Malam di Xi Xiang sangat sunyi. Sesekali terdengar suara katak bersahutan.
Shu Yi, Mu Qi'er, dan Yan Hua duduk di kursi yang ditempatkan di tanah kosong depan rumah. Shu Yi menyangga secangkir teh bunga krisan yang diseduh Yan Hua, menyesapnya perlahan.
Dalam cuaca panas belakangan ini, Shu Yi yang selalu kebanyakan merokok kembali kambuh radang tenggorokannya, tak henti-hentinya batuk. Yan Hua mengatakan teh ini bisa meredakan panas dalam dan menghilangkan kelembapan, di dalamnya ada bunga krisan, bunga laut lepas, serta buah arhat. Meski Shu Yi kurang terbiasa dengan rasanya, ia tetap meminumnya dengan lahap, bagaimanapun juga tak boleh menyia-nyiakan niat baik Yan Hua.
"Gu Feng bilang kapan dia datang?" tanya Shu Yi.
Mu Qi'er melirik jamnya: "Sudah pukul sembilan, seharusnya sudah tiba." Shu Yi berkata: "Belakangan aku tak bisa menemanimu dengan baik, malah membuatmu ketakutan, sungguh tak adil padamu!" Shu Yi menatap Mu Qi'er. Mu Qi'er tersenyum: "Kau ini, tidak takut Nona Yan Hua menertawakan ucapanmu?" Yan Hua cemberut: "Betul, Kakak Shu, kau menganggapku tak ada di sini ya?"
Shu Yi tertawa: "Yan Hua, sekarang kakak perempuanmu sudah kembali di sisimu, senang kan?"
Yan Hua mengangguk sambil tersenyum, lalu raut wajahnya menjadi redup: "Kakak Shu, sebenarnya aku sangat tidak ingin dia tinggal lagi di unit rahasia itu, aku tak mau kehilangan kakak lagi."
Shu Yi menjawab: "Hm, aku mengerti maksudmu. Urusan ini akan kubicarakan baik-baik dengan kakakmu. Jika dia sendiri punya pemikiran seperti ini, aku akan membantunya." Yan Hua tersenyum: "Apakah hubungannya dengan Kakak Naga baik?" Shu Yi mengangguk: "Sebenarnya Kakak Naga sangat memperhatikannya. Dia orangnya jujur, tidak banyak akal. Di perjalanan aku juga membicarakan hal ini dengan kakakmu, katanya dia akan mencoba menerima Kakak Naga. Aku yakin mereka akan baik-baik saja bersama!"
Yan Hua menghela napas dengan sendu: "Sebenarnya aku tahu, dulu kakak selalu menyukaimu. Aku punya kesan baik padamu juga karena kakak sering menyebut-nyebutmu. Dia selalu bilang Kakak Shu adalah orang baik, berhati mulia, dan tampan." Shu Yi berkata: "Itu karena saat itu kalian masih kecil dan belum banyak mengenal orang, jadi tercipta kesan palsu seperti itu."
Yan Hua melirik Mu Qi'er dengan penuh kekecewaan: "Kakak Mu, dengar perkataannya ini. Menurutmu, apakah hubunganmu dengan Kakak Shu juga ilusi?" Mu Qi'er tersenyum: "Urusan kalian berdua saja, jajah libatkan aku! Yan Hua, bagaimana kalau kau ikut saja dengannya? Aku tidak keberatan, asal dia mau dan kau senang, aku tidak protes!"
Yan Hua juga tertawa: "Mimpi ketinggian!"
Tiba-tiba bayangan manusia muncul di bawah pohon besar di halaman: "Tuan Shu!" Suara Gu Feng terdengar.
Shu Yi melihat ke sekeliling, memastikan tidak ada orang di sekitar, lalu berbisik: "Kita bicara di dalam rumah. Yan Hua, kalian tetap di sini sambil mengobrol, perhatikan keadaan sekitar." Yan Hua mengangguk: "Silakan pergi!"
Shu Yi membawa Gu Feng masuk ke dalam rumah.
"Ada urusan yang harus kau kerjakan." Shu Yi langsung berbicara tanpa basa-basi.
Gu Feng menundukkan kepala: "Tuan silakan berikan instruksi apa pun." Shu Yi berkata: "Aku ingin kau pergi ke Stasiun Budaya Desa, ke kantor kepala stasiun di lantai dua." Gu Feng mengangguk: "Baik!" Shu Yi melanjutkan: "Di sana tinggal seorang wanita, dia orangnya Gu Tian Yi. Kelincahanmu seharusnya cukup, buatlah dia ketakutan. Ingat, hanya menakut-nakuti, jangan sampai melukainya. Lalu usahakan agar mereka mengira ini perbuatan orang 'Fengdu Bashu', mengerti?"
Gu Feng menjawab: "Mengerti." Shu Yi menambahkan: "Berhati-hatilah, di sana banyak ahli mereka. Jangan membuka identitasmu kecuali dalam situasi terjepit. Ingat, jangan melukai siapa pun, segera mundur setelah tujuan tercapai!" Gu Feng tersenyum: "Tenang saja, Tuan Shu. Kami jamin misi selesai."
Shu Yi berkata: "Pergilah!" Gu Feng memberi penghormatan kepada Shu Yi sebelum pergi.
Shu Yi turun ke lantai bawah. Mu Qi'er berkomentar: "Aku masih tak percaya dia tuna netra." Shu Yi menjawab: "Hatinya tidak buta." Yan Hua mengangguk: "Sebenarnya mereka sangat luar biasa. Hal-hal yang terlihat sederhana bagi kita, butuh pengorbanan besar bagi mereka untuk melakukannya."
Mu Qi'er berkata: "Shu Yi, aku ingat kamu tidak pernah main konspirasi." Shu Yi tersenyum kecut: "Ya, tapi kali ini tak ada jalan lain, tanpa melakukan ini aku tak bisa menemukan metode lain untuk Buka pertandingan." Mu Qi'er berkata: "Menurutku cara ini kurang etis." Shu Yi menghela napas: "Aku juga setuju, tapi aku harus melakukannya."
Yan Hua berkata: "Tak peduli konspirasi atau strategi terbuka yang jujur, menurutku tak masalah. Kakak Mu, kamu tidak tahu, kalau bukan karena Kakak Meng, mungkin Kakak Shu sudah mati di tangan Hong Sheng. Lagipula Hong Sheng cuma pion, orang yang menyuruhnyalah yang benar-benar ingin nyawa Kakak Shu. Kalau mereka sudah mau membunuh Kakak Shu, kenapa kita harus sungkan?"
Shu Yi berkata: "Aku sedang memikirkan siapa sebenarnya orang yang membantu Gu Tian Yi mengelola tim Gu Feng dkk. Manajemen Gu Tian Yi terhadap mereka sudah tak terkendali, pasti ada peran besar orang ini di bagian tengah." Mu Qi'er berkata: "Tapi Gu Feng hanya pernah mendengar suaranya, sama sekali tak bisa menggambarkan penampilan orang ini."
Shu Yi berkata: "Hm, tapi yang lain pasti pernah bertemu." Yan Hua menyahut: "Benar! Tim Gu Feng total sepuluh orang, selain Gu Feng dan dua yang sudah dibunuh, mestinya masih ada tujuh orang. Kalau bisa menemukan mereka, pasti tahu siapa orang itu kan?"
Shu Yi membetulkan: "Salah! Harusnya enam!" Shu Yi tiba-tiba berdiri.
Mu Qi'er melihat wajah Shu Yi tiba-tiba berubah, ia bertanya: "Ada apa?" Shu Yi menjawab: "Aku harus pulang, kalian juga istirahatlah lebih awal!" Setelah berkata demikian, ia berlari cepat ke arah rumah keluarga Mo.
Yan Hua bertanya dengan bingung: "Ada apa dengan Kakak Shu? Urusan apa yang membuatnya begitu panik?" Mu Qi'er yang mengenal baik Shu Yi berkata: "Pasti dia teringat sesuatu yang penting." Yan Hua mengerutkan alis: "Urusan penting, apakah percakapan kita tadi memberinya inspirasi?"
Mu Qi'er tersenyum: "Sepertinya begitu!"
Dugaan Yan Hua memang benar, Shu Yi buru-buru pulang mencari Meng Jing karena teringat sebuah masalah.
Yaitu urusan Hong Sheng. Hong Sheng juga termasuk dalam tim grup kuno yang pernah disebut Gu Feng. Meng Jing dibunuh oleh Hong Sheng. Setelah terlahir kembali, mengapa dia tidak memberitahu meski masih menyimpan ingatan sebelumnya? Pasti bukan untuk menyembunyikan kesalahan Hong Sheng, karena dia telah menitipkan keinginan balas dendam yang kuat kepada Yan Yun agar membalas dendam untuknya.
Tapi mengapa Yan Yun juga menyembunyikan urusan ini dari Shu Yi dan yang lain? Tampaknya Yan Yun sengaja merahasiakan hal ini. Mengapa Yan Yun melakukan ini? Shu Yi ingin segera menanyakan dan memastikan masalah ini.
“Xie Yi, Long Feiyang, Shen Jingwu, dan Fu Lin sedang bermain poker di ruang tamu.” Paman Mo duduk di samping sambil mengawasi, menghisap rokok tembakaunya. Ketika melihat Shu Yi kembali, mereka hanya menengadah memberikan salam. Shu Yi bertanya: “Mana Meng Jing?” Long Feiyang menjawab: “Oh, katanya lambungnya tidak nyaman, sedang berbaring di tempat tidur. Ada perlu mencarinya?”
Shu Yi berkata: “Kalian terus main saja, aku mau menanyakan sesuatu padanya!”
Meski agak heran, Long Feiyang tahu bahwa "Meng Jing" saat ini sebenarnya adalah Yan Yun. Kemungkinan Shu Yi ingin menanyakan peristiwa masa lalu, jadi tidak terlalu dipikirkannya.
Shu Yi mengetuk pintu. Pintu terbuka, Meng Jing terkejut melihat itu adalah Shu Yi: “Kakak Shu, ada perlu apa?”
Shu Yi mengangguk: “Hm, ada beberapa hal ingin kutanyakan padamu.”
“Silakan masuk!” Meng Jing mempersilakan Shu Yi masuk ke kamar, lalu menutup pintu. Shu Yi duduk di kursi sambil menyalakan sebatang rokok.
“Ada urusan apa, Kakak Shu?” tanya Meng Jing. Shu Yi menatapnya: “Aku harap kau bisa jujur menjawab pertanyaanku.” Melihat ekspresi serius Shu Yi, Meng Jing mengerutkan alis: “Ada masalah apa?” Shu Yi bertanya: “Kau sudah tahu sejak lama kalau Meng Jing dibunuh oleh Hong Sheng, kan?”
Meng Jing tertegun sejenak, wajahnya berubah samar.
Shu Yi menunggu jawabannya, dia akhirnya mengangguk. Shu Yi bertanya: "Mengapa tidak memberitahu kami sebelum membunuh Hong Sheng?" Meng Jing menggigit bibirnya, tidak menjawab. Shu Yi berkata: "Bicaralah!" Baru kemudian Meng Jing menjawab: "Aku takut kau menghentikan niatku membalas dendam untuknya!" Shu Yi menggelengkan kepala: "Kau berbohong! Sekalipun kau beri tahu kami, kami tetap akan bertemu Hong Sheng, dan kau tetap akan membunuhnya!"
Meng Jing menundukkan kepala.
Shu Yi melanjutkan: "Alasanmu tidak bicara karena ingin melindungi seseorang!" Meng Jing terkejut, mendongakkan kepala, menatap Shu Yi dengan tertegun. Shu Yi menjelaskan: "Sebenarnya kau menyembunyikan informasi karena takut kami mengetahui seseorang dari mulut Hong Sheng - orang yang membantu Gu Tian Yi menjebak di Qianzhou. Dialah yang mengelola grup Gu Tian Yi termasuk Gu Feng dan Hong Sheng, benar kan?"
Wajah Meng Jing pucat: "Kau... bagaimana kau tahu?"
Shu Yi menghela napas: "Aku baru menyadarinya. Seharusnya sudah terpikir saat bertemu Hong Sheng, tapi waktu itu pikiranku lebih tertuju pada tragedi keluarga Xu Yan dan keterkejutanku karena strategi 'menghidupkan mayat' Anda, sehingga belum sempat menganalisis masalah ini."
“Seandainya kamu langsung memberitahuku sejak hidup kembali bahwa Hong Sheng yang membunuh Meng Jing, mungkin aku takkan pernah menyadarinya. Tapi kamu sengaja menyembunyikan kasus ini. Mustahil Meng Jing tidak tahu di tangan siapa dia mati, apalagi dia menggunakan tekad balas dendam sekuat ini sebagai syarat untuk ‘menghidupkan mayat’mu. Mungkinkah dia tidak tahu siapa musuhnya?”
Meng Jing menghela napas panjang.
Shu Yi menjawab: “Sebenarnya meskipun kamu bicara, aku tetap tak bisa menemukan Hong Sheng. Bahkan jika dia menemukanku, dia takkan memberitahu siapa orang itu, karena di hatinya orang itu adalah Gu Tian Yi! Jadi kesalahanmu adalah terlalu banyak berpikir! Yan Yun, sekarang aku harus memanggilmu Yan Yun. Kamu sudah mati sepuluh tahun lalu, dan orang yang kamu pertahankan pasti orang terdekatmu. Yang dekat denganmu tak banyak, selain Ayahmu, Nenek, dan adik perempuanmu.”
“Nenekmu sudah meninggal, Yan Hua juga pasti bukan orangnya. Jadi pastilah Ayahmu, benar?”
Meng Jing melompat dari tempat tidur: “Ayahku sudah lama mati, bukan dia!”
