Shu Yi menduga pasti ada petunjuk yang ditinggalkan Lin Dewang. Tapi di mana? Pasti bukan di rumah Lin Dewang yang sudah habis terbakar. Karena sudah menyadari bahaya dan menghubungi Deng Kun, dia pasti tahu rumahnya tidak aman lagi. Shu Yi pergi ke kamar Xiao Ying. Dia bertanya apakah Lin Dewang meninggalkan sesuatu. Xiao Ying menjawab tidak ada. Lin Dewang tidak meninggalkan apa pun.
Shu Yi kembali teringat Ma Juan, dan Ma Juan juga dengan pasti mengatakan bahwa Lin Dewang tidak memberikan apa pun padanya.
Ini tidak masuk akal. Jika Lin Dewang sudah tahu apa yang akan dia lakukan sebelum menerima eksperimen ini, maka yang dia cari seharusnya adalah keuntungan. Lebih gamblangnya, kemungkinan besar demi uang. Setelah kembali, dia seharusnya menerima imbalan yang besar. Uang ini tidak digunakan untuk rumah tangganya, kemungkinan besar diserahkan kepada Xiao Ying atau putrinya Ma Juan.
Tiba-tiba, Long Jiuyuan keluar dari kamar: "Xiao Shu, sudah ditemukan bahwa Ma Juan pernah bercerai, memiliki seorang anak laki-laki yang diberikan pada pihak suami. Suaminya bernama Xu Jindong, bekerja di Komite Olahraga Kota. Anaknya bernama Xu Ming, tahun ini berusia enam tahun."
Kilatan inspirasi muncul di otak Shu Yi. Dia dan Long Jiuyuan masuk ke kamar Ma Juan. Shu Yi duduk di kursi.
Shu Yi menatap Ma Juan: "Coba pikirkan lagi baik-baik." Ma Juan berkata dengan tenang: "Sudah kukatakan, pertama, orang bermarga Lin itu tidak mungkin ayahku. Kedua, dia juga tidak memberiku apa-apa." Shu Yi menjawab: "Oh? Kukira sebagai ayah, dia akan meninggalkan sejumlah uang sebagai kompensasi untukmu!" Ekspresi wajah Ma Juan tidak berubah. Dia tersenyum dingin: "Kompensasi? Jika dia benar ayahku, apakah kompensasi sedikit itu cukup?"
Shu Yi tiba-tiba bertanya: "Ma Juan, kekasihmu sepertinya bernama Xu Jindong ya? Kalian juga punya anak laki-laki bernama Xu Ming?" Ma Juan tertegun sejenak, lalu wajahnya berubah pucat: "Aku dan Xu Jindong sudah bercerai, Xu Ming diserahkan padanya." Shu Yi mengangguk: "Apakah Lin Dewang tahu kau punya anak laki-laki?"
Ma Juan langsung berdiri: "Apa maksudmu? Kasus ini tidak ada hubungannya dengan Xu Jindong, apalagi dengan Xu Ming, kuharap kau jangan mengganggu kehidupan wajar mereka!" Shu Yi menggelengkan kepala: "Ma Juan, sepertinya kau belum paham situasi. Kematian Ma Yong sama sekali bukan kecelakaan, jika bicara ketidaksalahan, Ma Yong lebih tidak bersalah daripada siapa pun! Selama hampir 30 tahun ini, Ma Yong sudah banyak berkorban untuk kalian berdua, tak peduli apakah kau anak kandungnya atau bukan, sebagai seorang Ayah dia sudah memenuhi kewajibannya!"
Ma Juan diam seribu bahasa. Shu Yi melanjutkan: "Menurut kami, Ma Yong justru tidak terkait dengan kasus ini, tapi dia tetap mati. Jika tebakanku benar, orang itu pasti sedang mencari sesuatu. Jika kami tidak menjemputmu dan ibumu ke sini, kemungkinan besar yang berikutnya mati adalah salah satu dari kalian."
Ma Juan tidak percaya pada perkataan Shu Yi, menurutnya Shu Yi seharusnya sedang mengancamnya: "Kalau seperti katamu, mengapa mereka tidak langsung mencari kami, malah membunuh Ma Yong?" Shu Yi berkata dengan tenang: "Karena kami terus melindungi ibumu, mungkin mereka sudah mencium aroma bahaya dan tidak berani gegabah bertindak. Kalau tidak, kau pikir bagaimana mungkin tim kami bisa secepat itu tiba di rumahmu untuk menjemput ibumu dan kau setelah Ma Yong baru saja tewas!"
Kali ini Ma Juan percaya, dia menggigit bibir: "Maksudmu mereka kemungkinan besar akan menjatuhkan tangan pada Mingming?" Shu Yi mengangguk, tidak menjawab. Ma Juan berkata: "Tapi bagaimana mungkin Lin pergi mencari mereka berdua, kami sudah jarang berhubungan. Saya hanya sesekali menjenguk anak saya, kadang juga menjemputnya untuk menginap beberapa hari."
Shu Yi menjawab: "Jika kau yakin Lin Dewang benar-benar tidak meninggalkan apapun untukmu, maka dia sangat mungkin telah menemui Xu Jindong dan Xu Ming. Jadi kau harus pertimbangkan matang, jika benar begitu, sekarang saatnya kita mencari Xu Jindong sebelum terlambat!" Ma Juan berpikir lama, akhirnya menggeleng: "Tidak ada. Saat itu dia seperti ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi kau tahu temperamenku. Meski bisa menerima dia meninggalkanku, tapi tidak bisa menerima dia membuang ibuku, apalagi memaksa ibu menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dicintainya."
Shu Yi berdiri dan berkata pada Long Jiuyuan: "Kita harus segera mencari Xu Jindong, mungkin Lin Dewang benar-benar mendatangi mereka." Ma Juan berpikir sejenak: "Bolehkah aku ikut?" Long Jiuyuan melirik Shu Yi, Shu Yi mengangguk.
Di dalam mobil, Ma Juan terlihat sangat cemas. Ia mengkhawatirkan anaknya. Shu Yi berbisik: "Bisakah kau ceritakan mengapa kau bercerai dengan Xu Jindong?" Ma Juan menghela napas: "Sebenarnya Jindong orang baik, hanya saja temperamenku buruk." Shu Yi bertanya: "Apakah kau sudah lama tahu bahwa kau bukan putri kandung Ma Yong?"
Ma Juan mengangguk: "Saat SMP, ada pelajaran biologi dimana guru menyimpang ke topik DNA keturunan dan golongan darah. Aku sadar, golongan darahku B sedangkan kedua orangtuaku ternyata bergolongan A. Jadi jelas aku bukan anak kandung mereka. Ditambah lagi hubungan mereka sehari-hari, semakin menguatkan keyakinanku."
Shu Yi menghela napas: "Sejak itu seluruh dirimu berubah. Di bawah sadarmu, kau yakin Ma Yong bukan ayah kandungmu! Karena menurut hukum golongan darah, ayah kandungmu seharusnya bergolongan B." Ma Juan diam. Shu Yi melanjutkan: "Ditambah hubungan dingin antara ibumu dan Ma Yong, hatimu dipenuhi bayang-bayang yang membuat karaktermu berubah drastis."
Ma Juan tersenyum kecut: "Aku bersama Xu Jindong, sebenarnya dia sangat menyayangiku. Tapi entah mengapa, aku selalu merasa tidak nyaman bersamanya. Aku teringat lelaki yang membuang aku dan ibu, lalu juga memikirkan orang yang hanya menginginkan ibuku..." Dia bingung bagaimana menjelaskan tentang Ma Yong, maksudnya Ma Yong lebih menginginkan Xiao Ying secara nafsu.
Mobil berhenti di kompleks perumahan keluarga Komite Olahraga Kota. Ma Juan memimpin Shu Yi dan rombongan langsung menemui kediaman Xu Jindong.
Seorang wanita sekitar 60 tahun membukakan pintu. Melihat Ma Juan, wajahnya langsung bermasam: "Kau mau apa?" Shu Yi tersenyum ramah mendekat: "Senior, kami dari Badan Keamanan Negara. Ingin menemui Xu Jindong!" Sang wanita mengira mereka polisi, wajahnya semakin muram: "Kau sampai membawa polisi? Apa kesalahan Jindong sampai kau tega menjerumuskannya begini?"
Long Jiuyuan berkata tenang: "Nenek, mohon bekerja sama. Jangan menghalangi tugas resmi kami!" Si nenek hendak membantah, seorang pria paruh baya 30-an muncul di samping pintu: "Ibu, silakan masuk dulu." Pria itu adalah Xu Jindong. Matanya menyapu Ma Juan, lalu Shu Yi dan Long Jiuyuan: "Silakan masuk!"
Shu Yi dan rekannya masuk ke dalam pintu. Xu Jindong baru duduk setelah menyeduh teh: "Ada yang bisa saya bantu?" Shu Yi menjawab: "Kami dari Badan Keamanan Negara Kota Lincheng. Ingin bertanya beberapa hal!" Sang nenek tidak kembali ke kamarnya, bergumam sesuatu sambil berdiri di depan pintu kamarnya mengawasi.
Xu Jindong mengangguk. Shu Yi bertanya: "Apakah Xu Ming ada di rumah?" Xu Jindong menjawab: "Sedang mengerjakan PR di kamar!" Shu Yi melanjutkan: "Apakah akhir-akhir ini ada orang yang memberikan barang kepada Anda atau anak Anda?" Xu Jindong mengerutkan alis: "Memberi kami barang?" Shu Yi menjelaskan: "Ya, seseorang bernama Lin Dewang." Xu Jindong menggelengkan kepala: "Tidak ada. Siapa yang akan mengirimkan barang tanpa alasan jelas?"
Shu Yi bersikeras: "Coba pikirkan lagi. Orang itu kira-kira berusia 27 atau 28 tahun." Xu Jindong tersenyum kecut: "Benar-benar tidak ada." Long Jiuyuan menyela: "Mungkinkah dia langsung memberikannya ke Xu Ming?" Xu Jindong balik bertanya: "Bisakah kalian jelaskan dulu sebenarnya apa yang terjadi?" Long Jiuyuan menegaskan: "Sebaiknya jangan banyak tanya. Jawab saja pertanyaan kami." Bagaimana mungkin menjelaskan masalah rumit ini dalam waktu singkat?
Dengan pasrah, Xu Jindong memanggil Xu Ming keluar. Xu Ming juga membenarkan tidak ada kejadian seperti itu. Ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Lin Dewang.
Shu Yi dan timnya sangat kecewa, mereka berdiri: "Kalau begitu, kami permisi!" Xu Jindong mengantarkan Shu Yi dan rombongan sampai pintu. Baru setelah menutup pintu, ibunya langsung mendekat: "Jindong, sebenarnya mereka mau tanya apa sih?" Xu Jindong menjawab: "Mereka bertanya apakah ada orang yang mengantarkan sesuatu ke kita. Lagipula tidak ada kejadian seperti itu, terserahlah. Hanya saja tidak tahu ibu Mingming ini terlibat masalah apa sampai berurusan dengan Badan Intelijen. Bukan main-main kalau terlibat dengan mereka."
Sang istri tertegun sejenak lalu berbisik: "Ada satu urusan yang belum pernah kusampaikan, entah apa hubungannya dengan kasus ini." Xu Jindong buru-buru bertanya: "Urusan apa?" Sang istri berkata: "Beberapa waktu lalu, lupa tepatnya tanggal berapa, seorang pemuda datang mencariku. Waktu itu kau sedang kerja dan Mingming juga di sekolah."
Xu Jindong mulai panik: "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Sang istri mengangguk: "Katanya ini dikirimkan oleh ibu kandung Mingming. Dia menyerahkan sebuah buku tabungan berisi dua ratus ribu yuan untuk biaya kuliah Mingming nanti. Ada juga sebuah tas dari kertas kulit sapi, di dalamnya sepertinya ada kaset rekaman!" Xu Jindong menyadari keseriusan masalah ini. Bisa jadi kaset rekaman inilah yang ingin dicari oleh Shu Yi dan timnya.
“Bagaimana dengan rekaman itu?” Xu Jindong buru-buru bertanya. Sang istri menundukkan kepala: "Kuserahkan ke Bibi Er sebelah rumah untuk merekam lagu gunung." Wajah Xu Jindong memerah: "Apa kalian tidak mendengar isi kasetnya?" Perempuan itu menggeleng: "Tidak, langsung ditimpa rekaman baru!" Xu Jindong menutup matanya, urusan ini sudah berantakan. Jika rekaman itu benar-benar sudah ditimpa, mustahil untuk dipulihkan.
“Sudah semua terhapus?” Perempuan itu mengangguk.
Xu Jindong menyambar bajunya dan berlari keluar. Ia harus menyusul Shu Yi dan kawan-kawan, kondisi ini sangat krusial. Meski bukti kaset hilang, setidaknya perlu memberi penjelasan. Tapi Shu Yi sudah pergi. Xu Jindong memanggil taksi, meluncur ke Badan Intelijen Kota Lincheng.
