Shu Yi berkata: "Setelah itu apakah kamu pernah kontak dengan Tu Feng?" Hong Sheng berpikir sejenak: "Dua kali dia datang mencariku, menanyakan apakah aku tahu soal kasus palsu yang dilaporkan Wakil Kedua. Kubilang tidak tahu, lalu dia tidak membahas lagi."
Shu Yi mengangguk: "Sepertinya kamu tidak menyukai Deng Mei?" Hong Sheng menyeringai: "Dia cuma cewek murahan. Setelah Wakil Kedua menyelamatkanku dan melihat aku baik ke dia, barulah dia merayu Wakil Kedua." Shu Yi bertanya: "Kamu tahu soal urusannya menjemput orang di kepolisian?"
Hong Sheng menjawab: "Aku yang menyuruhnya. Untuk ini dia malah minta 20.000 yuan dariku!" Shu Yi tertawa: "Dan kamu juga yang menyuruhnya bilang otak Zhang San bermasalah?" Hong Sheng mengaku: "Ya. Hanya begitu Wakil Kedua bisa bebas dari sanksi. Tapi sudah kuperingatkan Deng Mei untuk tidak usik lagi hal ini, malah dia cerita ke semua orang seolah-olah hubungannya dengan Wakil Kedua adalah belas kasihan!"
Shu Yi menghela napas: "Begitu Zhang San menyebutkan alasan membunuh kepadamu, apakah dia tidak menceritakan urusan Zeng Tietou?" Hong Sheng menjawab: "Dia benar-benar tidak menyebutkannya. Tapi sejak berkenalan dengannya, aku memang merasa ada beban pikiran di hatinya. Namun setiap kutanya, dia selalu menolak menjawab. Kukira itu urusan keluarganya yang tidak ingin diketahui orang, jadi aku berhenti menanyakannya."
Shu Yi berdiri: "Baiklah, terima kasih. Kuharap percakapan kita hari ini tidak akan diketahui pihak lain." Hong Sheng berkata: "Tenang saja, aku mengerti. Lagipula, semua urusan ini sudah lama kulupakan sebelum Anda datang." Shu Yi berujar tenang: "Aku akan menyelidiki kasus Zhang San sampai tuntas. Kumohon jangan bertindak gegabah atau ikut campur. Anda hanya akan memperburuk situasi."
Kedua tangan Hong Sheng menggenggam kepalan tangan, tetap membisu.
Shu Yi berbalik dan meninggalkan kamar.
"Pak Shu, Anda sudah menemui Hong Sheng?" Tu Feng segera menghampiri saat melihat Shu Yi keluar dari ruang mesin kartu.
Shu Yi mengangguk: "Sudah. Tak kusangka hubungan antara Hong Sheng dan Zhang San begitu erat." Tu Feng tersenyum: "Katanya Zhang San pernah menyelamatkan nyawanya. Meski Hong Sheng agak kasar, dia sangat menghargai persahabatan. Sebenarnya dia cukup rendah hati, dibandingkan Huo Nan yang lebih sering cari masalah."
Shu Yi bertanya: "Siapa Huo Nan?" Tu Feng sambil membuka pintu mobil menjawab: "Huo Nan dan Hong Sheng adalah dua kemampuan tim bawah tanah di Kabupaten Rong. Huo Nan tidak punya latar belakang kuat, semua diraih dengan keberanian bertarung dan membunuh. Tapi dia tidak berani bentrok langsung dengan Hong Sheng, karena dia tahu di belakang Hong Sheng ada Bupati kita. Seberani apapun Huo Nan, dia tidak akan berani melawan mesin negara."
Shu Yi naik ke mobil: "Kamu berani ceritakan kekacauan tatanan sosial Kabupaten Rong di depan saya, tidak takut saya laporkan ke atas?" Tu Feng tertawa: "Saya tidak bilang tatanan sosial Kabupaten Rong buruk. Sebaliknya, baik Huo Nan maupun Hong Sheng sangat mengontrol bawahannya. Justru karena keberadaan mereka, tingkat kriminalitas Kabupaten Rong jauh menurun."
Shu Yi tersenyum tipis: "Sepertinya metode 'menggunakan kekuatan gelap untuk mengontrol yang gelap, kekerasan melawan kekerasan' di Kabupaten Rong ini cukup berhasil ya!"
Tu Feng tidak melanjutkan topik: "Pak Shu, sekarang mau ke mana?" Shu Yi bertanya: "Apakah Master Zhong sudah ditemukan?" Tu Feng menggeleng: "Belum. Sudah mencari di separuh kabupaten, orang ini seolah menguap dari dunia fana. Tim kami mendatangi rumahnya, katanya sejak pagi sudah pergi cari kerja. Keluarganya menelpon HP-nya tapi sudah mati. Saya sudah berkoordinasi dengan semua kantor polisi setempat, begitu terlihat akan langsung melapor."
Shu Yi berkata: "Kalau begitu antar saya kembali ke penginapan!" Tu Feng menjawab: "Ngomong-ngomong, ada hal yang lupa diberitahu ke Pak Shu. Komisaris Liu sudah mengatur gedung penerimaan tamu Kantor Polisi Kabupaten. Kawan Long dan Kawan Meng sudah pindah kesana. Di sana pertama lebih sepi, lalu-lalang orangnya tidak serumit ini. Kedua, bagaimanapun juga kalian tamu kehormatan, sudah seharusnya kami yang menjamu dengan baik."
Shu Yi tersenyum: "Baiklah, ke gedung penerimaan tamu saja."
Di lubuk hatinya, Shu Yi merasa tidak puas. Penggantian tempat tinggal seharusnya dibicarakan dengannya. Kenapa bahkan Long Feiyang dan Meng Jing pun tidak memberitahunya? Hatinya mulai membayangkan firasat bahwa penggantian tempat tinggal kali ini pasti bukan urusan sederhana.
Mobil tiba di gedung penerimaan tamu Kantor Polisi Kabupaten. Shu Yi terkejut melihat prajurit berjaga di pintu gerbang. Dengan nada datar ia bertanya: "Kapten Tu, apakah gedung penerimaan tamu kalian selalu dijaga prajurit?" Tu Feng terkekek: "Ini semua demi keamanan Pak Shu sekalian." Shu Yi menyahut: "Kalian benar-benar perhatian."
Memasuki gedung, di sofa ruang tamu terlihat dua lelaki berpakaian preman beristirahat. Tapi Shu Yi langsung tahu mereka pasti anggota militer juga - aura khas mereka tak bisa disembunyikan. Tu Feng berkata: "Pak Shu, silakan ikuti saya. Kamar Bapak ada di lantai dua."
Sesampainya di lantai dua, koridor dijaga lagi oleh dua prajurit bersenjata lengkap. Akhirnya wajah Shu Yi berubah masam: "Rupanya keamanan Kabupaten Rong benar-benar memprihatinkan!"
Tu Feng juga tidak berkata apa-apa, membawa Shu Yi ke kamar 207: "Silakan masuk, Pak Shu." Shu Yi mendorong pintu masuk, ruangan itu kosong: "Di mana Long Feiyang dan Meng Jing?" Tu Feng berkata tenang: "Mereka di kamar masing-masing!" Shu Yi tersenyum: "Dari posisi bersiap siaga ini, apakah kalian berniat mengkarantina kami secara lunak?"
Tu Feng tertawa: "Ampun Pak Shu, Bapak adalah pejabat tinggi atasan kami. Mana berani kami mengkarantina Bapak. Untuk menjamin keamanan Bapak, kami hanya bisa menahan Bapak sementara."
Tu Feng melambaikan tangan, dua prajurit di koridor mendekat dan mengapit kedua sisi pintu.
Tu Feng berkata: "Jagalah keselamatan Pak Shu dengan baik! Kalau ada kesalahan, kalian yang bertanggung jawab!" Dua prajurit muda itu menjawab penuh semangat: "Siap!" Tu Feng tersenyum kepada Shu Yi: "Silakan beristirahat, Pak Shu. Makanan akan diantar tepat waktu tiga kali sehari!"
Setelah berkata demikian, Tu Feng menutup pintu.
Shu Yi mengeluarkan HP ingin menelepon Long Feiyang dan lainnya untuk mengecek kondisi, namun mendapati HP sama sekali tidak ada sinyal. Di kamar juga tidak ada telepon - perangkatnya sudah dicabut, bahkan kabel telepon pun tidak tersisa.
Shu Yi membuka pintu. Seorang prajurit menghadangnya: "Ada perlu apa, Pak Shu?" Nada bicara prajurit itu dingin. Shu Yi menjawab: "Rokok habis. Tolong ambilkan beberapa bungkus!" Setelah berkata demikian, Shu Yi menutup pintu.
Tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu. Shu Yi berseru: "Masuk!" Seorang prajurit masuk membawa sebungkus rokok 'Fugui': "Ada kebutuhan lain? Paduka telah memerintahkan kami untuk memenuhi semua kebutuhan Pak Shu." Shu Yi bertanya: "Bagaimana dengan dua rekan saya?" Prajurit itu menggeleng: "Saya tidak tahu. Masih ada keperluan lain?" Shu Yi menggelengkan tangan: "Silakan pergi!"
Sambil menyalakan rokok, Shu Yi perlahan tenang dari amarahnya. Ia merenungkan apa sebenarnya yang terjadi. Wakil Direktur Provinsi telah memberi instruksi, Liu Fuhai bahkan datang sendiri menemui mereka. Sikap hormat Liu Fuhai tidak terlihat dipaksakan. Secara logika, wakil direktur kepolisian kabupaten seharusnya tidak punya nyali sebesar itu.
Apalagi Tu Feng, sama sekali tidak mungkin. Dia tidak punya wewenang untuk memobilisasi pasukan.
Mengkarantina lunak dirinya bersama Long Feiyang dan yang lain, atas perintah siapa sebenarnya? Setelah lama berpikir, Shu Yi hanya menemukan satu kemungkinan: identitas orang ini setidaknya lebih tinggi dari Liu Fuhai selaku wakil direktur kepolisian kabupaten yang menangani kriminalistik.
Tapi mengapa harus mengkarantina mereka? Alasannya pasti untuk menghentikan investigasi mereka terhadap penyebab kematian Zeng Tietou. Namun apakah mereka tidak berpikir, dengan metode ekstrem seperti ini bagaimana nanti mereka akan mengakhirinya? Kecuali membunuh kami bertiga untuk menutup mulut, itu pun masih mustahil. Sekalipun bisa membunuh kami, Wakil Direktur An dari Provinsi jelas tahu aktivitas kami di Rong County. Apakah mereka tidak takut investigasi lanjutan dari provinsi?
Tidak tahu bagaimana kabar Long Feiyang dan yang lain, termasuk Deng Mei yang kondisinya sudah sangat berbahaya.
Sebenarnya Long Feiyang dan Meng Jing tidak jauh dari Shu Yi, mereka dikurung di lantai tiga secara terpisah.
Keduanya masih berkhayal bahwa Shu Yi bisa lolos dari rintangan ini lalu kembali untuk menyelamatkan mereka. Tapi mengingat Shu Yi pergi bersama Tu Feng, kemungkinan selamatnya pun kecil.
Meski sebenarnya mereka mampu kabur, mereka lebih ingin tahu rencana Shu Yi. Saat digiring, Long Feiyang sempat berbisik ke Meng Jing: "Tetap tenang, tunggu Pak Shu bergerak dulu!" Dia yakin Shu Yi juga punya kemampuan melarikan diri, dan akan segera datang menyelamatkan mereka.
Shu Yi masih merenung. Dia harus memikirkan semua ini matang-matang. Mengatasi dua Pasukan di pintu bukan masalah, dan dia yakin Long Feiyang cs pasti juga dikurung di gedung ini - buktinya sinyal nirkabel sudah hilang dari radar, memudahkan penjagaan.
Menyelamatkan mereka tidak sulit, bahkan mungkin tidak perlu campur tangannya. Tapi apa yang akan mereka hadapi setelah kabur? Situasi seperti apa? Shu Yi belum tahu.
Menghabiskan beberapa batang rokok, Shu Yi akhirnya memahami satu masalah: orang itu tidak ingin membunuh mereka! Jika tidak, sudah dari tadi bisa menjatuhkan tangan. Mereka hanya mengkarantina lunak dirinya, ini membuktikan masih ada ruang kompromi. Begitu menyadari hal ini, Shu Yi justru merasa lega.
Bagaimanapun, saat ini mereka masih dalam kegelapan total. Daripada pusing, lebih baik diam dan lihat bagaimana drama kacau karantina lunak ini akan berakhir! Satu-satunya yang dikhawatirkannya adalah Deng Mei. Pasti Deng Mei masih menyimpan rahasia tertentu.
Hati Shu Yi dilanda konflik. Jika ingin menyelamatkan Deng Mei, satu-satunya cara adalah kabur lalu cari akal. Tapi kabur pun belum tentu bisa menyelamatkannya. Bisa jadi saat ini dia sudah dibunuh. Tinggal diam di sini malah mungkin memancing dalang di balik karantina ini. Akhirnya Shu Yi bulatkan tekad: akan menunggu dua hari. Jika setelah itu belum ada perkembangan, baru dia akan keluar!
Setelah mengambil keputusan, Shu Yi tak lagi overthinking. Saatnya istirahat sejenak, benahi pikiran. Setelah makan malam, baru dia akan merunut kejadian hari ini pelan-pelan. Informasi yang diterimanya hari ini sudah terlalu banyak, harus dicerna baik-baik.
