Setelah pasangan Geng Dazhi pergi, Shu Yi berkata kepada Meng Xinran: "Manajer Meng, dalam dua hari ini perhatikan baik-baik, terutama kantor polisi tingkat dasar. Lihat apakah masih ada kasus hilang serupa yang terjadi. Jika ada, segera beri tahu saya." Meng Xinran mengangguk: "Baik, Pak Shu. Saya akan memperhatikannya."
Shu Yi dan Mu Qi'er lalu berpamitan dengan Meng Xinran dan membawa Geng Yong pulang.
Di sebuah rumah penduduk di pinggiran kota Gunung Yu, seorang lelaki duduk di sofa sambil minum teh dan merokok.
"Apa? Kau yakin itu benar-benar Yan Jinhao?" Lelaki itu adalah Zhuge Fengchu. Yang berdiri di hadapannya adalah pemimpin kelompok sosok berbaju hitam yang pernah bentrok dengan Yan Jinhao di Jalan Xintian.
Lelaki berbaju hitam itu mengangguk: "Benar, dia datang bersama seorang wanita." Kemudian dia menceritakan seluruh kejadian. Zhuge Fengchu terdiam sejenak: "Tampaknya mereka sudah mulai bertindak." Lelaki berbaju hitam itu bertanya bingung: "Mereka? Siapakah mereka?"
Zhuge Fengchu tersenyum: "Itu bukan urusanmu. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Yan Jinyuan? Apa dia baik-baik saja?" Lelaki berbaju hitam itu menjawab: "Dia baik-baik saja. Tapi Tuan Zhuge, untuk apa kita menangkap orang ini?" Zhuge Fengchu berkata: "Jangan remehkan lelaki ini. Dia akan menjadi aset berharga di tangan kita. Jagalah dia baik-baik, jangan sampai ada kesalahan. Selain itu, jangan lagi menyakitinya. Beri dia makan dan perlakuan yang layak."
Lelaki berbaju hitam itu menggaruk bagian belakang kepalanya. Dia benar-benar tidak mengerti alasan di balik keputusan Zhuge Fengchu, namun tetap mengangguk menyetujui perintah tersebut.
Zhuge Fengchu kembali berkata: "Kalian harus sangat berhati-hati. Menurutku Yan Jinhao pasti akan mencari kita lagi. Aku tidak ingin ada kesalahan di pihak kalian." Sosok berbaju hitam menjawab: "Tuan Zhuge, tenang saja." Zhuge Fengchu menggelengkan kepala: "Sejujurnya, aku tetap tidak bisa tenang. Jika tebakanku benar, pasti ada koneksi batin antara saudara-saudara keluarga Yan."
Lelaki berbaju hitam terkejut: "Koneksi batin? Berarti kalau kita berbuat sesuatu pada Yan Jinyuan, kemungkinan besar Yan Jinhao akan menemukan kita?" Zhuge Fengchu menjawab: "Benar, bisa dikatakan begitu."
Lelaki itu merasakan dingin menyusup di tulang punggung: "Dia bukan lawan yang mudah dihadapi." Zhuge Fengchu berkata tenang: "Tidak masalah. Resonansi batin memiliki sedikit perbedaan waktu. Selama kalian sering berpindah lokasi dengan kecepatan tinggi, akan sulit baginya melacak kalian."
Lelaki berbaju hitam menjawab penuh hormat: "Siap!"
Zhuge Fengchu mengangguk puas: "Baik, pergilah." Lelaki itu segera pergi.
Zhuge Fengchu menuju ke ruangan lain: "Ma Qi, bersiaplah. Aku akan menghubungi Tuan Shu Yi." Ma Qi adalah pakar komputer yang direkrut Zhuge Fengchu. Keberaniannya berkomunikasi langsung dengan Shu Yi berasal dari keahlian Ma Qi dalam mengacaukan pelacakan lokasi.
HP Shu Yi berdering. Setelah melirik layar, ternyata ada nomor tak dikenal yang mencoba menghubunginya.
"Hoi, saya Shu Yi." Shu Yi membuka percakapan dengan singkat. Zhuge Fengchu tertawa: "Pak Shu, apa kabar!" Shu Yi berkata dengan tenang: "Zhuge Fengchu, apa lagi yang kau rencanakan?" Zhuge Fengchu menjawab: "Sudahkah kau pertimbangkan saran saya?"
Shu Yi berkata: "Sudah kukatakan, kerja sama denganmu mustahil. Selain itu, aku pasti akan menangkapmu." Zhuge Fengchu menghela napas: "Shu Yi, mengapa kau selalu memusuhiku? Bukankah saling memenuhi kebutuhan kita akan menguntungkan semua pihak?"
Shu Yi menyeringai dingin: "Bekerja sama denganmu seperti menggaruk punggung harimau. Kau pikir aku sebodoh itu?" Zhuge Fengchu berkata: "Akan kuberi tahu sesuatu - Yan Jinhao ada dalam genggamanku." Shu Yi menjawab: "Sudah lama kuketahui. Kira-kira Gao Wei juga ada di tempatmu sekarang?"
Zhuge Fengchu mengangguk: "Ada satu hal yang pasti akan menarik minatmu." Shu Yi diam. Zhuge Fengchu melanjutkan: "Kemarin Yan Jinhao berhasil menemukan persembunyian Yan Jinyuan. Luar biasa, kan?"
Shu Yi tertegun sejenak: "Apa maksudmu sebenarnya?" Zhuge Fengchu tersenyum: "Kau harusnya lebih paham implikasinya. Jika tebakanku benar, 'resonansi batin' antara saudara Yan sudah berhasil diaktifkan. Shu Yi, masih ingat ucapanku dulu?"
Shu Yi menjawab: "Zhuge Fengchu, sebaiknya kamu bebaskan Yan Jinyuan dan Senior You. Jika tidak..." Zhuge Fengchu menyahut: "Jika tidak bagaimana? Shu Yi, kamu takkan bisa menangkapku. Dulu begitu, sekarang pun tetap sama. Untuk Yan Jinyuan, aku bisa bebaskan. Tapi You Bin, selama aku belum mendapatkan yang kuinginkan, takkan kulepaskan."
Shu Yi terdiam sejenak: "Kalau begitu bebaskan dulu Yan Jinyuan." Zhuge Fengchu berkata: "Bisa kuanggap ini sebagai permohonan darimu?" Shu Yi berkata tenang: "Terserah bagaimana kamu memahaminya!" Zhuge Fengchu tertawa keras: "Baik, bisa kubebaskan. Tapi aku akan mengirimkan hadiah besar untukmu. Tak perlu berterima kasih, anggap saja ini bentuk ketulusanku."
Shu Yi bertanya: "Bisa beri batas waktu?" Zhuge Fengchu mengerutkan kening: "Begini saja. Besok siang pukul dua belas datanglah ke Kota Batu. Ada Kuil Tian Di di sana. Seseorang akan mengantarkan Yan Jinyuan. Tapi jangan sakiti bawahanku."
Shu Yi menyetujui.
Setelah menutup telepon, Mu Qi'er bertanya: "Sebenarnya apa maunya Zhuge Fengchu?" Shu Yi menjawab: "Aku juga tak tahu. Yan Jinyuan ada di tangannya, tapi dia sudah berjanji akan melepasnya." Mu Qi'er melanjutkan: "Dia tidak mengajukan syarat apa pun?"
Shu Yi tersenyum kecut: "Dari tadi terus menerus membahas kerja sama. Dia memintaku berhenti mencampuri urusan <>, sementara dia akan membantu penyelidikan kasus 'resonansi batin'." Mu Qi'er tetap diam, fokus menyetir.
Geng Yong ternyata tertidur di dalam mobil.
Shu Yi berkata: "Menurutmu, apakah target Zhuge Fengchu benar-benar sesederhana Man Jiang Hong?" Mu Qi'er melontarkan pertanyaan balik: "Lalu untuk apa?" Shu Yi menggelengkan kepala: "Belum tahu pasti, tapi kurasa pasti ada konspirasi yang lebih besar."
Mu Qi'er bertanya: "Bagaimana dengan biksu dan Pak Senior You, apakah mereka juga akan dilepas?" Shu Yi menjawab: "Tidak, untuk sementara mereka tidak akan dilepas. Mungkin ini caranya membuatku percaya bahwa tujuannya hanyalah untuk gulungan kaligrafi itu."
Mu Qi'er tersenyum: "Bagaimanapun, setidaknya Yan Jinyuan bisa dibebaskan sudah merupakan hal positif. Mengenai tujuan sebenarnya, selama kita berhati-hati pasti akan terungkap."
Shu Yi menyatakan: "Dia bilang akan memberiku hadiah besar." Mu Qi'er terkejut: "Oh? Sepertinya dia mau menunjukkan ketulusannya!" Mu Qi'er memandang Shu Yi dengan serius: "Kau tidak benar-benar mau kerja sama dengannya, kan?"
Shu Yi terdiam sejenak: "Selama tidak melanggar prinsip, kerja sama terbatas mungkin masih bisa dilakukan." Mu Qi'er menjadi serius: "Menurutku masalah ini harus ditangani dengan hati-hati. Bisa-bisa ada yang memanfaatkannya untuk kepentingan mereka."
Shu Yi mengangguk: "Tentu saja aku sudah mempertimbangkannya. Bahkan jika harus kerja sama, aku akan konsultasi dulu dengan Lu Yilei. Lagipula, meski Zhuge Fengchu kali ini terlihat memberikan keuntungan padaku, sebenarnya dia sedang provokatif. Ini caranya memberitahuku bahwa segalanya berada dalam kendalinya, permainan ini akan dimainkan sesukanya. Selain itu, pasti ada mata-matanya di sana, kalau tidak dia tidak akan tahu sedetail itu tentang urusan 'resonansi batin'."
Yan Jinhao menatap Xiaoman di seberang: "Katakan, kau benar-benar mau nempel terus padaku?" Xiaoman menjawab: "Kenapa? Mau mengusirku lagi? Jangan lupa, aku hampir mati demi membantumu." Yan Jinhao berkata: "Tapi bagaimanapun kita adalah musuh bebuyutan. Kalian pernah menculik kakakku, bahkan hampir membunuhnya."
Xiaoman menyeringai: "Salah besar! Dialah yang hampir membunuhku. Kalau tidak ada yang menemukan, aku pasti sudah mati kelaparan dan kehausan. Lagipula, meski kami menangkapnya, kami tetap melayaninya dengan baik, karena target kami sebenarnya adalahmu."
Yan Jinhao berpikir sejenak: "Kalian menculik kakakku hanya untuk menemukanku guna membalas dendam atas wanita bernama Lin Yue? Sesederhana itu?" Xiaoman menggigit bibirnya. Yan Jinhao menggeleng: "Kau tidak jujur. Jika tidak mau bicara benar, lebih baik pergi saja. Karena aku akan selalu takut kapan kau tiba-tiba menyerang dari belakang."
Xiaoman tertawa dingin: "Di sorot matamu, aku memang manusia sehina itu?"
Yan Jinhao menghela napas: "Xiaoman, aku berterima kasih atas bantuanmu, tapi kau juga tahu, aku adalah orang tanpa ingatan. Jadi aku lebih berharap hubungan kita bisa sepenuhnya jujur, tanpa tipu muslihat atau kebohongan. Kalau tidak, aku bukan hanya tak akan menganggapmu sebagai teman, malah akan merasa kau seperti bom waktu di sampingku yang tak tahu kapan akan meledak."
Yan Jinhao menyalakan rokok, menatap Xiaoman dengan tulus: "Aku harap kau bisa mengerti, maafkan aku."
Xiaoman menghela napas: "Baiklah, aku pergi." Xiaoman bingung bagaimana menjelaskan padanya. Dia tak mungkin memberitahu Yan Jinhao semua rahasia keluarga Shao. Keluarga Shao pernah menolongnya, dan hubungannya dengan Shao Xiaoshi sudah seperti saudara. Yang terpenting, kondisi Yan Jinhao yang seperti sekarang ini juga ada hubungannya dengan keluarga Shao.
Memandang kepergian Xiaoman, perasaan aneh muncul di hati Yan Jinhao. Tapi dia tetap diam. Terhadap wanita misterius ini, dia mulai punya kesan baik. Tapi hanya sekadar kesan baik. Bagaimanapun, dalam situasinya sekarang, dia tak boleh melakukan sedikit pun kesalahan, bahkan kesalahan sekecil debu pun tak diperbolehkan.
Dia harus menghadapi kepolisian, berusaha menyelamatkan kakaknya, mengungkap semua kejadian yang menimpanya, serta mencari kembali ingatannya yang hilang. Dia menghela napas. Tampaknya tempat ini sudah tak bisa ditinggali lagi, Xiaoman sudah tahu lokasi ini. Selain itu, apakah mimpi itu akan muncul lagi? Pasti mereka sudah memindahkan kakaknya. Akankah kakaknya masih memberi isyarat lewat mimpi? Yan Jinhao tak tahu jawabannya.
Yan Jinhao menyalakan rokok, dalam kepulan asap ia perlahan menjadi sadar. Ia juga bisa merasakan bahwa Xiaoman memiliki perasaan khusus padanya. Meski waktu perkenalan mereka singkat, perasaan ini tetap jelas terasa olehnya. Ia menyesali, seandainya tidak mengusirnya tetapi lebih mendekatinya, mungkin bisa mendapat informasi lebih dari mulutnya. Ia tersenyum mengejek diri sendiri: "Yan Jinhao, perlu sekali bermain siasat seperti ini pada seorang wanita?"
