Sambil menyetir, Shu Yi bertanya pelan pada Yan Jinhao: "Benarkah Pak Qi bilang begitu?" Pak Qi pernah mengatakan bahwa mereka hanya menjebaknya sekali, sedangkan kejadian-kejadian setelahnya tidak ada hubungannya dengan Shao Xiaoshi dan kawan-kawan. Mendengar ini, Shu Yi merasa tak masuk akal sehingga menanyakan kembali.
Yan Jinhao mengangguk: "Dia memang bilang begitu. Aku juga berpikir, seharusnya dia tidak membohongiku." Shu Yi terdiam sejenak lalu berkata: "Masalah Xiao Man juga seharusnya tidak ada hubungannya dengan mereka." Meski Pak Qi sudah mengatakan hal yang sama, Yan Jinhao tidak sepenuhnya percaya. Kini mendengar penegasan Shu Yi, dia bertanya bingung: "Mengapa Pak Shu bisa begitu yakin?"
Shu Yi berkata dengan tenang: "Bahkan jika mereka tahu Xiao Man dekat denganmu, tidak mungkin mereka tega melakukan tindakan kejam seperti ini. Jika tidak, Lao Qi tidak akan mengajakmu bicara, melainkan mencari cara untuk membungkammu selamanya." Yan Jinhao merenung dan menyadari kebenaran perkataan itu. Setidaknya di rumah sakit hari itu, dirinya sudah diawasi ketat oleh Lao Qi dan kroni-kroninya. Jika mereka benar-benar berniat menyerang diam-diam, bahkan sekadar menembak dari belakang, mustahil dirinya bisa selamat sampai bertemu Shu Yi dan kawan-kawan.
Yan Jinhao mengangguk: "Lalu siapa sebenarnya yang menargetkan Xiao Man? Apa tujuan mereka?"
Shu Yi tersenyum: "Masih belum terlihat? Pelaku yang menyerang Xiao Man adalah orang yang sama yang membunuh Lin Yue lalu menjebakmu. Tujuan mereka hanya satu: memperdalam konflik antaramu dengan keluarga Shao, memicu saling serang, lalu mereka bisa memungut keuntungan dari pertikaian ini." Yan Jinhao tersenyum kecut: "Apa untungnya bagi mereka jika aku dan keluarga Shao bertarung mati-matian?"
Shu Yi menjelaskan: "Pertama, mereka mendapat waktu untuk bernapas. Kedua, mereka mengalihkan perhatian kepolisian dan kita. Selama ini fokus kita tertuju pada kalian dua bersaudara. Mereka mungkin sudah membaca situasi, begitu konflikmu dengan keluarga Shao memanas sementara kita tahu kasus ini terkait dirimu, perhatian kita pasti akan teralihkan ke situ."
Yan Jinhao berkata: "Kalau begitu, sepertinya orang-orang itu sangat mengenal kalian?" Shu Yi tidak menjawab, dia juga sedang memikirkan masalah ini. Selama ini dia fokus menyelidiki kasus resonansi batin, dan tokoh paling representatif dalam kasus ini adalah saudara-saudara Yan. Tampaknya orang itu benar-benar menguasai titik pusat penyelidikan mereka.
Shu Yi teringat kembali pada Zhuge Fengchu. Jika memang dia memiliki energi untuk menciptakan begitu banyak urusan, Shu Yi sama sekali tidak akan merasa aneh. Tapi jika benar demikian, mengapa dia malah mengajak kerja sama alih-alih menghindar? Mungkinkah kerja sama itu hanya kepalsuan belaka? Untuk melarikan diri? Kemungkinan seperti itu tidak bisa dieliminasi.
Tentu saja, masih ada satu poin penting: kemungkinan besar ada kekuatan lain yang ikut terlibat dalam perseteruan di Gunung Yu. Poin ini sudah lama diangkat oleh Zhen Nanfang. Hanya saja kekuatan itu terlalu tersembunyi, hingga saat ini belum meninggalkan jejak sama sekali. Keberadaan mereka bisa dirasakan, tapi identitas dewa macam apa mereka sebenarnya masih misterius.
Zhen Nanfang menelepon: "Lao Shu, Kepala Lu menelepon, meminta kita melepaskan Ye Jin." Zhen Nanfang langsung to the point tanpa basa-basi. Alis Shu Yi berkerut. Mengapa Lu Yilei malah menelepon langsung ke Zhen Nanfang? Secara logika seharusnya dia yang dihubungi.
Zhen Nanfang bertanya: "Bagaimana pendapatmu?" Shu Yi berkata dengan tenang: "Lakukan sesuai perintah Kepala Lu." Zhen Nanfang tampak panik: "Tapi dia belum mengatakan apa-apa!" Shu Yi menjawab: "Lepaskan saja, dia cuma kedok belaka. Mungkin dia bahkan tidak sadar peran apa yang sebenarnya dia mainkan dalam kasus ini."
Zhen Nanfang masih merasa tak nyaman: "Tapi melepaskannya begitu saja rasanya tidak tepat. Bukankah ini sama saja mengakui kita salah menangkapnya?" Shu Yi tersenyum: "Kapan kita menangkapnya? Kita hanya memintanya membantu penyelidikan dan diwawancarai. Setelah diinterogasi pun dia tetap diam. Kalau sudah begini, lebih baik dilepaskan."
Zhen Nanfang hendak membantah, Shu Yi menyela: "Tenang saja. Meski mulutnya terkunci rapat, gerak-geriknya pasti akan berbicara." Zhen Nanfang langsung paham maksud tersirat itu: "Baik, akan kuiikuti saranmu." Shu Yi menegaskan: "Ini bukan saran saya, tapi perintah Kepala Lu. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar You Yali?"
Zhen Nanfang menghela napas: "Dia terlihat kooperatif dengan sikap baik, tapi jawabannya itu-itu saja berputar-putar." Shu Yi menganalisis: "Dia adalah titik lemah kunci, tapi sepertinya masih bertahan. Mungkin tujuannya tetap mengulur waktu."
Zhen Nanfang mengangguk: "Hm. Untuk sementara cukup sampai di sini. Jaga keselamatanmu baik-baik."
Mobil berhenti di depan pintu rumah sakit. Shu Yi dan Yan Jinhao turun lalu langsung menuju area perawatan bedah. Yan Jinhao terus waspada mengamati, berharap bisa melihat Lao Qi dan Agui yang seharusnya masih berjaga. Namun tak satu pun terlihat.
“Mereka pasti sudah mundur sejak lama.” Shu Yi tahu apa yang sedang dicarinya, berbisik. Yan Jinhao kali ini tidak bertanya mengapa, seandainya dirinya yang berada di posisi itu, pasti juga akan mundur. Jangan-jangan kalau Yan Jinhao menyerahkan diri dan membawa orang datang, bukankah mereka semua akan dibabat habis? Namun hipotesis ini harus didasarkan pada asumsi bahwa Yan Jinhao akan mengambil inisiatif untuk menyerahkan diri. Mereka pasti tidak menyangka bahwa Yan Jinhao benar-benar sudah menyerahkan diri.
Yan Jinhao terkejut mendengar perkataan Shu Yi: "Jangan-jangan Xiao Man sudah dibawa pergi oleh mereka?" Shu Yi menggelengkan kepala. Ia sungguh tidak berani memberikan jawaban pasti kepada Yan Jinhao. Meskipun sebelumnya dikatakan ada polisi yang berjaga di rumah sakit, tapi masa polisi harus terus-terusan berjaga di sini? Lagipula dari sudut pandang polisi, ini lebih seperti kecelakaan biasa. Mereka tidak tahu ada rahasia tersembunyi di baliknya.
"Nona perawat, saya mau bertanya, Xiao Man dirawat di kamar nomor berapa?" tanya Yan Jinhao dengan panik di depan pintu pos perawat. Perawat jaga yang sedang bertugas tertegun: "Xiao Man? Xiao Man yang mana? Saya tidak tahu!" Yan Jinhao semakin panik: "Gadis yang ditabrak mobil itu, yang diantar ke sini kemarin lusa."
Perawat baru teringat: "Oh, saya ingat sekarang, dia di..." Perawat memeriksa catatan rawat inap: "Maaf, Tuan, dia sudah menjalani rawat jalan sejak siang tadi." Emosi Yan Jinhao meluap: "Rawat jalan? Bagaimana mungkin dia dirawat jalan? Lukanya masih sangat parah!"
Nona perawat tersenyum kecut: "Saya juga tidak tahu, siang ini bukan shift saya." Shu Yi tersenyum bertanya: "Apakah dia rawat jalan atau pindah rumah sakit?" Nona perawat baru berpikir serius: "Rawat jalan." Yan Jinhao terdiam sejenak, Shu Yi menepuk bahunya: "Xiao Yan, ayo pergi!" Yan Jinhao lesu mengikuti Shu Yi pergi, baru beberapa langkah dia berbalik ke pos perawat: "Saya ingin bertanya, bagaimana kondisi cederanya?"
Nona perawat menjawab: "Cederanya parah, tapi sudah lepas dari bahaya, sepertinya juga sudah siuman. Sebenarnya kondisi seperti ini tidak boleh dirawat jalan, tapi seperti yang kalian tahu, dia dibawa polisi. Polisi tidak mungkin membayar biaya rawat inapnya. Kondisinya seperti ini, setiap hari di rumah sakit membutuhkan biaya besar. Rumah sakit juga serba salah, mungkin kerabatnya yang datang pun tidak mau lanjut membayar biaya ini, jadi diputuskan rawat jalan saja."
Wajah Yan Jinhao sangat masam: "Hanya karena uang, kalian setuju dia menyerah perawatan?" Nona perawat kaget melihat ekspresi Yan Jinhao. Shu Yi mendekat bertanya: "Dalam kondisi seperti ini, apakah kerabatnya harus menandatangani dokumen yang menjamin bahwa begitu pengobatan dihentikan, segala masalah pasien tidak akan dituntut ke rumah sakit?"
Nona perawat mengangguk: "Yang ini memang ada, silakan tunggu sebentar."
Nona perawat asyik menyortir berkas, lalu mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya pada Shu Yi: "Ini, ada tanda tangan keluarga pasien di sini." Shu Yi menerimanya dan melirik sekilas. Yang ia perhatikan adalah tanda tangan itu sendiri, tidak tertarik pada dokumen prosedural standar rumah sakit. Tertulis jelas nama Qi Jun di sana.
Shu Yi berbisik pada Yan Jinhao: "Mungkinkah Qi Jun ini adalah Tuan Qi yang kau sebutkan sebelumnya?" Yan Jinhao menghela napas: "Aku pun tidak tahu nama asli Tuan Qi itu, tapi kurasa kemungkinan besar dialah orangnya." Shu Yi melanjutkan dengan suara rendah: "Ayo, lebih baik kita pergi dulu dari sini."
Setelah keluar dari rumah sakit, Shu Yi berkata: "Tuan Qi pernah mengatakan Xiao Man dan Shao Xiaoshi dekat seperti saudara kandung, hubungan mereka sangat erat." Yan Jinhao mengangguk membenarkan: "Benar, itu yang dia katakan." Shu Yi tersenyum tipis: "Jika dia tidak berbohong, mustahil mereka tega menghentikan perawatan Xiao Man. Tindakan ini hanya untuk mencegahmu mendekati Xiao Man lagi. Dengan kata lain, mereka ingin merahasiakan kondisi Xiao Man dari pihak luar, terutama kepolisian atau kita."
Yan Jinhao menatap Shu Yi: "Maksud Pak Shu..." Shu Yi menjelaskan: "Menurutku pasti mereka telah memindahkan Xiao Man ke rumah sakit lain, atau setidaknya ke klinik pribadi yang lebih besar." Yan Jinhao mengangguk setuju dengan analisis tersebut. Shu Yi menambahkan: "Mengingat kondisi Xiao Man yang kritis, mereka pasti memilih fasilitas kesehatan yang letaknya tidak jauh dari sini jika benar-benar peduli pada nyawanya."
Mata Yan Jinhao berbinar: "Tuan Shu benar, kalau begitu kita segera mencari." Shu Yi menggelengkan kepala: "Tidak, mencari sendiri bukan cara yang baik. Aku akan menyuruh Nanfang menghubungi petugas kantor polisi kota, biar polisi lalu lintas yang dikerahkan. Karena ini kecelakaan, polisi punya alasan untuk memintanya membantu penyelidikan sebelum penyebab pasti kecelakaan ditemukan. Dengan begini tidak akan menimbulkan kecurigaan mereka."
Yan Jinhao mengangguk: "Kepala Shu memang selalu mempertimbangkan segala aspek."
Kembali ke Yuhu Villa, Zhen Nanfang memberitahu Shu Yi bahwa dia sudah melepas Ye Jin. Wajah Zhen Nanfang masih terlihat kesal. Menurutnya, melepas Ye Jin terlalu mudah. Bagaimanapun, Ye Jin membawa pasukan untuk cari masalah di sini sangat membuat Zhen Nanfang tidak nyaman. Namun karena perintah dari Lu Yilei dan persetujuan Shu Yi, dia terpaksa melepaskannya. Dalam telepon, Lu Yilei tidak hanya memintanya melepas Ye Jin, tapi juga Hao Qiang dan seorang peneliti lainnya.
"Lao Shu, menurutmu ini bagaimana?!" gerutu Zhen Nanfang. Shu Yi tersenyum: "Kenapa tidak tanya langsung ke Kepala Lu via telepon, mengapa harus begini?" Zhen Nanfang menggeleng: "Malas aku tanya." Shu Yi berkata: "Mungkin Lao Lu juga mendapat tekanan besar." Zhen Nanfang menjawab: "Jujur saja, kadang aku benar-benar tidak ingin mengurus urusan kotor begini!"
