulkan konsekuensi. Tang Dexun adalah ayah Tang Tang, dia tidak percaya Tang Tang benar-benar tega menyakiti ayahnya sendiri. Jadi target mereka pasti Liu Pingchuan.
