“Pak Shu, penyelidikan saya menemukan beberapa hal, data sudah saya kirim ke email Anda, silakan dicek.” Ximen Wuwang berbisik. Shu Yi mengeluarkan suara "Hm": "Masih bisa digali lebih dalam?" Ximen Wuwang menjawab: "Sudah mentok, saya sudah pesan tiket pesawat siang ini untuk kembali!" Shu Yi berkata: "Bagus, di sini sedang butuh tenaga!"
Setelah menutup telepon, Shu Yi membuka email dan melihat data yang dikirim Ximen Wuwang.
Usai membaca data, Shu Yi terdiam sejenak. Ia tak menyangka hubungan antara Gao Yang dan Su Man ternyata sedemikian rumit. Ia mengeluarkan HP dan menelepon Ximen Wuwang lagi: "Ximen, panti asuhan di Provinsi Xijing itu sudah tidak ada ya?" Ximen Wuwang menjawab: "Benar, sepuluh tahun lalu kebakaran besar menghanguskan semua arsip." Shu Yi bertanya: "Lalu bagaimana kamu memastikan hasil penyelidikanmu akurat?" Ximen Wuwang berkata: "Saya hoki, ketemu mantan direktur panti itu yang sedang menjalani hukuman di Penjara Xijing."
Shu Yi memutuskan sambungan lalu mondar-mandir di kamar.
Hasil penyelidikan Ximen sebenarnya sudah tidak relevan. Status Gao Yang dan Su Man sebagai teroris sudah lama dikonfirmasi. Masalah terpenting sekarang adalah membuat mereka berbicara - mengungkap lokasi senjata nuklir. Baik Gao Yang maupun Su Man adalah orang bijak dengan mentalitas baja. Mereka tidak memiliki rasa takut karena sama-sama yatim tanpa ikatan keluarga. Hasil penyelidikan juga membuktikan Nie Ziyu bukan putri kandung Su Man.
Mereka sejak kecil menerima pendidikan ideologi yang kejam melalui latihan dan pemikiran terorisme. Bahkan ketika menghadapi kematian, mereka sama sekali tidak takut. Inilah yang paling membuat Shu Yi pusing. Orang seperti ini bahkan dengan interogasi obat pun belum tentu efektif. Dari segi waktu, mereka sudah tidak tahan berlarut-larut. Shu Yi harus menemukan titik pusat terbaik dalam waktu sesingkat mungkin!
"Pak Shu, ada yang mencarimu di luar!" Seorang personel lapangan mengetuk pintu dan berbisik. Shu Yi mengerutkan alis. Siapa yang bisa menemukan lokasi ini? "Orangnya mana?" tanyanya. Personel itu menjawab, "Ditahan penjaga pintu. Seorang gadis kecil sekitar 13-14 tahun!" Shu Yi langsung menebak - Nie Ziyu. Ternyata benar gadis itu tahu kediamannya.
Shu Yi tersenyum tipis: "Bawa dia ke sini!" Nie Ziyu pernah berjanji, jika bisa membantu, dia berharap Shu Yi memberi kelonggaran pada Su Man. Baginya, bagaimanapun Su Man adalah ibu kandungnya. Shu Yi yakin Su Man tidak akan membocorkan urusan organisasi teroris pada putrinya. Namun Nie Ziyu seolah tahu banyak. Kali ini pun Shu Yi berharap gadis itu membawa kejutan kecil.
Nie Ziyu masuk. Tanpa menunggu izin Shu Yi, dia langsung duduk di sofa.
Shu Yi menatapnya dengan tenang: "Ada yang perlu dariku?" Nie Ziyu sedang mengunyah permen karet gelembung, membumbungkan gelembung besar lalu berkata: "Aku sudah lama menunggu teleponmu! Kukira kau akan menerima syaratku, karena saat ini kau sangat membutuhkan bantuanku!" Shu Yi mengucapkan "Oh", hatinya juga terkejut, dari mana gadis kecil ini bisa begitu percaya diri.
Nie Ziyu berkata: "Orang itu bilang, dia bisa menemuimu, tapi selainmu, dia tidak akan mau bertemu siapa pun! Dan syaratnya, kau harus menerima permintaanku!" Shu Yi menggelengkan kepala: "Tidakkah kau merasa permintaanmu sangat tidak masuk akal? Sampai saat ini, kau belum menunjukkan ketulusan sama sekali. Kau terus mengklaim pasti bisa membantuku, tapi tahukah kau apa yang paling kubutuhkan sekarang?" Nie Ziyu tersenyum: "Tentu saja aku tahu. Kalian sedang mencari sesuatu, sesuatu yang sangat penting."
Dia mengangkat pandangan menatap Shu Yi: "Dan aku juga tahu waktu kalian sangat mepet!"
Shu Yi mulai mempercayai ucapannya: "Barang apa?" Nie Ziyu mengangkat bahu: "Yang itu aku tidak tahu. Sebenarnya kau sendiri juga paham, yang benar-benar bisa membantu kalian bukanlah aku, melainkan orang di belakangku, orang yang sangat menarik minatmu itu!" Shu Yi menghela napas: "Baiklah, kuterima syaratmu. Tapi kau harus segera mengantarku menemuinya!" Nie Ziyu mengangguk: "Bagus. Dia benar, kau memang orang yang mudah diajak kerjasama! Ayo pergi."
Nie Ziyu berdiri dan langsung berjalan keluar ruangan.
Shu Yi membuka pintu mobil, Nie Ziyu naik ke dalam, tampak gelisah sambil menoleh ke belakang: "Kau yakin anak buahmu tidak mengikuti?" Shu Yi berkata tenang: "Sudah kuperintahkan untuk tidak ikut! Perkataanku pasti mereka patuhi, tenang saja!" Nie Ziyu berkata: "Baik, aku percaya padamu!"
Shu Yi tersenyum kecut: "Kalau begitu beritahu alamatnya!"
Yang tak disangka Shu Yi, tempat yang disebut Nie Ziyu ternyata Rumah Sakit Swasta Xin Nandu! Shu Yi mengerutkan alis, Nie Ziyu malah tertawa: "Tempat ini familiar bagimu, bukan?" Shu Yi diam, mengikuti Nie Ziyu masuk ke rumah sakit. Sampai di depan pintu sebuah kamar pasien, Nie Ziyu berkata: "Masuk dan tunggu!" Shu Yi mendorong pintu masuk, kamar itu kosong kecuali dua tempat tidur pasien.
Shu Yi berjalan ke jendela, berdiam diri. Hatinya gelisah, menduga apakah orang yang akan ditemui nanti adalah manusia yang dirasuki jiwa Zhen Nanfang! Namun saat pintu kamar pasien terbuka, ia tertegun. Yang masuk ternyata Duan Fei, agen penyelidik Kantor Nanhai yang kabarnya sudah kehilangan kesadaran! Putra Direktur Duan dari Kantor Nanhai.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Shu Yi tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Duan Fei berkata: "Saat ini tak ada waktu untuk menjelaskan. Kau juga bukan datang untuk mendengar penjelasan. Aku bisa membantumu menemukan yang kau cari, itu sudah cukup. Soal lain-lainnya, nanti kau akan mengerti."
Shu Yi merasa sangat bingung di lubuk hatinya. Duan Fei melanjutkan: "Mengenai urusanku, kau bisa tanya Xiao Yu, dia akan memberitahumu." Shu Yi mengangguk: "Di mana barang itu berada?" Entah mengapa, mood Shu Yi justru terasa sangat cemas. Duan Fei berkata: "Kudengar akhir-akhir ini kepolisian Laut Selatan menyita sejumlah mobil selundupan keluarga Nie, sepertinya sedang diumumkan untuk dilelang?" Setelah mengatakannya, Duan Fei segera pergi!
Shu Yi tertegun di tempat, baru setelah lama ia tersadar, lalu melesat ke luar kamar pasien.
Saat Shu Yi tiba di Kepolisian Kota Nanshan, Ye Qinghan sudah lebih dulu ada di sana. Ia menyambut Shu Yi: "Sampai saat ini sudah empat unit mobil terjual! Tapi hanya data tiga pembeli yang nyata, informasi pembeli keempat semuanya palsu! Untuk tiga pembeli dengan data lengkap ini sudah kusuruh personel lapangan mengawasi, hanya yang satu itu, saat ini belum bisa ditemukan."
Shu Yi bertanya: "Data semuanya palsu? Apa mereka polisi tidak kompeten?" Shu Yi mulai murka. Ye Qinghan tersenyum kecut: "Mereka juga tak menyangka ada yang berani sampai segitu, lagipula setelah kuperiksa data terkait, kualitas pemalsuannya hampir tidak bisa dibedakan dengan aslinya." Shu Yi menyahut: "Seperti apa rupa orang itu? Pasti ada rekaman CCTV kan?"
Ye Qinghan menjawab: "Ada, mereka sedang membuat sketsa wajah berdasarkan informasi dari rekaman!" Shu Yi bertanya: "Masih perlu membuat sketsa?" Ye Qinghan menjelaskan: "Karena kualitas gambarnya kurang jelas, agak buram!" Shu Yi mengikuti Ye Qinghan ke ruangan kontrol, setelah memeriksa rekaman, memang cukup kabur.
Saat itu beberapa polisi juga datang ke ruang monitor. Ye Qinghan buru-buru memperkenalkan seorang pria yang memimpin kepada Shu Yi: "Ini Direktur Chen dari kantor polisi kota!" Shu Yi berjabat tangan dengannya: "Direktur Chen, kenapa penanganan mobil-mobil ini bisa secepat ini?" Direktur Chen menjawab dengan canggung: "Sebenarnya... prosedur penanganan seperti ini sudah biasa kami lakukan, tidak ada masalah secara administratif."
Shu Yi menyeringai dingin: "Benar-benar tak ada masalah? Sampai-sampai menggunakan data palsu untuk membeli mobil!" Direktur Chen berkata: "Ini kecerobohan kami, kami benar-benar lalai!" Shu Yi tahu menggerutu sekarang tidak ada artinya. Ia berkata: "Setelah sketsa wajah selesai, kami perlu bantuan Direktur Chen untuk mengerahkan personel mencari keberadaannya. Ingat, kalian hanya mencari, jangan melakukan tindakan apapun! Segera beri tahu kami jika ada informasi."
Direktur Chen mengangguk: "Siap! Kami pasti akan bekerja sama." Shu Yi menatap Ye Qinghan: "Apakah kendaraan lainnya sudah diperiksa?" Ye Qinghan mengangguk: "Sudah semua. Jika benar ada masalah, pasti pada empat mobil yang sudah terjual itu!"
Shu Yi berkata pada Ye Qinghan: "Kamu yang terus awasi di sini, aku akan pulang dulu."
Setelah meninggalkan kantor polisi kota Nanshan, Shu Yi baru teringat belum melihat Nie Ziyu sejak keluar dari kamar pasien. Banyak hal ingin ditanyakannya tentang masalah Duan Fei. Tanpa kejelasan ini, hatinya tetap gelisah. Shu Yi menelepon Nie Ziyu yang langsung bicara duluan: "Aku tahu kau akan mencariku. Aku sekarang di gedung penerimaan tamu tempat kalian menginap."
Shu Yi menyetir kembali ke gedung penerimaan tamu. Di luar dugaan, Nie Ziyu sudah duduk menunggu di kamarnya.
“Aku bilang pada mereka kamu yang menyuruhku datang!” Nie Ziyu tersenyum sambil menjawab. Shu Yi duduk dengan wajah muram: “Katakan, sebenarnya apa yang terjadi?” Nie Ziyu bertanya: “Maksudmu apa?” Shu Yi menjawab: “Duan Fei! Dia bilang kamu tahu semuanya.” Nie Ziyu mengangguk halus: “Sebenarnya aku ke sini juga untuk urusan ini, aku tahu pasti kamu akan menangkapku untuk diinterogasi. Aku tidak mau mati kesal karena diganggu terus!”
Shu Yi berkata: “Kalau begitu cepat katakan, waktuku sempit!” Nie Ziyu menghela napas: “Seolah-olah aku berhutang padamu!” Shu Yi menggelengkan kepala, gadis ini selalu membuatnya antara ingin tertawa dan menangis.
“Terakhir kali aku bertemu Duan Fei, dia tidak dirawat di Rumah Sakit New Nandu!” Shu Yi menatap Nie Ziyu dengan tenang. Nie Ziyu mendengus: “Apa anehnya? Semua orang tahu neurologi New Nandu yang terbaik. Dia pindah rumah sakit ke sini. Lagipula, meski kami rumah sakit swasta, tapi termasuk dalam jaringan asuransi kesehatan kota.”
Shu Yi bertanya lagi: “Tidak ada rekan-rekan yang berjaga?” Nie Ziyu tertawa: “Ada, tapi aku punya cara untuk mengalihkan mereka!” Shu Yi menggeleng: “Dia pasien koma. Tadi keluyuran begitu orang lain tidak protes? Dan sebenarnya dia benar-benar koma atau palsu?”
Nie Ziyu tersenyum kecut: “Sekaligus banyak pertanyaan. Baiklah, akan kuceritakan perlahan. Pokoknya kalau tidak kamu selidiki tuntas, pasti tidak akan melepaskanku...”
