Yan Jinhao tetap memutuskan untuk mengunjungi Profesor You. Setelah kejadian, Profesor You tidak langsung menghubungi kepolisian, malah memberi pressing melalui Sekretaris Long Komite Kota. Menurut Yan Jinhao, dia adalah orang yang sangat menjunjung martabat. Pasti dia merasa hanya Sekretaris Long yang bisa berdialog setara dengannya. Profesor You mungkin memiliki konsep kelas yang kuat, orang seperti ini tidak mudah diajak kerja sama.
“Permisi, apakah Profesor You ada di rumah?” Ini adalah villa independen di pinggiran kota Yushan. Halamannya sangat luas. Yan Jinhao dan Lao Liu menekan bel pintu cukup lama sebelum seorang wanita lima puluhan keluar. Wanita itu mengenakan celemek, kedua tangannya sedang mengusap celemek.
Melihat dua polisi, wanita itu berkata: “Profesor You keluar, mungkin butuh beberapa saat lagi baru kembali.”
Yan Jinhao mengeluarkan dokumen: "Kami dari tim investigasi kriminal kantor polisi kota, ingin menemui Profesor You untuk klarifikasi beberapa kondisi. Bolehkah kami masuk menunggunya?" Wanita itu tampak ragu: "Ini..." Lao Liu tersenyum sambil berkata: "Kakak Besar, kami datang terkait kasus Nona You." Wanita itu tentu sudah mengetahui urusan You Yali, dia menghela napas perlahan membuka pintu: "Silakan masuk."
Setelah Yan Jinhao dan rombongan masuk, dia dengan hati-hati mengunci pintu besi kecil itu kembali.
"Sebenarnya Profesor You sudah berpesan, tanpa izinnya dilarang membawa orang ke dalam rumah." Wanita itu terlihat sangat takut pada Profesor You. Yan Jinhao berkata: "Tante, jangan khawatir. Profesor You pasti tidak akan marah. Beliau juga ingin pelaku pembunuh Nona You cepat tertangkap, bukan? Saya yakin jika Profesor You ada di rumah, beliau akan mengambil inisiatif bekerja sama dengan penyelidikan kami."
Dekorasi villa ini sangat mewah, terlihat Profesor You cukup kaya. Melihat Yan Jinhao mengamati villa tersebut, wanita itu berkata: "Silakan kedua tamu duduk di ruang tamu dulu. Saya akan menyiapkan teh. Tolong jangan sembarangan berjalan-jalan atau menyentuh barang-barang di rumah ini."
Yan Jinhao tersenyum menjawab: "Tenang saja, kami tidak akan sembarangan."
Ia dan Lao Liu duduk di sofa, mengeluarkan rokok dan menyerahkan sebatang kepada Lao Liu. Keduanya hendak menyalakan rokok ketika seorang wanita keluar membawa dua cangkir teh: "Jangan merokok, Professor tidak tahan bau asap. Tidak lihat di rumah ini sama sekali tidak ada asbak?" Yan Jinhao dan Lao Liu baru menyadari memang tidak ada asbak di meja teh. Mengingat ini rumah orang lain, mereka terpaksa menahan keinginan merokok.
"Tante, sudah berapa tahun bekerja di rumah Professor You?" Wanita itu berpikir sejenak: "Delapan... Ah, sembilan tahun!" Yan Jinhao bertanya: "Kalau begitu pasti sangat familiar dengan Professor?" Wanita itu tersenyum: "Tak ada yang lebih mengenalnya dariku. Sebenarnya Professor ini baik hati dan murah hati, cuma sifatnya agak buruk."
Yan Jinhao sengaja bertanya: "Katanya Professor You punya dua putri, kenapa mereka tidak tinggal bersama?" Wanita itu menghela napas: "Waktu aku pertama bekerja di sini, mereka sekeluarga tinggal bersama. Saat itu kedua putrinya masih sekolah. Dua bersaudara ini sangat cerdas, prestasi akademiknya sama-sama bagus. Dari SD sampai SMA selalu loncat kelas – anehnya, mereka bukan hanya wajahnya persis, nilai akademiknya pun selalu saling bersaing ketat."
"Jadi di usia 17 tahun, keduanya diterima bersama di Fakultas Ekonomi Universitas Hua Xia, sama-sama mengambil jurusan Ekonomi. Kuliah bersama, lalu ujian masuk program magister dan doktoral, akhirnya lulus dan pulang ke Yushan bareng." Wanita itu bercerita dengan sangat detail, tampaknya hubungannya dengan kedua putri keluarga You juga cukup baik.
Lao Liu menjawab: "Belajar ekonomi itu bagus, Pak You memang ahli ekonomi terkenal di Tiongkok, bisa dibilang mewarisi ilmunya." Wanita itu tersenyum kecut: "Jangan pernah bicara soal mewarisi ilmu di depan profesor. Karena hal ini, ketiga anggota keluarga mereka sudah bertengkar tak terhitung kali."
Wanita itu berkata: "Profesor sangat berharap mereka bisa menggantikannya. Dia pernah bilang ke orang lain, dia pasti akan membina dua bunga kembar di dunia ekonomi Tiongkok. Tapi sayangnya Yali dan Yaxin sama-sama tak mau fokus meneliti. Setelah pulang, Yali membuka perusahaan kecil sendiri. Waktu minta modal ke profesor, malah dimarahi habis-habisan. Sedangkan Yaxin memilih jadi guru. Jadi guru universitas seharusnya ada waktu untuk riset, tapi dia sama sekali tak berminat. Belakangan dia punya pacar polisi, katanya. Ini bikin profesor semakin murung."
"Profesor tidak suka dengan pacarnya ini?" Yan Jinhao bertanya.
Wanita itu tersenyum: "Benar. Profesor bilang yang paling tak bisa diterimanya adalah tentara dan polisi. Tentara tidak merdeka, semua tindakan diatur. Sedangkan polisi..." Dia tiba-tiba tersadar: "Oh maaf, lihat mulut saya ini." Mengingat dua orang di depannya adalah polisi, wanita itu diam-diam menyalahkan diri sendiri dengan canggung.
Yan Jinhao tersenyum: "Memang ada beberapa oknum nakal, tapi Tante harus percaya, mayoritas polisi itu baik, kebanyakan tetap polisi yang jujur." Lao Liu juga menambahkan: "Benar, Kakak Besar, jangan sampai satu kesalahan menyapu bersih semua orang di kapal."
Wanita itu masih ingin berkata sesuatu ketika bel pintu berbunyi. Wanita itu tampak cemas: "Mungkin Profesor sudah pulang."
Ia buru-buru membukakan pintu.
Tak lama kemudian, terlihat seorang pria berusia 50-60 tahun masuk. Rambut di pelipisnya sudah memutih, dengan kumis putih tipis di bawah hidung. Ia mengenakan baju tradisional Tiongkok (tangzhan) putih, kacamata bulat hitam di pangkal hidung yang salah satu gagangnya patah dan dililit perban. Di tangannya ada tongkat yang bagian pegangannya sudah halus mengkilap.
Wanita itu mengikuti dari belakang, tidak berani bicara sebelum sang profesor bicara.
Di ruang tamu, ia menyerahkan tongkatnya ke wanita itu lalu menatap Yan Jinhao dan Lao Liu yang sudah berdiri: "Kalian dari tim investigasi kriminal?" Yan Jinhao segera menjawab: "Selamat sore, Profesor. Saya Yan Jinhao dari Resimen Kasus Berat tim investigasi kriminal. Ini rekan saya Liu Yi." Sambil berkata ia menjulurkan tangan. Sang profesor hanya melirik tangannya, tidak menjabat tapi mengangguk halus sambil mendengus: "Hm, silakan duduk!"
Yan Jinhao tidak merasa canggung, mengingat ini adalah akademisi ternama dalam negeri.
Ia dan Lao Liu pun duduk.
“Apakah ada perkembangan dalam kasus Yali?” Pak Senior duduk, seorang wanita membawakannya secangkir teh. Ia menerimanya lalu meniup lembut daun teh di permukaan, meneguk perlahan.
“Belum ada kemajuan sementara. Kami datang menemui Bapak untuk memahami situasi lebih lanjut.” Yan Jinhao baru saja selesai bicara, Pak Senior mengangkat tangan: “Saya tak punya komentar, hanya berharap kepolisian segera menyelesaikan kasus ini agar arwah putriku tenang di surga!” Lao Liu menambahkan: “Profesor You, sebenarnya Anda harus percaya bahwa kami pasti akan menangkap pelakunya, namun kami juga membutuhkan kerjasama dari keluarga.”
Sejak masuk, You Bin terus bermuka masam, tak sekalipun memberikan senyuman pada Yan Jinhao dan timnya.
Mendengar perkataan Lao Liu, You Bin bertanya: “Apa yang ingin kalian ketahui?” Liu Yi melirik Yan Jinhao. Yan Jinhao menjelaskan: “Pak You, kami ingin tahu apakah Yali pernah bermasalah dengan seseorang?” You Bin menggeleng: “Saya tidak tahu. Dia tidak tinggal bersama saya, bahkan jarang berkomunikasi. Saat saya minta pulang untuk makan bersama pun dia selalu bilang sibuk.”
Yan Jinhao melanjutkan: “Kalau begitu, apa pekerjaan pacar prianya? Apakah Bapak tahu?”
Alis You Bin berkerut: “Dia punya pacar?” Ekspresinya seolah mendengar hal paling aneh.
Yan Jinhao segera bertanya: "Ada apa?" Wajah You Bin telah kembali tenang: "Sepengetahuanku, dia tidak punya pacar. Perasaannya hanya terfokus pada bisnis yang disebut-sebutnya itu, tak punya waktu untuk jatuh cinta." Yan Jinhao tersenyum: "Bisnisnya masih baik?" You Bin mengangguk: "Cukup baik. Dia seharusnya sedang dalam fase naik karier. Sebagai doktor ekonomi, kalau bisnis kecil saja tak bisa diurus, tentu sangat memalukan."
Yan Jinhao kembali mengeluarkan rokok, seolah melupakan perkataan wanita tadi. Saat menyalakan sebatang, barulah ia sadar You Bin sedang mengawasinya dengan ketat.
Yan Jinhao tersenyum bertanya: "Boleh?" You Bin mengangguk. Yan Jinhao menyerahkan sebatang padanya, namun dielakkan: "Sudah dua puluh tahun berhenti." Yan Jinhao menyalakan rokoknya sengaja berpura-pura baru melihat tak ada asbak di meja teh. You Bin berkata pada wanita di belakangnya: "Bu Lin, ambilkan asbak dari ruang studiku."
"Lao You, kudengar You Yali punya obsesi kebersihan?" Yan Jinhao bertanya santai. You Bin menjawab: "Benar, sejak kecil. Tapi makin parah setelah dewasa." Bu Lin menaruh asbak dengan lembut di meja teh. Yan Jinhao berkata: "Hanya kalian berdua yang menempati villa sebesar ini?"
You Bin menghela napas: "Mereka para saudari tak ada yang mau menemaniku." Tanpa sadar ia mengambil rokok Yan Jinhao di meja, menyalakan sebatang lalu menghirup dalam-dalam. Batuk tersengal-sengal yang membuat deg-degan pun menyusul.
"Sudah lama tidak menyentuh barang ini, sudah tidak terbiasa lagi." You Bin mematikan rokok yang baru dinyalakan dan melemparkannya ke asbak: "Yali adalah seorang workaholic, sedangkan Yaxin sama sekali tidak punya ambisi. Menjadi dosen di universitas kan bagus, punya banyak waktu untuk riset, tapi dia malah cari polisi. Mana mungkin wanita akademis seperti dia punya bahasa bersama dengan polisi? Ini bukan main-main?"
Lao Liu bertanya: "Apa Bapak pernah bertemu polisi itu?" You Bin menjawab: "Hm, Yaxin pernah mengajaknya ke sini. Aku tidak suka dia. Orangnya terlihat jujur, tapi entah kenapa aku selalu merasa dia licik. Aku tidak ingin Yaxin bersamanya. Sudah kunasihati Yaxin, tapi dia malah berbalik melawan ayahnya sendiri demi orang luar, bahkan sampai sekarang tidak mau datang menjengukku."
Yan Jinhao berkata: "Bapak jangan marah. Dia masih muda, perlahan-lahan akan mengerti niat baik Bapak."
You Bin menghela napas: "Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Biarkan saja. Lagipula sekarang hanya dia satu-satunya putriku yang tersisa." Yan Jinhao menyodok pertanyaan: "Bagaimana hubungan kakak-beradik mereka?"
You Bin menjawab: "Tentu saja. Sejak kecil mereka selalu bersama. Hubungan mereka sangat baik. Kematian Yali kali ini pasti juga menjadi pukulan berat bagi Yaxin. Sudah kutelepon berkali-kali, tapi tidak pernah diangkat!"
