Gu Tian Yi bergumam: "Gu Feng?" Shang Zida tertawa: "Benar! Gu Feng sudah mati! Orang yang membangkang hanya punya satu akhir - mati." Gu Tian Yi bertanya: "Kau membunuhnya?" Shang Zida menjawab tenang: "Kalau seperti kau yang selalu ragu-ragu dalam bertindak, mana mungkin jadi orang hebat!"
Gu Tian Yi berkata: "Meraih hal besar tak perlu pembunuhan tiada henti! Sudah lama kuperingatkan, kita tak butuh kekerasan. Kelakuanmu seperti ini akhirnya akan menyebabkan kehancuranmu sendiri."
Shang Zida memandangnya dengan sikap meremehkan: "Gu Tian Yi, Gu Tian Yi, kesalahan terbesar dalam hidupku adalah memilih bego sepertimu untuk bekerja sama. Permainan catur yang semula bagus justru KALAH karena dirimu dan wanita bodoh di sampingmu." Gu Tian Yi menjawab: "Tujuan kita berbeda. Aku mencari 'Darah Chi You' demi Tiongkok, sedangkan kau hanya mementingkan kepentingan pribadi. Aku tahu telah melakukan banyak kesalahan, tapi tidak pernah terpikir olehku untuk mengandalkan pembunuhan dalam menyelesaikan masalah."
Shu Yi tidak berbicara, memandang dalam keheningan dialog antara keduanya.
Gu Tian Yi akhirnya mengutarakan pertanyaan yang paling mengusik Shu Yi: "Bagaimana dengan orang-orang yang kau tangkap?" Shang Zida berbisik: "Bawa barangnya dulu ke sini!"
Shu Yi mengangkat tas di lantai, perlahan mendekati "Kaisar Fengdu" ini.
Matanya tak lepas mengamati wajah Shang Zida. Ia melihat kilatan niat membunuh yang jelas terpancar dari sorot mata Shang Zida.
Tapi Shu Yi tidak mundur. Ia tak boleh mundur. Xie Yi dan Yan Hua masih berada dalam cengkeraman si gila ini. Di lubuk hatinya, mustahil bilang tidak takut. Yan Hua yang merupakan Ratu Gu dari Miaojiang saja sudah jatuh ke tangannya. Memang benar Shang Zida bukan karakter yang mudah dihadapi.
Belum lagi sang "dokter" yang saat ini pasti sedang bersembunyi di tempat gelap. Sampai detik ini, Shu Yi masih belum berhasil mengungkap identitas asli pria misterius itu.
Shu Yi berjalan mendekati "Kaisar Fengdu", menyerahkan tas di tangannya. Di lubuk hati Shu Yi terjadi pergolakan hebat. Jarak dengan Shang Zida sangat dekat, jika dia bermain lebih berani menangkap Shang Zida, mungkinkah dia bisa menguasai seluruh situasi? Namun akhirnya Shu Yi mengurungkan niat ini. Dia tidak bisa berjudi, karena taruhannya terlalu besar, tidak terjangkau baginya.
Empat nyawa! Jika KALAH, itu berarti empat nyawa!
Seorang pria bawahan Shang Zida menerima tas besar dari Shu Yi, memeriksanya sebentar lalu mengangguk.
Gu Tian Yi menghela napas. Baru sekarang dia menyadari bahwa Shu Yi dan Che Rui telah berakting. Barang itu selalu ada di mobil Shu Yi, tidak pernah diserahkan ke tangan Che Rui. Keduanya sudah tahu HP mereka disadap, makanya Shu Yi berulang kali menekankan pada telepon ke Che Rui agar berhati-hati dan menjaga barang-barang itu.
Gu Tian Yi menatap Shu Yi. Tiba-tiba dia menyadari betapa bodohnya niat awalnya untuk memanfaatkan Shu Yi.
Shang Zida tertawa terbahak-bahak, suaranya bergema menyeramkan di malam hari: "Shu Yi, katanya kau licik seperti hantu. Memang benar! Tapi seberapa licik pun kau, kau tetap cuma hantu. Sedangkan aku..." dia menepuk dada, "adalah Yang Mulia Hantu! Hantu kecil takkan pernah bisa mengalahkan yang mulia!"
Shu Yi perlahan mundur ke samping Gu Tian Yi.
Gu Tian Yi berbisik: "Kau tidak seharusnya menyerahkan barang itu padanya. Meski kau berikan, dia tetap tak akan melepas Xiao Xie dan yang lain."
Shu Yi diam saja, memandang Shang Zida dalam keheningan.
Shang Zida menghela napas: "Masih Gu Ju yang paham aku! Beberapa orang itu harus mati, kalian berdua juga harus mati! Termasuk semua orang di kantor budaya. Aku yakin besok media akan melaporkan berita singkat: Kebakaran terjadi di Xi Xiang, Kabupaten Rong, Qianzhou, menewaskan sejumlah korban!"
Shang Zida tersenyum: "Tak ada yang akan tahu kebenaran, karena yang tahu takkan pernah bicara. Pak Shu, Gu Ju, setuju?" Shang Zida benar. Shu Yi dan Gu Tian Yi paham maksudnya.
Shu Yi berkata tenang: "Kau percaya diri, tapi satu hal kaulupa."
Shang Zida tertegun sejenak: "Apa?" Shu Yi tersenyum: "Kau lupa dirimu cuma Yang Mulia Hantu, hantu takut cahaya! Aku berbeda - berdiri di bawah matahari, dengan seluruh Tiongkok di belakangku."
Shang Zida tertawa: "Lalu kenapa?"
Shu Yi melirik jam: "Shang Zida, kau cuma pion. Tak mampu main catur sebesar ini. Yang main adalah ayahmu, Kakek Shang. Benar?" Otot wajah Shang Zida berkedut. Ternyata Shu Yi tak salah.
Shu Yi tiba-tiba tersenyum: "Seharusnya sudah berakhir!" Shang Zida seperti teringat sesuatu: "Apa yang berakhir?" Shu Yi menjawab: "Sore tadi kami sudah membasmi seluruh 'Fengdu Bashu'. Kau pasti sudah dapat kabar?" Shang Zida menyeringai: "Barang rongsokan itu, terserah kau mau diapakan."
Shu Yi berkata: "Perkiraanku, sekarang seluruh Puri Kuno seharusnya sudah terkendali. Paling lama lima menit, teleponku akan berdering!"
Belum selesai bicara, telepon benar-benar berdering. Shu Yi menekan speaker, terdengar suara lelaki: "Pak Shu, sesuai perintahmu, kami sudah tiba di Puri Kuno sejak siang, mengamankan semua pintu keluar. Benar saja, sekitar jam dua sore keluarga Shang mencoba pergi dengan beberapa mobil. Pemimpinnya adalah Kakek Shang. Kami sudah menahan mereka. Sampai saat ini, kami telah menguasai sepenuhnya Puri Kuno. Tidak ada satu pun anggota keluarga Shang yang lolos, semua sudah diamankan!"
Shu Yi berbisik: "Sudah berjuang keras kalian. Qinghan, sampaikan terima kasihku ke Direktur Lin."
Shu Yi menutup telepon, menatap Shang Zida: "Bagaimana? Permainan ini harus diakhiri. Jika kau menyerah sekarang dan menanggung semua kesalahan, mungkin garis keturunan Puri Kuno Shang bisa diselamatkan. Tapi jika nekat melawan, aku jamin keluarga Shang akan hilang total dari dunia ini!"
Gu Tian Yi terkejut. Ia memandang Shu Yi - selama ini meremehkan kemampuan Shu Yi yang ternyata sudah melancarkan serangan rahasia ke Puri Kuno dengan strategi penghancuran total! Ia bertanya pelan: "Wakil Direktur Lin dari Badan Intelijen Provinsi?" Shu Yi mengangguk: "Benar." Gu Tian Yi bertanya lagi: "Kapan Ye Qinghan tiba di Qianzhou?"
Shu Yi tersenyum tipis: "Tepat saat aku tahu Kakek Zhao masih hidup. Kemarin sore."
Gu Tian Yi mengerutkan alis: "Zhao Lao Xi? Siapa itu?" Shu Yi menatap Shang Zida: "Mungkin Yang Mulia Hantu kita bisa menjawab soal ini. Shang Zida, sudahkah kamu pertimbangkan matang-matang? Mau terus melawan keras, atau..." Wajah Shang Zida pucat: "Kamu sama sekali tidak punya bukti, atas dasar apa berani menjatuhkan tangan pada Puri Kuno?"
Shu Yi menghela napas, menggelengkan kepala: "Seringkali bukti tidak penting, yang terpenting adalah hasil akhir." Dengan tenang Shu Yi mengeluarkan sebatang rokok: "Jika kita sudah memprediksi bahwa semua yang dilakukan Keluarga Shang benar-benar akan membawa bibit masalah keamanan besar bagi Tiongkok, menimbulkan ancaman, menurutmu haruskah kita diam menunggu hingga terjadi konsekuensi buruk, bahkan tragedi mengerikan, atau menghentikannya secara sah dan tepat waktu?"
Shang Zida tidak berkata-kata, ekspresinya lesu.
Shu Yi bertanya lagi: "Katakan, pilihan sulit apa sebenarnya yang mau kamu ambil."
Shang Zida menggeleng lesu: "Aku sudah tidak punya pilihan!" Tiba-tiba ia mengangkat kepala: "Karena semua ini juga di luar kendaliku, kamu benar, aku hanya bidak catur! Mana mungkin pion punya ruang kompromi untuk memilih?"
Sikap tak wajar itu membuat kewaspadaan Shu Yi terpicu. Benar, dari kegelapan terdengar suara sarkastik: "Shu Yi, tidak kusangka setelah belasan tahun tak bertemu kau masih sehebat ini!" Dari kegelapan muncul seorang lelaki paruh baya berusia sekitar 40-an tahun.
Ia mengenakan pakaian tradisional Miao dari kain katun lokal, kepala dibalut sorban. Di salah satu telinganya tergantung anting perak seukuran koin seribu rupiah.
“Chaimou! Tidak, seharusnya memanggilmu Zhao Laoxi!” Zhao Laoxi tertawa: "Tidak menyangka kan? Dua belas tahun lalu kau ternyata gagal membunuhku!" Shu Yi mengerutkan alis: "Siapa yang mati?" Zhao Laoxi menjawab: "Yang mati adalah aku! Tapi itu hanya bayangan yang kau lihat!" Shu Yi berbisik: "Lagi-lagi ilusi!"
Zhao Laoxi berkata: "Kau kira bagaimana? Ngomong-ngomong, lupa memberitahumu, kemampuan khusus ilusi Hong Sheng dan Meng Jing juga aku yang mengaktifkannya!" Shu Yi menatap Gu Tian Yi, Gu Tian Yi menundukkan kepala: "Aku juga tidak tahu, waktu itu Shang Zida yang mengajukan untuk membentuk kekuatan dari luar, menurutku saran itu bagus jadi kusetujui. Hanya saja kemudian aku khawatir Meng Jing ingat persaingan dengan Hong Sheng, makanya akhirnya kumasukkan dia ke kantor polisi."
Shu Yi berkata dengan tenang: "Waktu itu kau pura-pura mati?" Zhao Laoxi tersenyum: "Tentu, aku tidak tega benar-benar mati, tapi rencana pura-pura matiku ada cacatnya, kalau tidak pasti tidak ketahuan oleh Kepala Polisi bermarga Qi itu, dia membuatku bersembunyi di gunung selama setahun! Makanya aku harus membunuhnya, kalau tidak aku tidak akan merdeka!"
Shu Yi bertanya lagi: "Lalu Kepala Stasiun Wu dan kepala besi? Juga kaubunuh?"
Zhao Laoxi menggelengkan kepala: "Kematian orang bermarga Wu tidak ada hubungannya denganku, dia hanya menyentuh wanita yang tidak boleh disentuh!" Shu Yi berpikir sejenak lalu berbisik: "Putri Kepala Polisi Qi?" Zhao Laoxi bertepuk tangan pelan: "Sepertinya kau masih tajam seperti dulu, benar, setelah mabuk, si Wu ini mengganggu putri Kepala Polisi Qi. Putri Kepala Polisi Qi memang suka bernyanyi dan menari, sering main ke kantor budaya, tapi tak disangka bisa diperkosa oleh si Wu!"
"Setelah kejadian itu ada yang mendatanginya, tentu tidak lepas dari ancaman, siapa sangka bocah itu tidak tahan tekanan, langsung nekat menyundul kabel listrik!" kata Zhao Laoxi dengan tenang, seolah yang dibicarakannya bukan nyawa manusia melainkan semut kecil!
Shu Yi menghela napas: "Aku akhirnya tahu siapa 'dokter' itu!" Zhao Laoxi bertanya: "Oh? Coba katakan, mari kita lihat tebakanmu benar atau tidak?" Shu Yi menjawab: "Kepala Klinik Kesehatan Lü!" Ekspresi kecewa muncul di wajah Zhao Laoxi: "Kau membuatku sedikit kecewa! Meski yang memaksa Kepala Stasiun Wu sampai bunuh diri memang si Lü, tapi si Lü hanya mengancam akan melaporkannya agar reputasinya hancur."
Shu Yi bertanya: "Lalu siapa sebenarnya 'dokter' itu?"
Zhao Laoxi tersenyum tipis: "Siapa yang paling tidak kau harapkan sebagai 'dokter'?"
