Beberapa siluet tiba-tiba membanjiri halaman, menyusul Shu Yi ke lantai dua.
Ternyata Chen Ke dan timnya yang datang. Saat melewati Paman Mo, Chen Ke hanya angguk ringan. Mereka tahu sang veteran mampu menaklukkan si jubah hitam ini.
Shu Yi baru saja mencapai bagian tengah tangga lantai dua ketika sosok hitam menyambarnya. Dengan gerakan cepat, ia menghindar dan membiarkan Lu You yang menyusul dari belakang mengambil alih.
Shu Yi melesat menuju pintu kamarnya. Benar saja, dua orang sudah menunggu di dalam.
Dua sosok bertopeng berbaju hitam.
Melihat Shu Yi dan kawanannya menghadang pintu, kedua penyerang bertopeng itu menghentikan gerakan mereka. Pandangan mereka tertancap tajam pada grup Shu Yi.
Senyuman mengembang di wajah Shu Yi: "Aku terus bertanya-tanya bagaimana caranya memancing kalian keluar. Tak kusangka kalian sendiri yang tak bisa menahan diri." Salah satu sosok hitam itu berkata tenang: "Kau jauh lebih cerdas dari yang kubayangkan!" Shu Yi mengangguk: "Terlalu mulia pujianmu."
Sosok hitam itu menyipitkan matanya saat melirik Chen Ke dan Hua Wei. Ia tahu kali ini akan sulit meloloskan diri. "Tak kusangka bisa bertemu para ahli terbaik dari Istana Tiongkok di sini," sergahnya sinis. Hua Wei menyeringai: "Haruskah kau merasa terhormat atau sial?"
Sosok itu menggeleng: "Berkelahi satu lawan satu memang kehormatan. Sayangnya kalian pasti takkan memberi kesempatan itu." Hua Wei tertawa keras: "Kau pikir kami akan mengeroyok?" Tanpa kata, sang penyerang diam mengiyakan. Alis Shu Yi berkerut melihat gurunya yang sedang tersulut semangat kompetitif.
Chen Ke melirik Hua Wei, namun memilih diam.
Hua Wei maju selangkah: "Baik, meski tahu kau sengaja menempatkan jebakan untukku, aku tetap akan masuk! Aku benar-benar tidak menerima ini! Lao Chen, jika aku kalah dalam pertarungan satu lawan satu dengannya, jangan persulit mereka, biarkan mereka pergi!" Chen Ke tersenyum kecut: "Sudah kau bilang begitu, apa lagi yang bisa kukatakan."
Hua Wei tersenyum tipis: "Kalau begitu, terima kasih!"
Sorot mata sosok berbaju hitam memancarkan senyum licik: "Bagus, cukup berani! Jika aku kalah, akan kuceritakan hal-hal yang menarik minatmu. Tapi tempat ini terlalu sempit, mari kita ke bawah!" Shu Yi berbisik: "Tunggu sebentar!" Hua Wei bermuka masam: "Bocah, bahkan Lao Chen sudah menyetujui permintaanku, beraninya kau menghalangi?" Shu Yi tersenyum kecut: "Guru, sekarang bukan waktu untuk bermain-main. Jika kau benar-benar kalah dan melepas mereka, usahaku sepanjang malam ini akan sia-sia!"
Hua Wei mulai ragu.
Sosok berbaju hitam mengejek: "Kukira Hua Wei itu orang hebat, ternyata hari ini terbukti tidak sehebat itu."
Shu Yi menyahut: "Tak perlu memancing dengan kata-kata. Guruku bukan makhluk tak berotak yang mudah terjebak tipu muslihatmu!" Hua Wei melotot marah. Jika ia bersikeras bertarung, berarti mengakui diri tak berotak. Jika mengurungkan niat, akan jadi bahan tertawaan. Untuk sesaat, ia membeku di tempat.
Chen Ke dan Lu You saling tersenyum.
Akhirnya Hua Wei mengutamakan gambaran keseluruhan: "Sudahlah! Kau sang Manajer, aku ikuti perintahmu!"
Sorot mata sosok berbaju hitam menyiratkan kekecewaan, ia berkata tenang: "Shu Yi, kau memang jauh lebih cerdas dari yang kubayangkan!" Shu Yi tersenyum: "Bukan aku yang pintar, kalianlah yang terlalu bodoh! Mengapa aku mengosongkan area ini? Agar kalian semua tidak tahan untuk muncul ke permukaan. Kalau kalian diam saja, sejujurnya aku memang tidak bisa berbuat apa-apa!"
Sosok berbaju hitam menghela napas: "Sebenarnya aku sudah lama mengetahui maksudmu, tapi sayangnya ada yang tidak percaya! Mungkin bukan tidak percaya, tapi masih berharap pada keberuntungan. Bagaimanapun juga 'Darah Chi You' terlalu menarik baginya." Shu Yi bertanya: "Siapa dia?" Sosok itu tertawa: "Mengapa harus kuberitahukan?"
Shu Yi berkata: "Meski kau tidak bicara, aku sudah tahu!" Sosok berbaju hitam menggeleng: "Kau takkan pernah tahu!" Shu Yi tersenyum sinis: "Oh ya?" Sosok itu bertanya dengan angkuh: "Lalu apa kau tahu siapa aku?" Shu Yi menyalakan rokok: "Kau ini sinting! Minimal semua orang di Xi Xiang mengira kau orang gila!"
Wajah sosok berbaju hitam berubah pucat, tubuhnya bergetar halus: "Bagaimana kau tahu?" Shu Yi menjawab: "Bagaimana aku tahu identitasmu tidak penting." Perlahan sosok itu melepas topeng wajahnya - terkuaklah wajah Si Gila Kedua!
Shu Yi bertanya: "Ke mana kalian membawa Kakek Shang Keempat?" Si Gila Kedua tertawa: "Mengapa harus kami yang membawanya pergi?" Shu Yi menjawab: "Karena dia bukan satu golongan dengan kalian."
Si Gila Kedua berkata: "Seharusnya kamu tahu hubungan kami dengan Keluarga Shang kan?" Shu Yi mengangguk: "Aku tahu, beberapa tetua Keluarga Shang awalnya adalah anggota 'Wu Rui'." Si Gila Kedua menggeleng: "Sebenarnya kamu masih belum paham." Shu Yi memandangnya dalam keheningan, dia tahu pasti ada kelanjutan dari perkataan Si Gila Kedua.
"'Wu Rui' sudah lama hanya tinggal nama. 'Wu Rui' yang sekarang sejatinya adalah kekuatan perifer Keluarga Shang di Xi Xiang."
Shu Yi tidak terkejut. Performansi "Wu Rui" saat kerusuhan di Puri Kuno lalu sudah membuatnya curiga. Namun kini muncul kecurigaan lain dalam hatinya: Jika hubungan "Wu Rui" dengan Keluarga Shang begitu erat, berarti "Wu Rui" bisa dianggap sebagai kartu truf Keluarga Shang. Tapi mengapa mereka rela membuka kartu ini sejak awal?
Shu Yi menatap orang bertopeng lainnya yang sejak tadi diam. Namun ia menangkap bau familiar dari tubuh orang itu. Tentu ini hanya perasaan, bukan berarti Shu Yi benar-benar bisa mencium sesuatu.
Orang itu menundukkan kepala, seolah menghindari tatapan bertanya Shu Yi.
Shu Yi tersenyum: "Tak kusangka ada teman lama disini!" Si Gila Kedua menoleh ke arah rekannya.
Shu Yi berkata: "Sanye Shang!" Shang Zizai akhirnya membuka penutup wajahnya, tersenyum canggung: "Penglihatan Pak Shu memang tajam!" Shu Yi menjawab: "Sebenarnya aku hanya merasa familier, tidak benar-benar mengenalimu. Kalau kau tidak menundukkan kepala tadi, aku tidak akan berani memastikan."
Shang Zizai berkata: "Pak Shu adalah orang super sibuk, tapi masih menyediakan begitu banyak energi untuk orang picik seperti saya. Sungguh mengharukan!" Tatapannya yang tenang seperti air tertuju pada tubuh Shu Yi.
Tapi di lubuk hati Shu Yi timbul riak keraguan. Ia mengunyah kata-kata Shang Zizai yang seolah mengandung makna tersirat.
Alasan Shu Yi berpikir demikian karena Shang Zizai selalu menjadi teka-teki baginya. Bahkan sampai sekarang ia belum bisa memahami latar belakang sejati pria ini. Sejujurnya, banyak petunjuk dari Shang Zizai yang membantu Shu Yi memecahkan berbagai misteri.
Karena itu, Shu Yi selalu sulit menganggap Shang Zizai sebagai musuh bebuyutan, bahkan sampai detik ini.
Apa sebenarnya pesan yang ingin disampaikan Shang Zizai melalui ucapan ini?
Hua Wei tak sabar: "Ngapain basa-basi? Tangkap saja dulu!" Shu Yi tiba-tiba berseru: "Lao Chen, Guru, serahkan ini pada kalian. Tuan Lu, Tuan Jin, tolong ikut saya!" Hua Wei bertanya: "Mau ke mana?" Jawab Shu Yi: "Kantor Budaya!"
Akhirnya Shu Yi mengerti isyarat Shang Zizai. Dia dan Si Gila Kedua hanyalah umpan. Ikan besar sebenarnya ada di tempat lain - Kantor Budaya!
Perjalanan dari keluarga Mo ke Kantor Budaya memakan waktu sekitar seperempat jam dengan mobil. Di malam hari mungkin lebih lama karena kondisi jalan yang buruk.
Sebenarnya, tepat saat Shu Yi dan kawan-kawan mencari Kakek Shang Keempat secara terpisah, Gu Tian Yi sudah tiba di kantor budaya bersama anak buahnya. Keberadaan Gu Tian Yi selama kembali ke Xi Xiang sangat tersembunyi, hingga Che Rui baru tahu setelah mereka tiba di kantor budaya.
Che Rui juga paham kedatangan Gu Tian Yi kali ini penuh niat buruk. Benar saja, kata pertama Gu Tian Yi saat menerobos masuk ke kantor langsung ditujukan pada Che Rui: "Mulai saat ini, semua jabatanmu dicabut. Urusan Xi Xiang sepenuhnya berada di bawah kendaliku."
Che Rui berdiri dari kursinya, menyeringai dingin: "Kepala Bagian Gu, sepertinya Anda belum punya wewenang untuk mencabut jabatanku?" Gu Tian Yi tersenyum: "Oh ya? Lalu bagaimana dengan ini?" Dia mengeluarkan selembar kertas dari saku dan menyodorkannya ke Che Rui. Setelah melirik dokumen itu, wajah Che Rui berubah pucat.
Gu Tian Yi menatap anak buah Che Rui yang mengerumuni pintu: "Apa maksud kalian nongkrong di sini? Bubar!" Che Rui diam seribu bahasa, matanya menatap tajam ke arah Gu Tian Yi. Gu Tian Yi bertanya: "Di mana barang yang harus Shu Yi kembalikan padaku?" Che Rui menjawab tenang: "Anda datang hanya untuk benda-benda itu?"
Gu Tian Yi tidak menjawab, terus mendesak.
Che Rui berkata tegas: "Aku takkan menyerahkannya padamu. Lupakan saja niatmu!" Liang Xianfeng menyela: "Che Rui, di situasi begini masih berani melawan Kepala Bagian Gu? Tidakkah kau paham bahwa tangan tak bisa melawan paha?" Che Rui mengangkat cangkir tehnya: "Bukan aku tak mau menyerahkan, tapi tak bisa." Dia melirik jam tangan: "Karena sekarang mungkin barang-barang itu sudah sampai di Beijing!"
Gu Tian Yi murka: "Kau...!"
Che Rui berkata: "Aku tidak menyangka kau akan kembali ke Xi Xiang, jadi sudah kusuruh orang mengembalikan barang-barang ke Beijing. Ngomong-ngomong, selain lima gulungan lukisan itu, dua kunci, dan buku catatan dari Pak Shu." Gu Tian Yi bertanya: "Diserahkan ke siapa?" Che Rui menjawab: "Direktur Lu, melalui beliau untuk disampaikan ke Sesepuh Lu!"
"Dia berbohong!" Sebuah suara terdengar dari belakang Gu Tian Yi.
Che Rui menatap orang yang berbicara itu, hatinya berdebar. Orang ini sudah lama berdiri di belakang Gu Tian Yi, tapi anehnya sama sekali tidak terasa kehadirannya.
Orang itu berkata pada Gu Tian Yi: "Kalian semua keluar! Aku mau bicara berdua dengan Direktur Che!" Gu Tian Yi menoleh memandangnya, kesal karena seharusnya bukan orang ini yang memberi perintah. Tapi saat pandangan mereka bertemu, energi panasnya mereda. "Semua keluar!" perintahnya.
Bawahannya Gu Tian Yi keluar. Orang itu melanjutkan: "Kau juga keluar! Aku mau bicara pribadi dengan Direktur Che!" Gu Tian Yi mengajak Liang Xianfeng keluar. Pintu ditutup. Liang menggerutu: "Siapa dia? Sombong sekali!" Gu Tian Yi diam, menyuruh anak buahnya mengusir tim Che Rui ke sebuah kantor dan mengawasi mereka ketat.
Sebenarnya tim Che Rui tidak banyak. Mayoritas anggota tim kerja adalah orang-orang Gu Tian Yi. Dalam jumlah personel, Gu Tian Yi mendominasi. Anak buah Che Rui juga tidak melawan, toh Gu Tian Yi-lah direktur yang sah.
Che Rui memandangi lelaki itu dan berbisik: "Kau 'Dokter'?"
