Mo Dong pulang ke rumah.
Dialah yang mengantar tim Pak Chen pergi. Saat hendak berangkat, Pak Chen tak henti menyuruhnya mengundang Shu Yi ke kota jika ada kesempatan. Mo Dong menyampaikan pesan ini kepada Shu Yi, yang kemudian tersenyum: "Dia bukan benar-benar ingin mengundang orang, tapi mengharapkan hasil akhir kasus ini setelah selesai." Mo Dong menghela napas: "Pak Shu, sebenarnya Anda juga jangan marah pada Pak Chen. Pekerjaan di tingkat dasar sangat sulit. Setiap orang ingin maju, tapi kemajuan bergantung pada apa? Pertama hubungan, kedua performa. Bagi kami yang tidak punya koneksi, performa jadi sangat penting."
Shu Yi mengangguk, melemparkan sebatang rokok ke Mo Dong: "Aku tidak marah padanya. Meski belum pernah bekerja di tingkat dasar, aku sering berinteraksi dengan banyak Kawan di lapangan. Aku bisa mengerti kesulitan mereka."
Xie Yi yang merasa bosan tidur siang di kamar, kini sudah bangun. Ia masuk ke ruang utama dan duduk, mengambil rokok Shu Yi di meja lalu menyalakannya: "Tuan, ada yang perlu saya lakukan?" Shu Yi melirik Mo Dong, mereka berdua tertawa. Shu Yi berkata: "Sudah istirahat cukup?" Xie Yi mengangguk: "Tidur sampai puas!" Shu Yi menjawab: "Baik, nanti malam temani aku ke Zilin."
Mo Dong bertanya: "Kenapa? Mau ke Zilin malam ini? Perlu saya bantu sesuatu?" Shu Yi menggelengkan kepala: "Tidak perlu. Aku mau menemui teman." Tentu saja, Shu Yi tidak sepenuhnya jujur.
Ada yang mengetuk pintu, Xie Yi berkata: "Pasti itu ibu mertua dan rombongannya kembali." Xie Yi berlari kecil membuka pintu, tapi ia terdiam sejenak. Di hadapannya berdiri tiga lelaki muda, seragam kaos merah, celana training, sepatu olahraga, botak tapi memakai tudung.
"Kalian cari siapa?" Xie Yi bertanya pelan. Salah seorang lelaki menegakkan telapak tangan: "Amitabha! Permisi, apakah Tuan Shu Yi ada di sini?" Xie Yi kembali bertanya: "Kalian biksu?" Lelaki itu menjawab: "Biksu hina dari Shaolin, Shen Chi. Ini dua adik seperguruanku Shen Nu dan Shen E." Xie Yi mengerutkan alis: "Tunggu di sini!" Setelah berkata demikian, ia menutup pintu. Ketiga biksu itu tetap tenang, berdiri diam di luar.
"Tuan, ada tiga biksu datang," lapor Xie Yi saat kembali ke ruang utama. Shu Yi berkata tenang: "Biksu Shaolin?" Xie Yi heran: "Tuan tahu dari mana?" Shu Yi berkata: "Suruh mereka masuk." Xie Yi menjawab: "Aku lihat tatapan mereka penuh aura pembunuh, jadi kubiarkan di luar."
Mo Dong ikut berkomentar: "Pak Shu, jangan-jangan Anda bermasalah dengan orang Shaolin?" Shu Yi tersenyum kecut: "Aku tidak tahu. Xie Yi, biarkan mereka masuk. Rejeki bukan musibah, musibah tak bisa dihindari. Masak aku harus mengurung diri seumur hidup?" Barulah Xie Yi dengan enggan membuka pintu.
Tiga biksu masih berdiri dalam keheningan, seolah tak pernah bergerak sedikitpun. Xie Yi berkata dengan kesal: "Masuklah!" Ketiga biksu memasuki halaman, Shu Yi telah berdiri di depan pintu ruang utama. Meski ketiga biksu terlihat muda, Shu Yi tahu betul: Aula Arhat Shaolin tidak pernah memiliki anggota sembarangan. Wajah muda mereka sangat mungkin merupakan hasil pembinaan sejak dini di kuil tersebut.
Wajah Shu Yi tetap dihiasi senyuman: "Ada yang bisa kubantu?" Shen Chi menatapnya dengan tenang: "Bukankah Tuan sudah tahu maksud kedatangan kami? Untuk apa berpura-pura?" Shu Yi mengangkat bahu: "Jujur saja, aku benar-benar tidak memahami alasan kalian mencariku."
Shen E langsung memperlihatkan temperamen berapi-api. Matanya melotot: "Kau yang bermarga Shu! Cukup omongan kosong! Segera serahkan 'Damo Sheli'!" Rasa getir menyergap hati Shu Yi. Tampaknya kekhawatiran terburuknya menjadi kenyataan. Ia tersenyum kecut: "Kapan aku pernah mengambil 'Damo Sheli'?" Shen E menyeringai: "Kukira Shu Yi adalah pria berani bertanggung jawab. Ternyata kau tak punya sedikit pun jiwa kesatria."
Shen Chi mengeluarkan selembar kertas dari saku. Terdapat tulisan tangan berbunyi: Telah meminjam harta karun mulia kuil ini - Shu Yi.
Shen Chi berkata: "Awalnya kami terus bertanya-tanya siapa Tuan Shu, bagaimana mungkin mencuri 'Relikui Bodhidharma' dari bawah pengawasan Empat Tetua vihara kami. Setelah menyelidiki, ternyata Tuan adalah murid terbaik Pelatih Penjaga Naga Tiongkok Hua Lao. Pantas saja keahlian tinggi dan keberanian besar. Tapi Tuan terlalu meremehkan Shaolin. Sesuai titah kepala vihara, demi menghormati Hua Lao sang pahlawan tua, asal Tuan mengembalikan 'Relikui Bodhidharma' dan datang meminta maaf ke Shaolin sendiri, urusan ini akan selesai. Kalau tidak..."
Sorot mata Shen Chi memancarkan aura pembunuh yang ganas!
Shu Yi berkata tenang: "Bukankah mereka yang meninggalkan kehidupan duniawi seharusnya welas asih? Niat membunuhmu ini terlalu berlebihan!" Shen Nu menjawab: "Dermawan, sekalipun Buddha penuh belas kasih, masih ada murka surgawi. Kami ingin meredakan situasi, tapi syaratnya Tuan harus mengembalikan 'Relikui Bodhidharma' ke Shaolin."
Shu Yi berkata: "Bagaimana jika ku katakan aku tidak mengambil barang kalian?" Shen E menyahut: "Kami sudah bersikap baik untuk menjaga martabat Tuan. Kami tahu latar belakangmu, Tapi jika benar berkonfrontasi, pengaruhmu takkan berarti, Mayor Jenderal Shu!"
Shen E berkata benar, sekalipun Shu Yi punya latar belakang luar biasa, pengaruh Shaolin tetap ada di sana. Jika benar-benar bermusuhan, bahkan Lu Yilei dan kawanannya pun tak berani menjamin bisa melindungi Shu Yi. Mo Dong diam, pertama terkejut dengan identitas Shu Yi sebagai Mayor Jenderal, kedua tiga biksu muda Shaolin yang sudah tahu latar belakang Shu Yi masih berani bicara kasar seperti itu, pasti punya latar belakang besar. Beberapa urusan berada di luar level yang bisa ia ikut campur.
Xie Yi berbeda, wajahnya berubah masam: "Bertiga, aku tahu kemampuan orang Shaolin, tapi segala sesuatu harus mengikuti prinsip kebenaran. Kutanya, apakah kalian ada yang melihat langsung Tuan Shu mencuri harta kuil?" Shen Chi tertegun, melihat dua adik seperguruannya lalu menggeleng: "Tidak, tapi kertas ini..."
Xie Yi menyambung: "Kertas? Selembar kertas ini langsung menghakimi Tuan Shu? Kalau aku berbuat jahat lalu tinggalkan nama Shaolin, apa Shaolin juga mau mengakuinya?" Shen Chi terdiam oleh pertanyaan Xie Yi: "Ini..."
Xie Yi melanjutkan: "Jangan ini itu! Menurutku, kalian ini terlalu banyak melantunkan mantra sampai otak beku. Pikirkan, jika Tuan Shu benar melakukan ini, mengapa harus meninggalkan kertas? Pamer? Lagipula, Tuan Shu sama sekali belum ke Yu Nan belakangan ini, jejaknya bisa kalian selidiki. Aku benar-benar tak mengerti, belum menyelidiki tuntas sudah berani datang kemari menuduh, hebat betul!"
Kalau soal melantunkan mantra Xie Yi memang bukan tandingan tiga biksu, tapi soal debat mulut, tiga biksu digabung pun takkan sanggup melawan Xie Yi. Xie Yi sendiri berasal dari pasar kota, bertengkar dan mencaci adalah keahlian utamanya.
Tiga biksu itu termangu. Perkataan Xie Yi memang rasional. Mereka benar-benar belum melakukan penyelidikan. Awalnya mereka mengira cukup menemukan Shu Yi untuk mendapatkan "Relik Bodhidharma", tapi kini ternyata tidak sesederhana itu. Ditambah Xie Yi bicara dengan yakin membela diri, mereka mulai curiga jangan-jangan Shu Yi memang sama sekali belum pernah ke Yu'nan.
Shu Yi sangat puas dengan performansi Xie Yi, bukan karena Xie Yi membelanya, tapi karena ucapan Xie Yi tepat mengenai titik vital persoalan. Melihat perkataan Xie Yi berhasil, Shu Yi berkata: "Tiga Master, silakan masuk dulu. Mari kita duduk bicara." Shen Chi bersama dua adik seperguruannya mengikuti Shu Yi dan Mo Dong masuk ke dalam rumah. Xie Yi menuangkan teh untuk tiga biksu, lalu berdiri di belakang Shu Yi.
Shu Yi mengembalikan kertas itu kepada Shen Chi: "Saya jamin tulisan di kertas ini bukan coretan saya. Lagi pula, kasus ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya. Tapi karena kalian sudah menemukan Shu, saya juga tidak akan tinggal diam. Saya akan menyelidiki kasus ini dengan baik nanti. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman dengan Shaolin karena hal ini. Hanya saja belakangan ini saya tidak bisa pergi, masih ada urusan di sini. Jadi harap sampaikan perkataan Shu Yi ini kepada Master Fangzhang."
Shen Nu berkata dengan marah: "Atas dasar apa kami harus percaya pada ucapanmu? Bagaimana jika begitu kami pergi, kamu langsung kabur?" Shu Yi teringat sebuah peribahasa: orang terpelajar bertemu tentara, susah menjelaskan alasan yang benar. Tapi dirinya sendiri adalah tentara. Rupanya tentara bertemu biksu juga sama sulitnya menjelaskan alasan yang benar.
Shu Yi berkata: "Kalau kalian bertiga tidak percaya padaku, lebih baik begini. Tinggallah di Xi Xiang. Setelah urusanku di sini selesai, kita akan pergi ke Kuil Shaolin bersama menemui Master Fangzhang." Shen Chi berpikir sejenak lalu menjawab: "Itu yang terbaik. Kalau tidak, kami benar-benar tidak bisa bertanggung jawab. Tapi ada satu syarat!"
Shu Yi berkata: "Silakan!" Shen Chi berkata: "Kami akan mengirim satu orang dari kami untuk mendampingimu secara!" Dia khawatir jika Shu Yi benar-benar pencuri harta karun itu, bagaimana jika dia kabur? Atau bagaimana jika dia memindahkan harta itu? Shu Yi mendengarnya merasa antara ingin tertawa dan menangis: "Harus segitu?" Shen Chi mengangguk serius: "Hm, harus seperti ini."
Shu Yi menghela napas: "Baik, aku setuju. Tapi aku juga punya syarat." Shen Chi berkata: "Katakanlah. Jika kami bisa memenuhi, pasti akan kami setujui. Ini lebih adil."
Shu Yi berkata: "Aku tidak keberatan kalian ikut, tapi jangan mengganggu aktivitasku. Selain itu, dalam situasi berbahaya, semua tindakan harus mengikuti peraturanku. Kalau tidak, jangan dibicarakan lagi!" Shen Chi kembali bertukar pandangan dengan dua adik seperguruannya, akhirnya dia mengangguk setuju. Shu Yi berkata: "Bicarakanlah siapa yang akan ikut!" Shen Chi langsung menjawab: "Tidak perlu berdiskusi. Aku!"
Shen Chi tetap tinggal, kedua adik seperguruannya telah diusirnya.
Saat Shu Yi mengantar mereka ke pintu, istri Mo Dong dan Qian Po juga kembali. Melihat tiga pemuda bergaya aneh, alis Qian Po berkerut. Dengan tatapan bertanya ke arah Shu Yi, Shu Yi hanya menggeleng sambil tersenyum kecut.
Kembali ke dalam rumah, "Gui Zhi, siapkan dua masakan vegetarian ekstra. Master ini vegetarian!" ujar Mo Dong pada istrinya. Gui Zhi melirik Shen Chi, yang buru-buru berkata: "Jangan repot, saya cukup makan nasi putih!" Mo Dong menjawab: "Ah, Master jangan sungkan. Tamu yang datang harus dihormati, saya tak boleh lengah."
Nie Lan menutup telepon Yan Hua, segera menghubungi Zhu Yi: "Tuan, ada kabar tentang Yan Hua dan Nona Mu." Zhu Yi bertanya: "Apakah mereka pergi ke Xi Xiang?" Nie Lan terkejut: "Bagaimana Tuan tahu?" Dia lalu menceritakan tentang "Bashu Fengdu" dan urusan Nyonya Wei yang disebut Yan Hua. Zhu Yi kemudian meneruskan semua ini ke Shu Yi.
