"Tuan, Gu Feng sudah sampai di Xi Xiang. Katanya akan menemui Kakak Mu setelah gelap." Saat makan siang, Xie Yi berbisik pelan. Shu Yi mengangguk: "Hm, sampai juga akhirnya. Asal dia bisa bertemu dengan kakakmu, situasi akan aman."
Xie Yi berkata: "Nanti saat Tuan menemui Che Rui, izinkan saya menemani." Shu Yi tersenyum: "Tak perlu, Feiyang yang akan mendampingi." Meng Jing menyela: "Pak Shu, saya juga ikut!" Shu Yi bertanya: "Kenapa? Kalian takut Che Rui akan 'memakan'ku?"
Shen Jingwu masih mengkhawatirkan: "Pak Shu, lebih baik berhati-hati!" Shu Yi menenangkan: "Tenang saja, dia tidak akan bertindak sembarangan."
Shen Jingwu mengusulkan: "Kalau begitu kami akan menghubungi Zhang San?" Shu Yi mengangguk: "Boleh, bawa Xiao Xie dan Meng Jing." Yan Hua protes: "Kalau saya?" Shu Yi menjawab: "Kamu tetap di gedung penerimaan tamu."
Yan Hua cemberut: "Kalian semua punya tugas, mengapa hanya aku yang dibiarkan menganggur."
Shu Yi menjawab: "Tugasmu di gedung penerimaan tamu bukan berarti menganggur. Jika kedua tim kami menghadapi masalah, kau adalah pendukung kami. Tentu saja, semoga hal seperti ini tidak terjadi."
Yan Hua menghela napas: "Kalian sama sekali tidak menganggapku sebagai keluarga."
Shen Jingwu tersenyum: "Pak Shu benar. Ini strategi diversifikasi. Selalu ada harapan selama ada cadangan." Yan Hua akhirnya menyerah: "Baiklah, aku akan tinggal."
Setelah makan siang pukul dua belas lebih, Long Feiyang menyetir mobil bersama Shu Yi menemui Che Rui.
Kompleks Perumahan Bulan Sabit terpencil di pinggiran Kota Kai, dengan tingkat hunian rendah yang memberi kesan sepi.
Mobil berhenti di depan pintu Villa Blok 12. Dua lelaki berkemeja hitam berdiri di luar, salah satunya melangkah maju: "Pak Shu, ikut saya!" Setelah melirik Long Feiyang, ia mengangguk dan memimpin mereka masuk.
Che Rui dan Mei Ruolan sudah berdiri di sebelah sofa ruang tamu.
Melihat Shu Yi dan rombongannya masuk, Che Rui menunjukkan senyuman, melangkah maju dan menjulurkan tangan: "Pak Shu, kita bertemu lagi!" Shu Yi menjabat tangannya. Che Rui menunjuk Mei Ruolan: "Ini tunangan saya Mei Ruolan, sekaligus asisten saya!" Mei Ruolan tersenyum: "Sudah lama mendengar nama besar Pak Shu, hari ini putri saya merasa sangat terhormat bisa bertemu." Ia pun menjabat tangan Shu Yi.
Setelah semua duduk, Che Rui menghilangkan senyumannya: "Pak Shu, Xiao Ma dan timnya belum kembali. Saya khawatir mereka sudah..." Matanya menatap Shu Yi. Shu Yi menjawab: "Seharusnya tidak. Saya juga sudah menyuruh orang menyelidiki di Kota Rong, dan selama perjalanan kemari sudah bertanya-tanya, tidak menemukan kejadian mencurigakan apa pun."
Che Rui menghela napas: "Ma Wei sudah mengikuti saya bertahun-tahun. Bajingan ini memiliki semangat yang meluap-luap dalam bertindak, bahkan Pak Gu Ju sangat mengaguminya." Shu Yi tertegun sejenak, perkataan Che Rui seolah mengandung makna tersirat. Mei Ruolan menghidangkan teh untuk Shu Yi dan duduk di samping Che Rui.
Shu Yi berkata: "Xiao Ma adalah orang yang cerdik, orang seperti ini seharusnya tidak melakukan kesalahan dalam bertindak." Che Rui menyahut: "Cerdik memang cerdik, Pak Shu. Seperti pepatah lama: Kecerdikan justru menjadi bumerang!" Shu Yi bertanya: "Sepertinya Direktur Che juga memiliki pandangan tertentu tentang Xiao Ma?"
Direktur Che berkata dengan tenang: "Pak Shu, menurut Anda siapa yang menjatuhkan tangan pada Ma Wei dan kawan-kawannya?" Shu Yi bertanya: "Mengapa Direktur begitu yakin mereka sudah menjadi korban pembunuhan keji?" Che Rui menyeringai dingin: "Masih perlu ditanya? Jika tidak ada masalah, semestinya mereka sudah kembali ke Kota Kai tengah malam kemarin!"
Shu Yi berkata: "Kalau menurut Direktur Che, nasib mereka lebih banyak bahaya ya?" Shu Yi terus mengamati ekspresi wajah Che Rui. Dari raut muka Che Rui, jelas terlihat bahwa sang direktur sudah mencurigai hubungan antara hilangnya Ma Wei dengan dirinya.
Che Rui menjawab: "Hm, seharusnya begitu. Dia biasanya sangat hati-hati dalam bertindak, tapi kenapa kali ini begitu ceroboh? Mungkin mereka sendiri yang membeberkan jejak pergerakan sampai diintai! Andai benar demikian, kematian mereka memang tak patut disesali. Tapi aku telah gagal memenuhi amanat penting Pak Shu untuk menjaga keselamatan Gu Feng!"
Di lubuk hati, Shu Yi merasa heran. Menurut penilaiannya, Che Rui seharusnya bersikap tegas. Reaksi wajar menghadapi urusan sepenting ini mestinya kemarahan, bahkan menuntut pertanggungjawaban darinya. Namun sebaliknya, Direktur Che seolah tak berminat menuntut penjelasan lebih lanjut tentang kasus Ma Wei. Ucapannya justru terkesan mengandung sindiran halus.
Che Rui menatap Long Feiyang: "Feiyang, belajar banyak dari Pak Shu ya?" Long Feiyang tersenyum: "Hm, memang banyak hal patut dipelajari dari Pak Shu." Che Rui tersenyum tipis: "Xi Xiang belakangan terlalu sepi, tapi ketenangan seperti ini tidak wajar!" Tiba-tiba wajahnya berubah serius: "Pak Shu, Fengdu Bashu selalu mengawasi Anda ketat. Menurutmu apakah mereka terus membuntuti sehingga jejak Ma Wei terbongkar?"
Mendengar perkataan Che Rui, Shu Yi malah semakin bingung. Che Rui sedang membujuknya untuk mengalihkan kasus ini ke "Fengdu Bashu", yang kebetulan sejalan dengan pemikiran Shen Jingwu. Kalau Shen Jingwu punya pemikiran seperti itu masih bisa dimaklumi, apalagi jika Shen mengajukan cara ini pasti ada pertimbangan posisinya. Tapi Che Rui?
Otak Shu Yi tiba-tiba macet. Ia memandang Che Rui dalam keheningan. Che Rui justru mengangkat rokok khusus di meja dan membagikannya ke Shu Yi dan Long Feiyang. Shu Yi menerimanya lalu menciumnya: "Lama tak menghajar rokok begini!"
Che Rui tertawa: "Aku juga dapatkan dari Sesepuh. Tapi katanya gurumu dapat jatah khusus rokok ini. Meski jumlahnya sedikit, tiap bulan pasti ada, mungkin dua-tiga bungkus?" Shu Yi menjawab: "Yang ini saya tidak tahu."
Topik pembicaraan Che Rui selanjutnya melayang-layang tanpa substansi sama sekali.
Duduk sejenak, Shu Yi lalu berpamitan undur diri. Che Rui juga tidak menahannya, secara pribadi mengantarkan mereka keluar pintu. Saat Shu Yi naik mobil, Che Rui berkata: "Perkara ini kurasa Direktur Gu mungkin akan turun tangan menyelidiki, Pak Shu, nanti Anda bisa mengungkit soal Fengdu Bashu!"
Shu Yi menghentikan gerakannya: "Tapi apakah Direktur Gu akan percaya dengan ucapanku?" Che Rui mengangkat bahu: "Itu urusannya dia. Lagipula, dia sepertinya juga tidak suka dengan gerombolan itu. Hal seperti ini memang sulit dijelaskan, setuju?" Shu Yi mengangguk, lalu masuk ke mobil. Che Rui menggelengkan tangan: "Hati-hati di jalan!"
Mobil meninggalkan Kompleks Bulan Sabit. Long Feiyang baru berbisik: "Pak Shu, menurutmu ini drama apa yang dimainkan Direktur Che?" Shu Yi menggeleng, dia juga tidak tahu.
Long Feiyang berkata: "Jangan-jangan dia sudah tahu?" Shu Yi menghela napas: "Sulit ditebak. Che Rui itu orang bijak. Tidakkah kau perhatikan ucapannya selalu sampai titik tertentu, hanya menyentuh permukaan tanpa mengungkap intinya." Shu Yi menatap Long Feiyang: "Feiyang, kemarin kau meneleponnya membicarakan nuansa kuno, itu membuktikan kau masih percaya padanya, bukan?"
Long Feiyang canggung menjawab: "Dibandingkan Direktur Gu, menurutku Direktur Che lebih bisa diandalkan!"
Telepon Shu Yi berdering. Dia mengeluarkannya dan melirik - panggilan dari Gu Tian Yi. "Telepon Gu Tian Yi datang. Waktunya sangat tepat. Sepertinya mereka sudah tahu kita bertemu Che Rui."
Long Feiyang bertanya: "Pak Shu, menurutmu apakah Direktur Che sudah berkoordinasi dengan Direktur Gu?" Shu Yi menjawab: "Terserahlah."
Bel telepon berhenti sekali lalu berdering lagi sebelum Shu Yi akhirnya mengangkat.
"Hoi, Komisaris Gu, halo!" kata Shu Yi.
Suara Gu Tian Yi terdengar kalem: "Kepala Shu, ada waktu?" Shu Yi menjawab: "Ada, saya baru keluar dari kantor Direktur Che." Gu Tian Yi berkata: "Bagus, datanglah ke Hotel Grand KeYue, saya di kamar 709." Shu Yi menyahut: "Hm, baik!"
Hotel Grand KeYue merupakan hotel terbaik di Kota Kai. Awalnya Gu Tian Yi tidak menginap di sini, kamar ini dipesan sementara untuk menemui Shu Yi.
"Kepala Shu, silakan duduk! Feiyang, kau juga duduklah!" Yang mengejutkan, di dalam kamar hanya ada Gu Tian Yi seorang. Shu Yi duduk, Gu Tian Yi mengeluarkan rokok dan memberikan dua batang kepada Shu Yi serta Long Feiyang, lalu menyalakan miliknya. Rokok yang dihisapnya bukan jenis khusus, melainkan merek "Fugui" dari Qianzhou - merek yang juga disukai Shu Yi. Setelah menerimanya, Shu Yi secara refleks menaruhnya di ujung hidung dan menciumnya.
"Baru menemui Direktur Che?" tanya Gu Tian Yi. Shu Yi mengangguk: "Hm, beliau menanyakan tentang kasus Ma Wei." Gu Tian Yi melanjutkan: "Saya dengar masalah ini dipicu oleh seseorang bernama Gu Feng?"
Shu Yi berkata: "Benar, orang ini datang menemui saya dan mengaku sebagai orang Direktur Gu. Tapi Feiyang menyadari dia sama sekali tidak mengenal orang ini. Kami langsung siaga. Mengingat urusan ini melibatkan Direktur Gu, kami tidak ingin membuat Anda serba salah. Jadi Feiyang menelepon Direktur Che. Direktur Che juga memberi perhatian khusus dan segera mengerahkan Ma Wei untuk membawa orang dan mengamankan Gu Feng. Ngomong-ngomong, tadi malam ada dua sosok berbaju hitam yang bermaksud membunuh saya, jadi kedua orang itu juga kami serahkan kepada Xiao Ma untuk dibawa pergi."
Shu Yi menghisap rokoknya: "Mereka buru-buru kembali tengah malam. Tapi entah mengapa, Direktur Che mengatakan mereka sama sekali tidak sampai di Kota Kai. Setelah menerima telepon dari Direktur Che, saya panik. Segera menyuruh Feiyang dan timnya mencari di seluruh wilayah Kabupaten Rong, tapi tidak menemukan bayangan Xiao Ma dan yang lain. Pagi ini dalam perjalanan kemari kami juga sangat waspada sepanjang jalan, tapi tetap tidak ada hasil apa pun."
Gu Tian Yi menghela napas: "Tak disangka ada yang berani memakai nama saya untuk menipu orang! Untung kalian waspada, kalau tidak saya pasti tidak bisa membersihkan diri jika terjadi sesuatu! Ngomong-ngomong, apa Gu Feng mengatakan hal lain?" Shu Yi menjawab: "Dia mengaku sebagai murid utama 'Tian Canzi'. Saya memang mengenal 'Tian Canzi'. Dua sesepuh itu sudah lama mengatakan bahwa murid tersebut sudah memutus hubungan guru-murid dengan mereka sejak lama."
Gu Tian Yi berkata: "Kamu percaya omongannya?" Shu Yi menjawab: "Mana mungkin aku percaya. Penampilannya sangat menjijikkan dan mesum. Selain itu, murid utama 'Tian Canzi' katanya seorang buta, tapi kedua matanya bersinar tajam, sama sekali tidak seperti orang buta?" Gu Tian Yi menghela nafas: "Sayang sekali. Kalau bisa bertemu, pasti akan kutanyakan langsung maksudnya menggunakan nama baikku! Ngomong-ngomong, Pak Shu, pernahkah terpikir siapa dalang di balik insiden Xiao Ma dan kawan-kawan?"
