"Saat datang, kulihat penjagaan di dalam sangat ketat. Sanye Shang malah turun tangan sendiri!" Shu Yi menerima teh yang diulurkan Lao Bao Zhu, berkata tenang. Lao Bao Zhu tersenyum kecut: "Cuma pikiran sempit orang picik." Meski Shang Zizai bukan anak kandungnya, tapi keponakan sendiri. Kejadian ini membuat hatinya sedih.
Shu Yi berkata: "Orang Shaolin seharusnya sudah tiba. Biksu Shen Nu bertarung dengan Sanye Shang dan Fu Liu, tapi dipukul mundur oleh Sanye." Lao Bao Zhu menjawab: "Sepertinya besok siang akan ada keramaian." Shu Yi tertawa: "Tampaknya Kakek mengerti segalanya." Lao Bao Zhu menatap Shu Yi: "Aku ingin jadi bodoh. Terkadang, jadi bodoh itu lebih baik!"
Ia mengangkat dua bola kesehatannya, memainkannya di tangan: "Sepertinya empat Penjaga Dharma dari Damoyuan semuanya datang. Empat Tetua Shaolin tak boleh diabaikan. Yang menakutkan bukan Shaolin, tapi fakta bahwa aliran seni bela diri Shaolin menguasai hampir setengah kekuasaan di Tiongkok. Kekuatan seperti ini tak bisa diabaikan siapa pun."
Shu Yi berkata: "Kebenaran tak diukur dari jumlah orang. Sebanyak apa pun pengikut aliran Shaolin, takkan mengalahkan prinsip kebenaran, benar kan?"
Tua Kastil Shang mengangguk perlahan: "Aku kira kau tak berani datang." Shu Yi tersenyum kecut: "Andai bisa menghindar, memang aku tak mau datang." Tua Kastil Shang bertanya: "Kabarnya lima lukisan itu sudah kau kumpulkan? Ada yang kau temukan?" Shu Yi menjawab: "Dalam kehidupan nyata kabut menutupi gunung, tapi di lukisan ini Gunung Xi Xiang dalam kabut masih terlihat jelas bentuknya." Tua Kastil Shang menggeleng: "Kau masih belum mengerti."
Shu Yi berbisik: "Tua Kastil Shang tahu rahasia dalam lukisan ini?" Tua Kastil Shang menggeleng: "Tidak. Tapi masalahnya pasti bukan pada kabutnya! Mengapa harus memotong jadi lima bagian?" Shu Yi tertegun sejenak: "Untuk memisahkan rahasianya!" Tua Kastil Shang berkata: "Ya, dipisahkan!" Hingga di sini ia diam, tak mau bicara lebih.
Shu Yi pun tenggelam dalam perenungan.
Embun malam begitu pekat, udara membawa rasa dingin yang menyelinap.
“Kakak Naga, menurutmu apakah mereka akan bertindak malam ini?” Tubuh Meng Jing menempel erat pada Long Feiyang, bertanya pelan di telinganya. Long Feiyang menggelengkan kepala: "Seharusnya tidak." Meng Jing berkata: "Gu Ju dan Che Ju benar-benar bekerja sama, tebakan Pak Shu ternyata sangat akurat!" Long Feiyang tersenyum tipis: "Tebak? Bukan asal nebak. Perhitungan Pak Shu sangat tepat, bukankah dia sudah bilang, saat ini target Gu Ju dan Che Ju adalah sama."
“Lalu kenapa kau yakin mereka tidak akan bertindak hari ini?” Meng Jing bertanya. Long Feiyang menjawab tenang: "Tidakkah kau perhatikan? Selain mereka setidaknya ada tiga kelompok lain di sini, salah satunya pastinya dari Shaolin, tapi dua kelompok lain tidak diketahui asal-usulnya. Jadi mereka menunggu, atau lebih tepatnya semua pihak menunggu, menanti kesempatan untuk menyerang, tapi tidak ada yang mau jadi kelinci percobaan."
Dia melanjutkan: "Semua ingin mengambil keuntungan dari situasi rumit."
Meng Jing berkata: "Kalau Gu Ju dan Che Ju tidak akan bentrok, apa kita sudah bisa menyelesaikan tugas?" Long Feiyang mengangguk: "Hm, kita mundur saja. Perkiraanku malam ini tidak akan ada aksi. Pulang dan istirahat yang cukup, besok pagi kita datang lagi untuk menyaksikan keramaian." Meng Jing bingung: "Keramaian apa?"
Long Feiyang tertawa: "Tiga pihak lain tidak bertindak karena masih mengamati situasi. Sedangkan Shaolin tidak bertindak karena mereka meremehkan cara-cara seperti ini untuk menghadapi keluarga Shang di Puri Kuno. Kalaupun mau cari masalah, mereka akan melakukannya secara terbuka. Jadi besok pagi-pagi pasti para Tetua Shaolin akan dengan bangga mengunjungi keluarga Shang secara resmi."
Benar, pukul sembilan pagi, belasan biksu tiba di pintu masuk Puri Kuno Houba Neitun. Masuk ke Neitun dari sini tidak perlu melewati Waitun. Tentu saja, tempat ini biasanya tidak mendapat perhatian dan hanya sedikit yang mengetahuinya.
Pengawal klan Shang Neitun telah menghentikan rombongan biksu ini. Seorang pengawal bertanya: "Kalian siapa? Berani-berainya menerobos Puri Kuno!" Padahal pengawal itu tahu persis asal-usul para biksu ini, dia sengaja bertanya demikian.
Shen E maju ke depan dan berkata dengan garang: "Laporkan pada Tua Kastil Shang! Katakan Master Cihui - Kepala Damoyuan Shaolin, beserta Tetua Damoyuan Cien, Ciken, dan Cibei meminta audiensi!"
Empat Tetua Damoyuan Shaolin, empat Master Pelindung Dharma Shaolin ternyata datang bersama ke Puri Kuno. Sungguh kejadian yang mengejutkan. Pengawal itu berkata: "Tunggu di sini, aku akan cari pengurus." Shen Nu mengaum: "Cari apa?! Segera minggir!"
Shen Nu yang kemarin malam dipukul mundur oleh Shang Zizai masih kesal. Kini dihadang lagi oleh pengawal, kemarahannya meledak. Tangannya menyapu ke arah beberapa pengawal Shang di depannya.
Para pengawal di pintu masuk adalah orang-orang berbakat dari klan. Mana mungkin mundur hanya karena gerakan lengan Shen Nu? Beberapa pengawal bergerak gesit menghindari sapuan itu. Pemimpin kelompok berkata: "Berani mengancam di depan pintu? Akan kulihat sehebat apa kalian sebenarnya!"
Ia memang berkata begitu, tapi tetap mengeluarkan benda mirip peluit dan menaruhnya di bibir. Bunyi peluit yang nyaring terdengar.
Shen Nu masih ingin mengejar, tapi mendengar Cihui mengucap pelan: "Amitabha!" Ia segera berdiri di belakang Cihui: "Shen Nu masih belum bisa mengendalikan amarah, mohon Shibo memaafkan!"
Cihui berkata: "Marah saat perlu marah, tak ada istilah memaafkan atau tidak!" Mendengar ini, Shen Nu maju lagi: "Murid mengerti!" Kali ini Shen E juga ikut mendekat.
Penjaga yang melihat keduanya datang dengan aura mengancam langsung kaget. Menyadari menghadang secara paksa tak mungkin, buru-buru berkata: "Tunggu sebentar! Bukankah kalian ingin bertemu Lao Bao Zhu? Akan kusampaikan sekarang. Tapi apakah Kakek mau menemui kalian, itu di luar kendali kami."
Shen Nu dan Shen E mana peduli. Sebelumnya mereka sudah bersikap sopan dulu, tapi tak menyangka anggota keluarga Shang sama sekali tak memberi senyuman.
Wajah semua biksu Shaolin berubah buruk rupa.
Shen Nu dan Shen E sudah lebih dulu melesat ke depan dan mulai menghajar para pengawal. Pemimpin kelompok itu melihat para biksu Shaolin benar-benar murka. Memandang para biksu generasi Ci yang diam-diam mengawas dari belakang, mana mungkin segelintir pengawalnya bisa menghentikan ini. Terserahlah! Daripada tetap di sini dan dipukuli, lebih baik lari memberi tahu pengurus.
Shang Zizai tinggal di kompleks dalam. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatu di aula luas, menanti kedatangan para biksu senior Shaolin.
Rombongan biksu Shaolin tidak menemui hambatan lagi sepanjang perjalanan, langsung tiba di aula luas penerimaan tamu di Puri Kuno bagian dalam.
"Para Master, silakan duduk di kursi kehormatan!" Shang Zizai berkata dengan senyuman sambil berbisik.
Cihui berbisik: "Amitabha, salam untuk Tuan Shang Ketiga!" Setelah mengucapkan itu, ia dan tiga adik seperguruannya duduk di kursi samping. Delapan murid generasi Shen berdiri mengapit di belakang keempat orang.
Shang Zizai duduk di kursi bagian tengah: "Pelayan! Siapkan teh untuk para Master!"
Cihui bertanya: "Tuan Shang Ketiga, bukankah Anda seharusnya tahu maksud kedatangan kami? Saya tetap berharap bisa bertemu langsung dengan Tua Kastil Shang. Beberapa urusan lebih baik disampaikan secara tatap muka." Shang Zizai batuk dua kali: "Master, mungkin belum tahu. Ayahku terkena penyakit berat beberapa waktu lalu, terus terbaring di tempat tidur. Saat ini semua urusan Puri Kuno ditangani oleh kami beberapa saudara."
Sambil berkata, Shang Zizai menunjuk anggota keluarga Shang yang hadir: "Ini Kakak Keduaku Shang Ziran, ini Adik Kedelapanku Shang Zimin." Cihui hanya melirik mereka tanpa bicara. Namun Ci'en mendengus dingin: "Bagaimana ini? Apakah tidak ada satu pun generasi tua Shang yang tersisa? Kapan giliran kalian yang memimpin?"
Shang Zimin berdiri: "Biksu senior bicara apa ini? Siapa yang memimpin keluarga Shang adalah urusan internal kami. Tidak pantas orang luar seperti Anda ikut campur." Shang Zizai melototinya: "Adik Kedelapan! Jangan kurang ajar pada Master." Baru kemudian Shang Zimin duduk, tatapannya ke arah biksu Shaolin penuh permusuhan.
Cihui juga berkata kepada Ci'en: "Adik seperguruan, tenanglah. Karena Tuan Shang San mengatakan dia yang memimpin sekarang, mari kita dulu mendengarkan penjelasannya." Ia menatap Shang Zizai: "Apakah murid kami Shen Chi berada di Puri Kuno?" Shang Zizai mengangguk: "Benar, Biksu Shen Chi memang sedang menjadi tamu di sini."
Cihui berkata: "Kami datang untuk menjemputnya kembali ke Shaolin!" Shang Zizai tersenyum: "Yang ini mungkin tidak bisa dilakukan."
Cibei membelalakkan matanya: "Mengapa?" Shang Zizai menjawab: "Meski Biksu Shen Chi memang tamu di Puri Kuno kami, yang mengundangnya bukan keluarga Shang. Jadi kami benar-benar tidak bisa memutuskan ini." Cibei bertanya: "Siapa yang bisa memutuskan?" Shang Zizai berbisik: "Apakah kalian mengenal Shu Yi?"
Ciken berkata dengan geram: "Shu Yi lagi! Tampaknya orang ini bertekad bulat melawan Shaolin! Senior Cihui, kita semua telah ditipu olehnya. Pasti dia yang mencuri Damo Sheli!"
Cihui berkata dengan tenang: "Tuan Shang San, atas dasar apa saya harus mempercayai Anda?"
Shang Zizai berkata: "Kerja sama Shu Yi dengan keluarga Shang sudah bukan rahasia lagi. Entah dengan bujuk rayu apa, dia berhasil menipu kepercayaan ayahku. Bahkan ayah menyuruhku dan Adik Kelima masuk ke Miaojiang untuk membantunya mengurus urusan. Master pasti tahu asal-usul keluarga Shang. Keturunan Shang dilarang menginjakkan kaki di Miaojiang tanpa alasan yang jelas - ini sudah menjadi kabar yang masyhur. Namun demi Shu Yi, kami pun pergi. Baru sebentar tiba di Miaojiang, adikku Shang Ziman sudah tewas! Shu Yi bilang kematian adikku disebabkan serangan mendadak Biksu Shen Chi dari sekte kalian. Dia menyuruh kami mengupayakan agar Shen Chi kembali ke Puri Kuno, katanya akan diinterogasi setelah dia datang."
Cien berkata dengan murka: "Omong kosong belaka! Di mana Shu Yi sekarang?"
Shang Zizai menjawab: "Tuan Shu sedang sibuk. Bahkan kami sulit menemukannya. Bagaimana kalian menginap dulu di Puri Kuno? Nanti kalian bisa berdiskusi setelah dia datang!"
Cihui berkata dengan tenang: "Apakah Tiga Bersaudara Shang bernahan kami di Puri Kuno?" Shang Zizai tersenyum: "Master bercanda. Shang tidak bermaksud demikian. Saya hanya menjalankan kewajiban sebagai tuan rumah. Jika para master tidak berkenan tinggal, kami tidak memaksa. Tapi urusan Shen Chi harus menunggu kedatangan Shu Yi!"
Cihui berdiri sambil berseru: "Aku tidak peduli Shu Yi! Karena Shen Chi sekarang ada di sini, syaratku adalah kalian harus melepaskannya sebelum lewat pukul dua pagi. Jika tidak..." Sorot mata sang biksu senior memancarkan aura pembunuh yang ganas: "...kami terpaksa tidak sopan kepada keluarga Shang di Puri Kuno!"
Shang Ziran dengan wajah muram berkata: "Ternyata Keluarga Shang memang tidak dianggap oleh Master. Baiklah, kami juga akan menunggu dan melihat bagaimana Bhiksu Besar Shaolin yang termasyhur di dunia ini bisa menghadapi keluarga kami."
