Nie Lan memberi perintah pada polisi muda: "Bawa satu tahanan ke ruang interogasi dulu."
Seorang pria berbaju jas hitam digiring masuk ke ruang interogasi. Matanya tertegun saat melihat Nie Lan yang mengenakan seragam polisi - wajah wanita ini terasa familiar, tapi ia tak ingat pernah bertemu di mana.
Polisi muda itu duduk di samping Nie Lan. Hu Binghan telah memberi instruksi pada bawahannya: proses interogasi sepenuhnya di bawah kendali Nie Lan, mereka hanya perlu mendukung permainan sandiwara ini. Polisi muda bernama Cheng Ji'an itu tahu status sebenarnya Nie Lan. Kehadiran Nie Lan membuktikan ini pasti kasus kriminal. Menjadi polisi kriminal selalu menjadi mimpinya, ia berharap bisa memberi kesan baik dan mendapat kesempatan mutasi ke tim investigasi kriminal.
Nie Lan memandang dengan dingin Hei Wuchang: "Nama, usia, alamat rumah." Hei Wuchang membalas kesal: "Buat apa kuberitahu? Aku bukan tahanan." Emosinya memang sedang memuncak. Sebelumnya Hu Bing'an bilang mereka hanya diminta bantu penyelidikan, tapi sikap Nie Lan jelas memperlakukannya sebagai tersangka.
Cheng Ji'an ingin menunjukkan performa di depan kapten polisi wanita muda ini. Dengan wajah muram ia menggertak: "Jawab saja patuh saat ditanya! Ngomong sampah buat apa?" Hei Wuchang langsung melonjak berdiri: "Sok galak! Polisi jagoan ya? Polisi hebat?" Nie Lan berkomentar tenang: "Kalian sudah setuju bekerja sama, tapi bersikap seperti ini?"
Hei Wuchang berpikir keras. Situasi ini harus diakhiri. Untuk sementara ia akan berpura-pura kooperatif. Prioritas utama sekarang adalah segera meninggalkan tempat ini sebelum misinya benar-benar gagal.
Hei Wuchang akhirnya duduk kembali: "Baiklah, saya akan bekerja sama."
Nie Lan bertanya lagi: "Nama, usia, alamat rumah." Hei Wuchang menjawab: "Zhuang Ziyun, 35 tahun, tinggal di No. 27 Jalan Yincao, Kota Fengdu, Provinsi Sichuan." Nie Lan menyeringai dingin: "Fengdu lagi, Yincao lagi, kau pikir kita sedang syuting film hantu?" Hei Wuchang merasa sangat tidak adil: "Aku berkata jujur, kalau tidak percaya bisa periksa."
Nie Lan bertanya: "Apa hubunganmu dengan orang yang bersamamu?" Zhuang Ziyun menjawab dengan nada meremehkan: "Aku tidak tahu bagaimana kalian bisa jadi polisi. Kami jelas-jelas saudara kembar. Dia adikku, namanya Zhuang Ziyu." Cheng Ji'an asyik mencatat. Ia paham prioritas - boleh saja membantu sesekali dalam hal-hal sepele, tapi soal interogasi detail tetap wewenang Nie Lan.
Nie Lan melanjutkan: "Untuk apa kalian ke Kota Lin?" Zhuang Ziyun menjawab: "Bukankah saudaraku sudah jelaskan? Kami datang untuk survei, berencana berinvestasi di Kota Lin." Nie Lan mengangguk: "Anggap saja aku percaya alasan investasimu. Lalu, sudah berapa lama kalian di Kota Lin?" Zhuang Ziyun menjawab: "Tiga hari, oh tidak, seharusnya empat hari."
Nie Lan menekan: "Apa yang kalian lakukan selama empat hari ini?" Zhuang Ziyun merasa ngeri, tak memahami maksud pertanyaan ini. Ia menjawab hati-hati: "Tidak melakukan apa-apa." Nie Lan menyergap: "Bagi pedagang, waktu adalah harta termahal. Kalau memang datang survei, tapi empat hari hanya bermalas-malasan - Tuan Zhuang, bisakah kau berikan penjelasan yang masuk akal?"
Zhuang Ziyun segera menjawab: "Aku salah bicara. Dua hari terakhir kami tidak menganggur, kami sedang meneliti industri hiburan Kota Lin." Nie Lan berkata dengan tenang: "Jelaskan lebih konkret." Zhuang Ziyun benar-benar menyebutkan dua klub malam, namun selahu mengetahui cewek-cewek disana cantik, detail lain tidak bisa dijelaskannya.
Nie Lan sadar hanya bisa memberi peringatan, tidak boleh membuat mereka curiga. Ia memutar pertanyaan ke kasus pencurian uang. Zhuang Ziyun cs yang memang tidak terlibat, dengan yakin membela diri. Nie Lan setengah hati menanggapi lalu menyuruh polisi muda mengantarnya turun, memanggil Zhuang Ziyu.
Setelah Zhuang Ziyun dibawa pergi, hati Zhuang Ziyu gelisah. Ia paham betul sifat kakaknya yang kurang hati-hati dan mudah emosi. Khawatir interogasi polisi akan membuatnya ceroboh bicara, mengungkap semua tujuan mereka ke Kota Lin. Melihat Zhuang Ziyun cepat kembali, dari ekspresinya ia tahu sang kakak tidak membocorkan apa pun ke polisi.
Prolog Nie Lan dan Zhuang Ziyu tetap sama: "Nama, usia, alamat tempat tinggal." Namun Zhuang Ziyu menunjukkan sikap kooperatif yang luar biasa, bahkan senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. Jawabannya hanya berbeda satu kata dari Zhuang Ziyun: "Zhuang Ziyu, 35 tahun, tinggal di No.27 Jalan Yincao, Kota Fengdu, Provinsi Sichuan." Nie Lan menyadari Zhuang Ziyu jelas lebih licik daripada saudara kembarnya. Ia bertanya: "Apa tujuan kalian datang ke Kota Lin kali ini? Proyek apa yang akan diteliti?"
Zhuang Ziyu menjawab datar: "Properti. Saya ingin mendirikan perusahaan properti di Kota Lin." Nie Lan tersenyum tipis: "Kalian berdua memang unik. Satu meneliti properti, satu lagi meneliti industri hiburan." Ekspresi Zhuang Ziyu tetap stabil: "Apa anehnya? Kami berinvestasi secara independen. Item operasional kami berbeda, objek penelitian pun sudah pasti tidak sama."
Nie Lan mengangguk: "Dengan demikian kalian memang mustahil mencuri uang. Tampaknya pemilik barang salah mengenali orang." Zhuang Ziyu menyambung: "Sudah kubilang dari tadi, ini semua salah paham!" Nie Lan melanjutkan: "Mungkin memang salah paham. Tuan Zhuang, karena masalah sudah jelas dan kasus pencurian tidak terkait dengan kalian, saya secara resmi meminta maaf atas waktu yang terbuang."
Zhuang Ziyu menjawab: "Apa maksudnya? Sebagai warga Kerajaan Hua Xia, bekerja sama dengan Kawan Polisi dalam menangani kasus, serta memastikan semua penjahat tidak bisa kabur adalah kewajiban setiap warga." Nie Lan berkata: "Tuan Zhuang, Anda dan kakakmu boleh pergi." Barulah Zhuang Ziyu menghela napas lega.
Kedua bersaudara meninggalkan Resimen Keamanan kantor polisi kota. Zhuang Ziyun menggerutu: "Bangsat sial, sarapan pun bisa ketemu urusan sial begini. Wanita gila yang sembarangan menggigit itu jangan sampai kutemui lagi, nanti pasti kuhabisi dia." Yang dia maksud adalah wanita yang menuduh mereka mencuri uang. Zhuang Ziyu berkata tenang: "Kakak, kau pikir kasus ini benar-benar sesederhana itu?" Zhuang Ziyun bingung: "Saudaraku, maksudmu bagaimana?"
Zhuang Ziyu menjelaskan: "Coba pikir pakai otak. Kenapa wanita itu menyasar kita bukan orang lain? Lagi pula ciri pakaian kita sangat mencolok. Aku tidak percaya ada pencuri berbaju hitam-putih yang mengambil uangnya." Zhuang Ziyun bertanya: "Kau maksud dia bukan salah mengenali, tapi sengaja menjebak kita?"
Zhuang Ziyu mengangguk: "Hm." Zhuang Ziyun tertawa: "Saudaraku, imajinasimu keterlaluan. Mereka bersusah payah memasukkan kita ke kantor polisi, lalu setelah tanya dua kalimat santai langsung melepas? Apa otak mereka bermasalah?"
Zhuangzi Yu juga tak mengerti, Ia percaya diri kepolisian seharusnya tidak bisa mengetahui identitas asli mereka, tapi untuk apa melakukan drama seperti ini? Meski belum tahu tujuan kepolisian, Zhuangzi Yu tetap waspada: "Bagaimanapun alasan mereka, untuk acara kita di Kota Lin ke depannya sebaiknya lebih rendah hati. Kakak, tempat hiburan malam itu jangan kau datangi lagi. Tunggu sampai misi berakhir dan kita kembali ke Sichuan, baru kau boleh bermain sesukamu."
Zhuangzi Yun tersenyum canggung.
Zhuangzi Yu menjawab: "Dua hari terakhir ini pergerakan kita harus berhati-hati. Aku mengkhawatirkan kemungkinan mereka akan mengirim utusan untuk melakukan pengintaian pada kita." Zhuangzi Yun mendengus dingin: "Baik! Asal mereka berani, aku pasti akan membuat mereka sesal!" Zhuangzi Yu melototinya: "Jangan cari masalah tambahan! Jika gagal menyelesaikan misi, bagaimana sanksi Yanjun untuk kita - kau harusnya tahu betul, kan?"
Zhuangzi Yun langsung lesu seperti ayam jago yang kalah bertarung: "Aku masih heran, bagaimana bisa wanita itu tiba-tiba hilang? Jangan-jangan ada yang membocorkan informasi?" Zhuangzi Yu berkata: "Titik ini menurutku kecil kemungkinannya. Harapanku ini hanya salah pahamku semata."
Zhuangzi Yun menjawab: "Baiklah, aku ikuti sarannmu. Beberapa hari ini akan berdiam diri di hotel, tidak akan membuat masalah." Zhuangzi Yu menggeleng pasrah: "Apa aku menyuruhmu berdiam di hotel? Tugas harus tetap dilakukan. Harus menemukan cara untuk menemukan wanita itu. Kabarnya kepolisian juga sedang mencarinya."
Zhuang Ziyun tersenyum: "Polisi mencari dia tidak aneh, kematian Magu sedikit banyak masih ada hubungannya dengan wanita itu."
Zhuang Ziyu menghidupkan mobil: "Entah mengapa, hatiku selalu gelisah. Baiklah, beberapa hari ini kita jangan buru-buru bertindak, alokasikan semua waktu dan tenaga untuk mencari wanita itu."
Zhuang Ziyun mengangguk: "Baik, aku ikuti saranmu." Terhadap kecerdasan adiknya ini, ia memang cukup kagum.
Mereka tak tahu, sejak meninggalkan Resimen Keamanan kantor polisi kota, sebuah bayangan telah menempel erat seperti plester pada mereka - tak lain adalah Mo Laohan. Awalnya Shu Yi ingin turun tangan langsung, tapi Mo Laohan berkata karena dirinya memang tak ada urusan, serahkan saja kasus ini padanya. Meski Bai Wuchang dan Hei Wuchang sangat tangguh, toh posisinya di tempat tersembunyi. Lagipula pernah berhadapan dengan pasangan hantu ini, ia yakin meski tak bisa mengalahkan mereka, mundur dengan selamat bukanlah hal mustahil.
Nie Lan menyelesaikan urusannya lalu bergegas ke gedung penerimaan tamu staf provinsi, sesuai perjanjian bertemu dengan Shu Yi di sana.
"Mereka sudah datang tiga empat hari?" tanya Shu Yi.
Nie Lan mengangguk: "Ya, artinya mereka sudah berada di Kota Lin sejak sehari sebelum insiden Magu." Mu Qi'er menambahkan: "Bisa jadi Magu dibunuh oleh mereka." Shu Yi menatap Mu Qi'er dengan senyum tipis: "Jangan buru-buru menyimpulkan, setiap tuduhan harus disertai bukti."
Mu Qi'er berkata: "Kamu lupa apa yang dikatakan Pak Tua Mo? Adalah Hei Bai Wuchang yang menyelamatkan Wumianzhe dari bawah kendalinya saat itu, sedangkan Wumiandu memiliki hubungan erat dengan xingshi. Kematian Magu kali ini dilakukan xingshi, lalu Hei Bai Wuchang juga muncul. Mustahil tidak ada hubungan titik pusat di sini?"
