Zhen Nanfang dan Tang Xin memeriksa TKP dengan teliti. Seperti kata Lao Liu, orang itu tidak meninggalkan petunjuk sedikitpun.
Di perjalanan pulang, Tang Xin bertanya: "Nanfang, ada dua masalah yang tidak kumengerti. Jika tujuan mereka hanya mencuri lukisan, mengapa tidak pergi selama masih ada waktu sebelum Yan Jinhai dan Kakak Wu kembali? Mengapa harus membunuh? Kedua, jika memang mau membunuh, mengapa tidak sekalian membunuh Yan Jinhai? Tidak ada mayatnya di TKP, artinya pasti tidak dibunuh. Membunuh satu atau dua orang sama saja, seharusnya mereka tidak sengaja hanya membersihkan mayat Yan Jinhai."
Zhen Nanfang mengangguk: "Yan Jinhai pasti masih hidup. Sebenarnya dua pertanyaanmu ini juga pernah kupikirkan. Menurut analisaku: Polisi sudah melakukan penggeledahan menyeluruh di rumah Kakak Wu tapi tidak menemukan lukisan itu, artinya lukisan pasti sudah diambil. Seperti katamu, jika targetnya adalah lukisan, mengapa setelah berhasil malah tidak segera pergi, tapi memilih untuk membunuh?"
“Ada beberapa kemungkinan mengenai hal ini. Pertama, setelah berhasil, dia kebetulan bertemu Kakak Wu yang membawa Yan Jinhao kembali, sehingga terpaksa membunuh. Tapi kemungkinan ini kecil, karena jika demikian, akan melibatkan masalah kedua yang kamu sebutkan. Dalam kasus pembunuhan untuk menghilangkan saksi, pasti dia akan membunuh keduanya sekaligus. Dia tidak akan mengampuni Yan Jinhao hanya karena statusnya sebagai polisi. Lalu bagaimana dengan mayatnya?”
“Kemungkinan kedua adalah barang itu sudah lama mereka ambil, sementara pembunuhan adalah bagian dari rencana mereka. Tujuan pembunuhan adalah untuk menjebak Yan Jinhao!” Zhen Nanfang menyalakan rokok: “Kapten Resimen Kriminal yang membunuh demi merebut lukisan memang jadi gimmick menarik. Ini bisa membuat seluruh Kepolisian Kota Yushan tertekan, sehingga memusatkan sebagian besar personelnya untuk menyelidiki kasus pembunuhan oleh Yan Jinhao.”
Tang Xin matanya berbinar: “Aku mengerti! Ini untuk menyembunyikan lukisan atau mengalihkan tekanan!” Zhen Nanfang mengangguk: “Benar! Sekarang aku agak menyesal. Kita terlalu cepat membuka identitas, kalau tidak, investigasi kita akan jauh lebih mudah!” Tang Xin berkata: “Sepertinya kamu juga curiga pada orang-orang di kepolisian kota!”
Zhen Nanfang tersenyum.
Tang Xin bertanya: “Arah investigasi kita selanjutnya apa? Lukisan atau orang?” Yang dimaksud "lukisan" adalah karya 《Man Jiang Hong》, sedangkan "orang" merujuk pada Yan Jinhao.
Zhen Nanfang berkata dengan tenang: "Orang, kalau tidak menemukan orangnya, kita akan sulit menemukan lukisannya!" Tang Xin tertegun sejenak: "Tapi meski kita menemukan Yan Jinhao, belum tentu bisa menemukan pencuri lukisannya!" Zhen Nanfang menjawab: "Jangan meremehkan Yan Jinhao. Dia polisi berpengalaman yang luar biasa. Setelah menderita kerugian besar, dia pasti sedang memendam amarah dan akan terus mengincar gerombolan itu tanpa henti!"
Tang Xin bertanya: "Bagaimana jika dia sedang dikendalikan oleh orang itu?"
Zhen Nanfang menggelengkan kepala: "Pikiranmu terlalu sederhana! Mengontrol orang seperti Yan Jinhao sama saja dengan memasang bom di sampingmu. Kau bahkan tidak tahu kapan itu akan meledak! Jadi mereka tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Justru dengan membiarkan Yan Jinhao bebas, mereka bisa mengalihkan perhatian."
Tang Xin berbisik: "Mereka tidak takut Yan Jinhao menyerahkan diri? Lagipula dia tidak membunuh siapa-siapa, dia bisa menjelaskan semuanya ke kantor polisi." Zhen Nanfang menyeringai: "Jelaskan? Apa dia bisa menjelaskan? Korban sudah mati, peluru ditembakkan dari senjatanya, TKP dibersihkan begitu rapi. Sebagai polisi veteran, dia tahu konsekuensi jika menyerahkan diri. Kalau hoki, rekan setimnya mungkin bisa membersihkan namanya. Kalau sial, dia mungkin hanya bisa menunggu ajal!"
“Kamu pikir dia tidak curiga pada anggota timnya sendiri? Mengapa orang itu bisa menyusun perangkap yang begitu lengkap? Bagaimana mungkin mereka bisa menunggu seperti petani menunggu kelinci di rumah Kakak Wu? Pasti ada yang membocorkan informasi dari dalam. Seperti peribahasa, tidak takut pada lawan seganas serigala, tapi takut pada rekan setim sebodoh babi. Dengan adanya orang seperti itu dalam tim, beranikah Yan Jinhao mempercayakan punggungnya kepada rekan setim? Apalagi ini bukan sekadar urusan punggung, tapi menyangkut nyawa dan reputasi seluruh tim!”
Tang Xin mengangguk. Pertimbangan Zhen Nanfang ini sama sekali belum terpikir olehnya. Ia tak bisa tidak mengagumi kecerdasan emosional anak muda ini.
“Kalau begitu, apakah Yan Jinhao saat ini masih merdeka? Dan dia pasti masih memburu orang-orang yang menjebaknya?” tanya Tang Xin.
Zhen Nanfang tersenyum: “Setidaknya dia lebih tahu daripada kita cara menemukan mereka! Karena dia pernah bertarung terbuka dengan mereka.”
Tang Xin menghela napas: “Kantor polisi kota kemungkinan besar akan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuknya. Situasinya sangat berbahaya!” Zhen Nanfang menjawab: “Karena itulah aku memintamu untuk menemukannya sebelum kepolisian kota. Temukan dia, dan cari cara untuk membantunya secara diam-diam.”
Tang Xin berkata: “Hm, aku mengerti!”
Pagi-pagi benar, Yan Jinyuan menyetir mobil menuju perusahaan. Begitu masuk ke jalur parkir, ia langsung sadar sedang diawasi. Ia yakin ini pasti orang dari kepolisian kota. Saat ini, dirinyalah satu-satunya yang punya kemungkinan bertemu Yan Jinhao tanpa dicurigai. Dengan wajah yang persis sama, kedua saudara ini benar-benar bisa bertemu seperti hantu yang tak berbekas.
Mobil berhenti di area parkir di bawah gedung perusahaan. Yan Jinyuan memarkir mobilnya lalu naik ke lift.
"Manajer Yan!" Fei Yan di resepsionis menyambutnya dengan ekspresi wajah yang aneh.
Yan Jinyuan tersenyum dan bertanya pelan: "Ekspresi apa ini?" Fei Yan menunjuk ke arah kantor: "Bukankah Tuan baru saja masuk?" Yan Jinyuan kaget, lalu segera menyadari pasti Jinhao yang datang. Yan Jinyuan melambaikan tangan ke Fei Yan, gadis itu pun mendekat.
"Ini rahasia, jangan beritahu siapa pun."
Mendengar perkataan Yan Jinyuan, Fei Yan juga tersenyum: "Hm, saya mengerti, Manajer Yan. Tenang saja, saya tidak akan bocorkan."
Yan Jinyuan melanjutkan: "Ngomong-ngomong, bukankah kemarin kamu ingin cuti panjang ke Qiongzhou menjenguk orang tua? Begini saja, nanti serahkan laporannya untuk saya tanda tangani, besok kamu bisa berangkat!" Fei Yan tertegun sebentar, lalu tersenyum lebar: "Terima kasih, Manajer Yan!"
Yan Jinyuan mengeluarkan kunci dan membuka pintu kantornya, kemudian menutupnya dengan lembut dan mengunci dari luar.
Di ruang dalam, ia melihat Yan Jinhao sedang duduk di sofa dengan wajah lesu dan rambut wajah yang mulai tumbuh.
Yan Jinhao mengangkat kepala menatap kakaknya: "Aku tidak membunuh siapa pun!" Yan Jinyuan mengangguk: "Ya, aku percaya kau tidak melakukannya." Yan Jinhao menyalakan rokok dengan tangan gemetar: "Tapi sekarang tak ada yang mau percaya padaku!" Yan Jinyuan berkata: "Xiao Hao, temui Direktur Meng. Mungkin dia bisa membantumu!"
Yan Jinhao menggelengkan kepala: "Tidak, sekarang aku tidak bisa membiarkan mereka menangkapku. Semua buti merugikanku. Jika sampai mereka menangkapku, nasibku sudah pasti!" Yan Jinyuan mencengkeram lengannya: "Tapi Xiao Hao, terus sembunyi-sembunyian begini juga bukan solusi. Jangan-jangan kalau tertangkap, masalahnya malah makin parah."
Yan Jinhao mengeluh: "Aku tahu, tapi saat ini selain diriku sendiri, tak ada yang bisa membuktikan kalau aku bersih. Jadi aku harus... Harus menangkap mereka sendiri! Hanya dengan menangkap mereka, aku bisa bebas dari tuduhan!"
Yan Jinyuan mengerutkan alis. Setelah dipikir-pikir, perkataan adiknya benar. Jika Yan Jinhao benar-benar menyerahkan diri, kalau kepolisian bisa membuktikan kebersihannya itu bagus. Tapi jika tidak, dia pasti akan jadi kambing hitam. Dia menghela napas: "Katakan, bagaimana cara Kakak membantumu?"
Yan Jinhao menjawab: "Rawati Ayah Ibu dengan baik. Aku benar-benar ingin meminta maaf pada mereka, sudah membuat mereka khawatir. Setelah kasus ini selesai, jika aku selamat, pasti akan menuruti nasehat mereka - ganti pekerjaan dan berbakti." Yan Jinyuan berkata: "Kamu pasti akan baik-baik saja. Ngomong-ngomong, Kakak punya uang simpanan di sini, ambil untuk kebutuhan darurat." Setelah mengeluarkan 20.000 yuan dari brankas, dia menyerahkan uang itu pada adiknya.
Yan Jinhao tidak menolak, menerima uang itu: "Kakak, aku datang menemanimu untuk sementara jangan beri tahu siapa pun, termasuk Ibu dan Ayah. Selain itu, aku tidak akan menelepon kalian, sebisa mungkin hindari kontak. Menurutku mereka pasti sedang memonitoring semua telepon di rumah kita." Yan Jinyuan menjawab: "Aku mengerti. Jika butuh uang, beri tahu saja, akan kuantarkan."
Kemudian Yan Jinyuan berkata: "Masih ingat permainan yang dulu paling sering kita mainkan?"
Mata Yan Jinhao berbinar: "Permainan meninggalkan kertas di papan pengumuman terminal bus?" Yan Jinyuan mengangguk: "Aku akan menyuruh orang memeriksanya setiap dua hari sekali." Akhirnya Yan Jinhao tersenyum: "Kakak memang selalu berpikir matang." Yan Jinyuan menambahkan: "Setiap dua hari sekali kau harus memberi kabar keselamatan padaku." Yan Jinhao mengangguk.
Barulah Yan Jinyuan menyentuh topik utama: "Sudah ada arah?" Yan Jinhao menjawab tenang: "Bisa dibilang sudah. Ngomong-ngomong Kakak, Lin Yue itu sepertinya penerus yang bermasalah, kau harus berhati-hati. Sebaiknya jaga jarak dengannya. Selain itu ada juga Shao Xiaoshi, hubungannya dengan Lin Yue terlihat rumit. Jika tidak perlu, jangan ikut campur urusan Lin Yue."
Yan Jinyuan tertegun sejenak: "Lin Yue?" Yan Jinhao mengangguk: "Benar. Aku bahkan merasa rangkaian kejadian kali ini mungkin ada hubungannya dengannya." Yan Jinyuan bertanya: "Kau sedang menyelidikinya?" Yan Jinhao tersenyum kecut: "Iya! Kakak, ingat kata-kataku. Aku tidak mau sampai kau mengalami masalah nanti."
Yan Jinyuan berkata: "Baiklah. Aku tahu harus melakukan apa."
Yan Jinhao berdiri: "Aku harus pergi!" Yan Jinyuan menghadangnya: "Tunggu!" Ia mengeluarkan pencukur listrik dan memberikannya ke Yan Jinhao. Setelah Yan Jinhao membersihkan janggutnya, Yan Jinyuan mengambil setelan baju dari ruang istirahat dan memakaikannya: "Dengan begini takkan dicurigai." Yan Jinhao berbisik: "Kalau kamu?"
Yan Jinyuan tersenyum: "Aku yang keluar dulu! Kamu tunggu sampai jam kerja berakhir baru pergi." Yan Jinhao tersadar: "Ada yang menguntitmu?" Yan Jinyuan mengangguk: "Sepertinya orang dari kantor polisi kotamu, mungkin mereka ingin menemukanmu!"
Yan Jinyuan bertanya lagi: "Saat datang tadi, selain resepsionis, tak ada yang melihat?" Yan Jinhao mengangguk: "Hm, pasti gadis resepsionis itu terkejut saat melihatmu lagi!" Yan Jinyuan menjawab: "Untuk keamanan, sudah kuperintahkan cuti panjang untuknya. Setidaknya dua minggu dia takkan muncul di Yushan."
