"Su Ya, aku benar-benar meragukan ketulusanmu!" Shu Yi menatap Su Ya sambil berkata dengan tenang. Su Ya menyalakan sebatang rokok wanita, dengan elegan menghembuskan lingkaran asap: "Mengapa kau anggap aku tidak tulus?" Shu Yi menjawab: "Kau mengalihkan perhatianku ke Duan Jian, padahal kau tahu persis dia sama sekali tidak terlibat dalam urusan kalian ini."
Su Ya mengerutkan alisnya: "Benarkah? Aku hanya curiga. Sudah kukatakan, baik aku maupun Su Man tidak tahu siapa yang mengambil nuklir itu! Kau harus pahami, organisasi kami sangat ketat. Kami hanya bertanggung jawab untuk bahan peledak, tugas kami sebatas memberikan dukungan!"
"Kuharap kau juga bisa bekerja sama denganku!" Shu Yi berbisik. Su Ya tersenyum: "Bekerja sama? Pasti! Asal kau ingat janjimu padaku!" Shu Yi juga tersenyum: "Baik, sekarang kutetapkan pertanyaan: Mengapa sebelumnya kau tidak mengaku soal hubunganmu dengan Direktur Chen dari Kepolisian Kota Nanshan?"
Su Ya tertegun sejenak: "Oh, kami hanya saling mengenal. Dia tidak tahu identitas asliku. Kukira dia tidak ada hubungannya dengan kasus yang kau selidiki." Shu Yi memicingkan matanya: "Benarkah? Tapi nyatanya dia tidak hanya tahu, malah membantu aksi kalian." Su Ya terlihat sangat terkejut: "Sungguh? Tapi aku benar-benar tidak tahu."
Shu Yi menghela napas: "Baiklah, jika kau masih ingat sesuatu, merasa perlu menambahkan apa pun, segera suruh mereka memanggilku!" Shu Yi melihat jam, sudah lewat pukul dua pagi. Ia keluar dari kamar Su Ya, menelepon Mu Qi'er untuk menanyakan situasi di sana. Mu Qi'er memberitahunya bahwa semua persiapan telah selesai, setiap kantor telah siap di posisi masing-masing, tinggal menunggu aksi tepat waktu pukul tiga.
"Hm, kalian harus benar-benar menjaga keselamatan. Satu hal lagi, bagaimanapun juga bom tidak boleh meledak!" kata Shu Yi dengan khawatir. Mu Qi'er menjawab: "Tenang saja, rencana kita seharusnya tidak mungkin gagal." Shu Yi berkata: "Baiklah, nanti aku tidak akan datang." Mu Qi'er menambahkan: "Hm, di sana kau harus buru-buru menginterogasi. Operasi Qinghan gagal, pasti masih ada yang disembunyikan Direktur Chen itu!"
Shu Yi tersenyum kecut: "Barusan Qinghan dan kawan-kawan sudah menginterogasi berjam-jam. Dia bersikukuh mengatakan semua yang perlu dikatakan sudah diungkap! Tapi siapa yang menyuruhnya melakukan ini tetap tidak mau diakuinya!" Mu Qi'er tertawa: "Kupastikan kau punya cara membuatnya bicara. Sudah, tutup dulu, tunggu kabar baik dari kami!"
Shu Yi mendorong pintu masuk ke ruangan Direktur Chen. Ye Qinghan dan Ximen Wuwang masih sedang melakukan interogasi. Melihat Shu Yi masuk, Ye Qinghan berkata: "Pak Shu, dia..." Shu Yi menggelengkan tangan: "Kalian keluar dulu!" Ye Qinghan dan Ximen Wuwang melirik Direktur Chen, lalu pergi.
"Tinggal kurang dari tiga puluh jam." Shu Yi duduk sambil berbisik, "Lao Chen, aku sudah menyuruh orang mengantar istri dan anakmu pergi. Apa yang mereka lakukan ini salah, setidaknya istrimu dan anakmu tidak bersalah!" Direktur Chen menatap Shu Yi dengan penuh syukur, "Terima kasih!" Shu Yi berkata tenang, "Jangan berterima kasih, aku hanya tidak tega melihat orang tak bersalah jadi korban."
Direktur Chen diam seribu bahasa, menundukkan kepala.
Shu Yi berjalan ke depan jendela, "Istri dan anakmu sudah aman, tapi jika nuklir ini benar-benar meledak di Laut Selatan nanti, berapa banyak lagi keluarga yang akan kehilangan orang tercinta, terpisah dari daging darahnya sendiri!" Shu Yi menghela napas panjang.
Perasaan Chen Zheng sangat bergejolak. Jujur, kata-kata Shu Yi menusuk hatinya dalam-dalam. Ia mengangkat kepala, "Bisa kasih aku sebatang rokok?" Shu Yi menyerahkan sebatang rokok dan menyalakannya untuknya. Chen Zheng menghisap dua kali, lalu melemparkannya ke lantai dan menginjak-injaknya dengan keras, "Baik! Aku akan kasih tahu, ini semua perintah Xiao Yu! Xiao Yu yang menyuruhku melakukan ini!"
"Xiao Yu? Nie Ziyu?" Kali ini giliran Shu Yi yang terkejut, tak disangkanya dalang di balik semua ini ternyata Nie Ziyu! Shu Yi bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bisa begini?" Chen Zheng menggigit bibir, "Xiao Yu adalah anak kandungku!" Shu Yi merasa kepalanya mendadak pusing dibuatnya.
Shu Yi berkata: "Bukankah Nie Ziyu adalah anak haram Duan Jian dan Su Ya? Kenapa sekarang menjadi putrimu?" Chen Zheng menghela napas: "Nie Ziyu adalah anakku dengan Su Ya. Aku mengenal Su Ya saat kuliah di akademi kepolisian Provinsi Xijiang. Aku juga memperkenalkan dia dan saudarinya pada Duan Jian. Awalnya kukira dia mau menjadi pacarku dan menikah denganku, tapi tiba-tiba mereka menghilang."
Chen Zheng tersenyum sinis: "Hingga belasan tahun lalu, saat aku dan Duan Jian sama-sama bekerja di Provinsi Guangdong Selatan. Kami sudah punya keluarga sendiri. Ironisnya, kami menikahi sepasang saudari! Lebih menyakitkan lagi, baru kusadari kemudian bahwa Su Ya setelah melakukan hubungan intim denganku, ternyata juga berselingkuh dengan Duan Jian!"
"Belasan tahun lalu, Su Ya dan Su Man tiba-tiba muncul lagi. Saat itu kami sudah berpisah 7-8 tahun. Mereka tampak lebih matang dan cantik, tak ada lagi jejak kenaifan masa muda." Ekspresi Chen Zheng berkilau: "Mereka yang mengambil inisiatif mendatangiku, seperti teman lama yang tak ada jarak. Sama sekali tidak menyentuh masa lalu. Malam itu kami bersenang-senang, aku mabuk berat. Saat siuman, kudapati diriku berbaring di tempat tidur yang sama dengan sepasang saudari itu."
Shu Yi tidak berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian.
Chen Zheng berkata: "Dua hari itu bagiku sangat luar biasa, aku merasa seperti seorang penguasa sejati, menikmati sesuatu yang belum pernah..." Shu Yi dengan tenang menyela: "Tak perlu jelaskan prosesnya, langsung ke intinya." Wajah Chen Zheng terlihat sedikit canggung.
"Beberapa hari kemudian, Su Man menemukanku. Dia bilang Su Ya sedang hamil. Saat itu karierku sedang menanjak, sementara kekasihku adalah putri atasan. Jika hal ini terbongkar, bukan hanya keluarga tapi juga karierku hancur. Aku panik, bingung harus bagaimana. Tapi Su Man hanya ingin aku tahu tentang anak itu. Mereka tak akan merepotkan atau meminta apapun. Katanya bisnis kecil mereka cukup untuk menghidupi anak itu."
Shu Yi tersenyum. Kisah ini terlalu familiar baginya. Versi serupa pernah diceritakan Duan Jian di taman kecil rumah sakit. Rupanya Su Ya dan Su Man telah membina hubungan selama 20 tahun dengan usaha tak kenal lelah untuk menjerat kedua pejabat tinggi ini.
Tapi Shu Yi yakin, target mereka pasti bukan hanya Duan Jian dan Chen Zheng. Di tempat lain pasti ada target korosi titik pusat lain yang telah dijaring dengan taktik serupa.
"Dua tahun kemudian, aku dipindahkan ke Kota Nanhai, menjabat sebagai Kapten Resimen Kriminal Kepolisian. Duan Jian juga kemudian dipindahkan ke Nanhai sebagai Wakil Direktur Badan Keamanan Negara. Di tahun ketigaku di Nanhai, secara kebetulan aku mengenal Nie Changsheng. Tak kusangka istri baru Nie Changsheng yang legendaris itu ternyata Su Man!"
"Tapi dia malah berpura-pura tidak mengenalku sama sekali. Tentu saja ini sesuai dengan hatiku, toh urusan-urusan itu agak memalukan. Belakangan dia aktif menelepon untuk menjemputku. Awalnya kukira dia akan mengajukan permintaan khusus—waktu itu aku baru saja dilantik sebagai Wakil Direktur, dan sedang menyelidiki kasus penyelundupan keluarga Nie secara diam-diam."
"Tapi dia sama sekali tidak menyentuh pekerjaanku. Dia hanya memberitahuku bahwa dia menikah sambil membawa keponakannya. Katanya Nie Ziyu adalah putri Su Ya. Saat itu hatiku berdebar kencang—jika dia putri Su Ya, bukankah itu berarti anakku? Setelah mendapat jawaban pasti dari Su Man, hatiku dipenuhi sukacita sekaligus kepanikan. Baru setelah dia bilang ini hanya sekadar pemberitahuan tanpa maksud lain, aku bisa lega."
Shu Yi bertanya: "Apa kalian akhirnya saling mengakui dengan Nie Ziyu?" Chen Zheng menggeleng: "Tidak. Baru setelah mobil selundupan keluarga Nie bermasalah, dia menghampiriku. Lalu kubantu dia melakukan urusan itu." Shu Yi mulai paham: Saudari Su sengaja hanya memberitahunya tentang keberadaan putri itu tanpa menuntut apapun, membuatnya merasa diberkahi, aman, sekaligus berutang budi!
Jadi saat Nie Ziyu memintanya membantu, ia merasa ini bukan urusan besar. Nie Ziyu mengatakan dokumen ini hanya untuk mengambil mobil keluarga Nie yang disita - mobil kesayangan ibunya. Awalnya ia bilang pada Nie Ziyu bahwa urusan seperti ini bisa diselesaikan dengan kemampuannya, tapi Nie Ziyu tetap bersikukul membuat dokumen palsu, berdalih ini tidak akan menimbulkan kecurigaan orang luar maupun membuatnya serba salah. Di lubuk hati, ia menganggap Nie Ziyu sangat dewasa karena masih memikirkan kepentingannya.
Kebetulan malam itu saat makan dengan pengembang properti, ia mendengar mereka menyebut nama Li Lei. Sebagai pacar Liu Shanshan, tentu ia tahu hubungan ini. Tapi ia pura-pura tidak tahu, setengah bercanda mengangkat topik ini, yang kemudian memicu Liu Shanshan membuat dokumen palsu untuk Li Lei.
Hari itu sebenarnya ia datang ke tempat Liu Shanshan untuk mengancamnya membuatkan dokumen serupa. Tapi tak disangka Liu Shanshan kebetulan tidak ada di kantor. Tanpa sengaja ia menemukan template yang belum sempat diolah Liu Shanshan, inilah yang memicu kejadian selanjutnya.
Hingga kemudian ia mendengar Shu Yi dan timnya sedang menyelidiki urusan mobil, barulah ia merasa situasi tidak beres. Setelah mencari informasi, baru tahu ini terkait masalah nuklir. Sangat khawatir, ingat akan daya hancur nuklir, ia segera memindahkan anak dan istri. Tapi tak disangka mereka akhirnya dibawa kembali oleh Ye Qinghan dan timnya.
Shu Yi meninggalkan kamar Chen Zheng. Kepada Ye Qinghan dan Ximen Wuwang yang sedang di depan pintu, ia berkata: "Ayo pergi, kita sudah menemukan tokoh utamanya!" Setelah naik mobil, Ye Qinghan penasaran bertanya: "Pak Shu, Anda benar-benar berhasil membuatnya bicara?" Shu Yi menghela napas: "Sebenarnya dia juga dimanfaatkan. Jika mereka bisa lebih berhati-hati dalam beberapa masalah kehidupan pribadi, tentu tidak akan memberi celah bagi orang lain untuk memanfaatkan!"
Ximen Wuwang lebih memperhatikan siapa tokoh utama tersebut: "Siapa yang Anda maksud sebagai otak sebenarnya?" Shu Yi menjawab: "Nie Ziyu!" Keduanya membeku kaget: "Nie Ziyu? Gadis kecil itu?" Shu Yi membenarkan dengan "Hm", namun di lubuk hatinya ia tahu pasti gadis itu bukan sekadar anak kecil biasa. Mungkinkah ada bayangan Zhuge Fengchu dalam dirinya? Kalau tidak, bagaimana mungkin seorang gadis 13-14 tahun berhasil menipu Zhen Nanfang yang memiliki kecerdasan dan pengalaman hidup sedemikian luas.
