"Nanfang, Shao Xiaoshi hilang! Tim kita sedang mencari di mana-mana!" Tang Xin berbicara melalui telepon.
Zhen Nanfang memicingkan matanya: "Hilang? Sejak kapan?"
Tang Xin menjelaskan: "Staf perusahaan tidak melihatnya hari ini. Satpam kompleks tempatnya tinggal mengatakan dia pergi sejak pagi dan belum kembali." Zhen Nanfang bertanya: "Benarkah seharian ini tidak ada yang tahu keberadaannya?"
Tang Xin mengiyakan, Zhen Nanfang melanjutkan: "Baik, teruskan penyelidikan. Periksa apakah Shao Xiaoshi punya properti di Gunung Yu. Tidak hanya Shao Xiaoshi, tapi juga Lin Yue, bahkan anggota keluarga Shao lainnya."
Setelah menutup telepon, Zhen Nanfang terduduk bengong di tempatnya.
Leng Youlan bertanya: "Ada apa?" Zhen Nanfang menggeleng: "Ada beberapa hal yang tidak kupahami." Leng Youlan menyahut: "Coba ceritakan!"
"Aku menyuruh Tang Xin mengatur orang untuk mengendalikan Shao Xiaoshi, tapi tepat di saat ini dia malah hilang. Kucurigai kasus Yan Jinyuan pasti ulah Shao Xiaoshi, tujuannya mungkin untuk Lin Yue. Tapi jika benar begitu, berarti kematian Lin Yue tidak ada hubungannya dengan keluarga Shao, dan pastinya bukan perbuatan Yan Jinhao. Lalu siapa pelakunya?"
Leng Youlan berkata: "Pasti kelompok orang lain!" Zhen Nanfang mengangguk: "Aku juga berpikir begitu, tapi pernahkah kau memikirkan apa tujuan mereka melakukan ini?" Leng Youlan menjawab: "Sama seperti tujuan mereka menjebak Yan Jinhao, hanya saja mungkin mereka tidak tahu reaksi keluarga Shao akan sekeras ini."
Zhen Nanfang berkata: "Mungkin saja!" Ia mengeluarkan rokok dan menyalakannya, lalu berjalan ke dekat jendela. Senja mulai perlahan menyelimuti.
Di rumah sakit, biksu sedang duduk di tepi tempat tidur Pak Senior You sambil membaca koran. Pak You dengan mata terpejam berbisik: "Mereka sudah pulang?" Biksu mengangkat kepala dan meletakkan koran sambil mengangguk: "Tenang, ditemani Xiao Hui, Nona You seharusnya aman." Pak You menghela napas: "Yali sudah tiada, jika sesuatu terjadi pada Yaxin, bagaimana aku bisa memberi penjelasan pada ibu mereka nanti!"
Biksu diam, mendengarkan dengan khidmat. Pak You bertanya: "Apakah kepolisian belum menangkap pembunuh Yali?"
Biksu menggelengkan kepala: "Belum."
"Pasti ada yang ingin kau tanyakan padaku!" You Bin membuka mata menatap biksu.
Biksu berpikir sejenak lalu berkata: "Memang masih ada yang belum kupahami, Pak You. Jika tujuannya untuk menutupi mata orang, mengapa harus menyembunyikan dari Nona You?" You Bin menjawab: "Sifatnya tergesa-gesa, tak bisa menyimpan rahasia." Biksu bertanya: "Pak You, apakah Bapak merasakan bahaya mengancam?"
“You Bin tertegun sejenak, kedua mata biksu itu mengawasi wajahnya dengan erat. Akhirnya ia mengangguk: ‘Urusan polisi itu sudah kudengar kabarnya. Pemuda itu pernah kutemui, aku tidak percaya ia melakukan hal seperti itu. Aku yakin pasti ada yang menjebaknya. Tapi mengapa mereka harus menggunakan cara seperti ini untuk menghadapi seorang polisi?’”
“Biksu mengangguk perlahan, di lubuk hatinya ia mulai menghargai You Bin. Meski You Bin setiap hari di rumah, analisisnya terhadap masalah sangat tajam. Penalarannya sangat mirip dengan Zhen Nanfang.”
“‘Aku tahu pasti alasan di balik kematian Yali, semuanya karena lukisan gulungan Man Jiang Hong koleksi keluarga kami. Sebenarnya lukisan itu selalu kusimpan sendiri, entah bagaimana bisa terambil.’ You Bin memicingkan matanya: ‘Kurasa pelakunya pasti Yali atau Yaxin. Setelah Yali meninggal, kutanya Yaxin, tapi dia bilang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.’”
“‘Tapi tulisan itu sudah mereka dapatkan. Kalau sudah mendapatkan yang diinginkan, mengapa masih membuat ulah dan menewaskan banyak orang?’ Emosi You Bin mulai memanas. Biksu berkata: ‘Pak You, jangan panik. Mari kita bahas perlahan.’ You Bin batuk dua kali: ‘Akhirnya aku paham tujuan mereka melakukan ini - karena mereka tidak yakin apakah yang mereka dapat itu benar-benar karya asli Yue Fei!’”
“Mata biksu itu berbinar, ia tidak menyangka You Bin akan secara inisiatif menyebutkan masalah ini.”
You Bin menghela napas: "Sebenarnya kekhawatiran mereka sia-sia, karena yang mereka ambil memang benar-benar karya asli Yue Fei!" Biksu berkata: "Lalu apa maksud sebenarnya kau berpura-pura stroke?"
You Bin menjawab: "Mereka mencari aku, aku tidak ingin mereka menyakiti Yaxin lagi!" Biksu menyahut: "Jadi kau pura-pura stroke, dirawat di rumah sakit, untuk mengalihkan perhatian mereka demi keamanan Nona You?" You Bin mengangguk: "Aku harus menghadapi mereka suatu saat nanti!"
Biksu tertegun sejenak, kini ia akhirnya mengerti tujuan You Bin yang berbelit-belit dengannya selama ini.
"Tuan You, aku paham maksudmu. Tapi kau juga tahu, di Tiongkok statusmu sangat spesial. Aku tidak boleh membiarkanmu mengambil risiko. Jadi aku tidak bisa menarik penjaga keamanan di rumah sakit, juga tidak akan memberi kesempatan siapapun menculikmu."
Sebenarnya You Bin sudah jelas memberi tahu sang biksu, bahwa ia ingin menggunakan dirinya sendiri sebagai umpan, bahkan berani berhadapan langsung dengan lawan. Ia ingin mengakhiri situasi ini dengan mengorbankan diri.
Ini mengharuskan persetujuan biksu, untuk melepas proteksi padanya.
You Bin berkata: "Mungkin ini satu-satunya kesempatan!" Biksu menggeleng: "Maaf Tuan You, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu."
You Bin tampak kecewa. Ia bersandar ke bantal, kembali menutup matanya.
Malam semakin larut.
Di villa hanya tersisa Xiao Hui dan You Yaxin.
"Mengapa tidak boleh aku menemani Ayah di rumah sakit?" You Yaxin protes kesal.
Xiao Hui diam seribu bahasa, berbaring di tempat tidurnya sendiri.
You Yaxin duduk bangkit: "Kau kok diam saja, bisakah jangan seharian cemberut pura-pura cool?" Xiao Hui tiba-tiba melompat ke sisi You Yaxin dan menutup mulutnya.
You Yaxin kaget, tapi saat melihat ekspresi serius di wajah Xiao Hui, dia tak berani bersuara.
Xiao Hui mendengar keributan di lantai bawah. Dia yakin pendengarannya tidak salah. Seharusnya ada penyusup, tapi bagaimana mungkin? Seharusnya masih ada agen lapangan badan intelijen yang berjaga di luar. Dengan hati-hati, dia berbisik ke You Yaxin: "Berbaring, jangan bergerak sembarangan!" You Yaxin patuh mengikuti, sikap Xiao Hui kali ini jelas bukan main-main.
Xiao Hui melepaskannya, lalu merangkak pelan ke samping pintu. Dia tidak langsung membuka, tapi menyelinap ke sudut.
Desahan napasnya tertahan saat mendengar langkah kaki naik tangga - suaranya sangat halus.
Alis Xiao Hui berkerut. Tiba-tiba dia tersadar: soal hilangnya Bu Lin. Semua orang melewatkan pertanyaan terbesar - bagaimana mungkin Bu Lin menghilang tanpa jejak perusakan di pintu/jendela?
Bahkan Zhen Nanfang pun belum meneliti ini: villa ini pasti punya jalan rahasia!
Dari suara langkah, yang naik sepertinya dua orang.
Xiao Hui menahan napas. Dua bayangan itu sudah di depan pintu. Dia mundur selangkah siap siaga. "Klik" - kunci terbuka, tapi tak ada yang masuk.
Kedua pihak saling mengintai dalam diam.
Tiba-tiba, Xiao Hui mendengar teriakan dari You Yaxin yang ada di tempat tidur. Begitu ia menoleh, terdengar desingan pedang memotong udara. Xiao Hui berpikir buruk, langsung merunduk dan berguling ke tepi tempat tidur You Yaxin. Ia khawatir terjadi sesuatu pada You Yaxin, teriakan tadi jelas berasal darinya.
Saat mundur ke tepi tempat tidur, lampu kamar menyala. Xiao Hui melihat dua sosok berbaju hitam berdiri di samping pintu, masing-masing menggenggam pedang baja berkilauan.
You Yaxin sudah memanjat turun dari tempat tidur dan bersembunyi di belakang Xiao Hui.
"Kau baik-baik saja?" tanya Xiao Hui pelan. You Yaxin menyahut, "Aku baik, kau... kau hati-hati!" Xiao Hui mengangguk, "Hm, jangan takut! Ambil HP-mu tekan tombol 1, mereka akan datang menyelamatkan kita." Ini pengaturan darurat yang sudah Xiao Hui siapkan untuk You Yaxin - tombol 1 terhubung ke nomor telepon tim lapangan Badan Intelijen.
Tiba-tiba kedua sosok hitam itu bergerak, mengayunkan pedang baja ke arah Xiao Hui.
Dalam jarak sedekat ini sambil harus melindungi You Yaxin, Xiao Hui tak bisa menghindar dan harus melawan langsung. Saat ini ia lebih memilih jika orang itu membawa senjata api, itu akan lebih mudah ditangani. Semakin dekat jarak, ancaman senjata api justru berkurang, berbeda dengan tekanan berat dari pedang baja di tangan mereka.
Kelincahan kedua lawan ini tidak main-main. Baru beberapa detik bertarung, Xiao Hui sudah berbisik, "Ninja!"
Dua sosok berbaju hitam sama sekali tidak menjawab, kembali menyambar ke arah Xiao Hui. Pengalaman Xiao Hui dalam menghadapi musuh sangat mumpuni, meski bahaya mengintai di setiap sudut, ia selalu bisa menghindari serangan lawan. Sebenarnya ia bisa dengan mudah melarikan diri, namun tugasnya justru melindungi keselamatan You Yaxin.
Karena itu ia tak boleh kabur, bahkan tak boleh menghindar, sebab ia tak boleh membiarkan mereka melukai You Yaxin. Maka sebagian besar gerakannya bertahan, ia mengeratkan gigi selama bisa bertahan sampai orang luar villa menyergap masuk, mereka akan aman.
Namun setelah sekian lama tak ada keributan dari luar, tanpa menoleh ia bertanya: "Nona You, sudah menelepon?" Tak mendengar jawaban You Yaxin, jantung Xiao Hui berdebar kencang - jangan-jangan sesuatu terjadi pada You Yaxin?
Persis saat itu kedua sosok hitam menghentikan serangan. Suara You Yaxin terdengar: "Sudah dihubungi, tapi tak ada yang angkat." Hati Xiao Hui bagai dihujam belati - nada bicara You Yaxin membuatnya merasakan kedinginan.
Ia menoleh dan melihat You Yaxin mengacungkan pistol, tersenyum sambil menatapnya. Xiao Hui diam seribu bahasa, hanya memandang tenang ke arah wanita yang tampak lemah ini.
You Yaxin berkata pada kedua sosok hitam: "Urusan di luar sudah beres?" Keduanya membungkuk menjawab: "Siap!"
You Yaxin memerintahkan: "Bawa dia, kita akan menukarnya dengan si tua licik!"
Dua sosok hitam itu mendekat dan mencengkeram Xiao Hui. Kali ini ia tak melawan - dalam situasi seperti ini, perlawanan apapun akan sia-sia.
“Kamu sebenarnya siapa?” Xiao Hui menatap You Yaxin bertanya pelan. You Yaxin tersenyum: "Bukankah kamu selalu memanggilku Nona You?" Xiao Hui menggeleng: "Kamu bukan You Yaxin!" You Yaxin menghela napas: "Kamu salah, aku memang You Yaxin." Xiao Hui berkata: "Untuk apa kamu melakukan ini?" You Yaxin menjawab tenang: "Keyakinan! Seperti kamu berjuang demi keyakinanmu, aku juga berjuang demi keyakinanku!"
