Lu Guoguang menatap Lu Yilei yang masih duduk di depannya sambil menghela napas: "Kau ini, khawatir berlebihan justru membuat kacau. Begitu mendengar urusan mungkin melibatkan Pasukan, kau langsung panik! Segala sesuatu harus menggunakan otak, pikirkan baik-baik. Kasus yang kalian selidiki adalah peristiwa 30 tahun lalu, sedangkan pangkalan itu baru dibangun 22 tahun lalu - terlambat delapan tahun penuh dibanding kasus kalian. Aku sudah pasti sejak awal tidak akan ada hubungannya dengan pangkalan, tapi kau malah..."
Lu Guoguang tersenyum kecut: "Mengapa Zhu Yi bertahan ingin tahu alasannya?" Lu Yilei berpikir sejenak lalu menjawab: "Ia seharusnya sudah ingat sejak lama!" Di lubuk hati, Lu Yilei diam-diam menyimpan kekesalan pada Zhu Yi. Mengapa tidak menjelaskan padanya sehingga membuatnya mengkhawatirkan hal sia-sia, bahkan kena marah Lu Guoguang.
Lu Guoguang mendengus: "Tampaknya kau belum mengerti ketulusan hatinya. Ia takut kau hanya melakukan tugas pejabat demi jabatan semata! Ia khawatir kau sudah melupakan niat awalmu sendiri! Jadi melalui kasus ini ia juga ingin memberi peringatan dan motivasi padamu. Tentu, jika kau benar-benar mengecewakannya, pertemanan kalian mungkin sudah sampai di ujung." Lu Yilei menundukkan kepala.
Lu Guoguang berkata dengan tenang: "Saat ini kau adalah orang pertama di lembaga intelijen militer. Yang harus kau pikiran bukanlah kehormatan dan kerugian pribadi, melainkan keselamatan seluruh Tiongkok." Barulah Lu Yilei berbisik: "Ayah, aku mengerti!" Lu Guoguang mengangguk: "Pergilah. Kekhawatiran Zhu Yi memang beralasan. Fokuskan perhatianmu pada urusan Pangkalan 916. Rudal jarak jauh 101 saat ini merupakan prioritas utama semua penelitian kita. Sekarang sudah memasuki tahap pembersihan, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan."
Lu Yilei kembali ke kantornya. Ia menatap Zhu Yi yang sedang duduk di sofa menikmati teh: "Kakak Zhu, kali ini kau benar-benar membuatku kerepotan." Zhu Yi tersenyum: "Oh? Apa kata Pak Lu?" Lu Yilei menjawab: "Ayah bilang rudal jarak jauh 101 adalah prioritas utama penelitian militer kita saat ini, sudah memasuki tahap akhir dan tidak boleh ada kesalahan. Beliau setuju dengan pandanganmu bahwa kemungkinan besar pihak oposisi sedang mengincarnya."
Zhu Yi mengangguk: "Apa rencanamu?" Lu Yilei mengerutkan alis: "Dua pendekatan sekaligus. Pertama, Shu Yi akan mempercepat penyelidikan beberapa kasus terkait dimensi ruang-waktu. Kedua, mengirim tim ke Pangkalan 916 untuk investigasi internal dan langkah pencegahan! Kakak Zhu, tampaknya tugas berat ke Pangkalan 916 ini harus kuserahkan padamu."
Zhu Yi berkata: "Hm, tidak masalah, aku setuju dengan pendapatmu. Untuk Pangkalan 916, kita harus melakukan penyelidikan internal dan pencegahan eksternal dengan baik. Aku juga pernah berpikir, jika target sebenarnya mereka adalah 101, maka mereka pasti akan melakukan infiltrasi internal terlebih dahulu. Mungkin bukan departemen kunci, tapi langkah ini mutlak diperlukan."
Lu Yilei berkata: "Sekarang aku justru lebih mengkhawatirkan Shu Yi. Emosinya tampak kurang stabil, katanya dia sudah masuk ke jalan buntu." Zhu Yi menjawab: "Itu karena dia belum belajar untuk mundur. Menyelidiki kasus memang seperti ini, begitu menemui jalan buntu di depan, mundurlah. Seperti pepatah mengatakan, 'Mundur selangkah, langit dan laut terhampar luas', bukan? Dengan mundur selangkah, mungkin dia bisa melihat lebih banyak hal."
Lu Yilei tersenyum: "Memberinya pencerahan dan membimbingnya itu tugasmu. Aku sudah menyerahkan orangnya padamu." Namun Zhu Yi mengangkat bahu: "Guru membawa murid ke pintu, latihan spiritual tergantung individu. Untuk melangkah lebih jauh, dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri."
Shu Yi kembali ke Kota Lin. Kabar bahwa keluarga Xu ayah-anak mungkin memiliki barang pemberian Lin Dewang sudah disebarkan, tapi sepanjang hari tidak ada keributan sama sekali. Shu Yi mulai meragukan apakah metode Zhu Yi ini benar-benar efektif. Mobil Shu Yi terparkir tidak jauh, matanya tetap mengawasi gerak-gerik keluarga Xu.
Long Jiuyuan menyerahkan sebatang rokok kepada Shu Yi, Shu Yi menggelengkan tangan: "Saat bertugas pengintaian malam hari, sebaiknya jangan merokok." Long Jiuyuan tersenyum canggung: "Tenang saja, kita berjauhan." Shu Yi hanya tersenyum memberi isyarat agar Long Jiuyuan merokok sendiri tanpa perlu memperdulikannya. Long Jiuyuan menyalakan rokok: "Menurutmu apakah mereka akan datang?" Shu Yi menggelengkan kepala, masalah ini tidak bisa dipastikan, tapi karena Zhu Yi memintanya melakukan ini, mari dicoba saja.
Namun setelah menunggu sepanjang malam, orang itu tak kunjung muncul. Sudah lewat jam tiga pagi, Shu Yi menghela napas: "Ayo kita pulang!" Baru sekarang Long Jiuyuan menyetir mobil mengantar Shu Yi kembali ke rumah Feiyan.
Shu Yi langsung tertidur begitu merebahkan diri di tempat tidur. Di sisi Keluarga Xu, ada orang yang berjaga bergiliran, tidak berani terjadi kejadian tak terduga.
Sekitar pukul sepuluh pagi, Shu Yi terbangun oleh dering telepon di kamarnya, dari Long Jiuyuan: "Xiao Shu, ada kondisi!" Shu Yi langsung siaga: "Apakah mereka muncul?" Long Jiuyuan menjawab: "Belum pasti, ada pemulung yang masuk." Shu Yi berkata: "Hm, awasi ketat, jangan dibangunkan." Long Jiuyuan berada di telepon umum kartu magnetik tak jauh dari Keluarga Xu, menutup telepon lalu kembali ke mobilnya.
Semalam setelah mengantar Shu Yi pulang, ia tak bisa tidur. Lebih jam enam pagi sudah kembali ke sekitar Keluarga Xu untuk berjaga, meski Ouyang Shuai dan kawan-kawan sudah ada di sana, tapi ia tetap merasa tak tenang.
Shu Yi juga bangkit dari tempat tidur, asal-asalan mengusap wajahnya, lalu pergi mengendarai mobil Jetta milik Zhu Yi.
Shu Yi turun dari mobilnya dan cepat-cepat menyelip ke dalam mobil Long Jiuyuan: "Belum keluar juga?" Long Jiuyuan tersenyum kecut: "Sudah lama pergi. Kalau dia benar-benar menginap di Keluarga Xu selama ini, bisa-bisa kita sudah menerobos masuk." Shu Yi bertanya: "Siapa yang mengawal?" Long Jiuyuan menjawab: "Si Tampan dan Zhijun." Shu Yi berkata: "Menurutmu pemulung itu ada masalah tidak?"
Long Jiuyuan berkata: "Kalau di waktu biasa mungkin tidak ada masalah, tapi tepat di momen seperti ini sulit dipastikan!"
Shu Yi tak lagi bicara, duduk diam sambil memainkan pemantik di tangannya. Long Jiuyuan berkata: "Kau mengkhawatirkan kemungkinan mereka tidak akan muncul, ya?" Shu Yi mengangguk pelan. Long Jiuyuan melanjutkan: "Menurutku analisis Guru Zhu juga ada benarnya. Kalau bukan untuk mendapatkan barang peninggalan Lin Dewang, mustahil mereka membunuh Ma Yong. Karena mereka mau menyingkirkan Lin Dewang, berarti Lin punya sesuatu yang berharga bagi mereka. Mereka tak akan menyerah sebelum mendapatkannya."
Long Jiuyuan bersikap tegas: "Sekalipun tahu ini jebakan, mereka tetap akan terjun. Bahkan mungkin mengira kita berjaga di Keluarga Xu juga demi barang itu. Ini permainan judi, mereka bertaruh siapa yang lebih dulu dapatkan barang itu!" Shu Yi bertanya: "Kaset itu sudah kalian serahkan ke keluarga Xu?"
Long Jiuyuan mengangguk: "Hm, kami merekam ulang satu volume dan menyerahkannya kepada nenek itu!" Shu Yi tersenyum kecut: "Meyakinkan nenek untuk bekerja sama pasti sulit, ya?" Long Jiuyuan malah menjawab: "Kau salah, jangan meremehkan kesadaran nenek kami." Saat itu, pager di pinggang Long Jiuyuan berbunyi. Ia berkata: "Aku akan membalas telepon."
Long Jiuyuan hanya pergi sebentar lalu kembali: "Pria tampan bilang pemulung itu seharusnya tidak bermasalah. Setelah sampai di timur kota, dia menjual barang bekasnya dan pulang ke tempat tinggalnya. Dia tanya apakah kami harus kembali atau terus mengawasi. Aku pikir lebih baik berhati-hati, jadi suruh mereka terus mengawasi untuk melihat apakah ada yang menghubunginya." Shu Yi berkata: "Kepala Long memang teliti." Long Jiuyuan menambahkan: "Terkadang yang terlihat tidak bermasalah justru bisa jadi masalah besar. Seperti kataku tadi, pemulung ini muncul di waktu yang tidak tepat."
Shu Yi bertanya: "Kalian tidak menelepon Keluarga Xu, kan?" Long Jiuyuan tersenyum: "Tidak, bukankah kau sudah mengingatkan untuk tidak menelepon mereka?" Shu Yi mengerutkan alis: "Lalu bagaimana kalian memastikan keamanan anggota Keluarga Xu?" Long Jiuyuan menjawab: "Aku sudah bilang ke nenek, jika menyadari bahaya, turunkan tirai ruang tamu segera."
Shu Yi merasa tak tenang di lubuk hati: "Aku akan naik untuk melihat!" Long Jiuyuan berkata: "Ini mungkin tidak baik?" Shu Yi menjawab: "Tidak ada yang tidak baik, kau ikut denganku. Bukankah kau bilang, mereka juga mungkin menganggap kita sedang mencari barang yang ditinggalkan Lin Dewang, tidak aneh kalau kita mendatangi rumah mereka."
Shu Yi dan Long Jiuyuan naik ke lantai atas. Shu Yi mengetuk pintu. Wanita tua membuka pintu. Melihat Shu Yi dan Long Jiuyuan, wajahnya langsung berseri: "Kawan Long! Kenapa kalian datang? Silakan masuk, cepat duduk." Sikapnya jauh lebih ramah dibanding kunjungan sebelumnya.
Kebetulan hari ini akhir pekan, Xu Jindong dan Xu Ming sedang di rumah. Shu Yi tersenyum menyapa Xu Jindong. Long Jiuyuan langsung bertanya: "Tadi si pemulung tidak mengatakan apa-apa kan?" Sang nenek menggelengkan kepala: "Tidak, dia hanya bertanya apakah ada barang bekas yang mau dijual. Aku kasih botol-botol bir bekas Jindong yang biasa dikumpulkan."
Xu Jindong tertawa: "Ibuku memang begitu. Banyak barang tidak tega dibuang. Botol-botol bekas itu nilainya tidak seberapa, tapi dia tetap menyimpan, tidak takut memenuhi tempat." Long Jiuyuan buru-buru berkata: "Orang tua memang biasa hemat." Sang nenek menambahkan: "Iya, tidak seperti kalian anak muda yang boros!"
Pada saat itu, Xu Ming keluar dari kamar mandi: "Ayah, di mana pasta gigi kecilku!" Shu Yi tanpa sengaja menengadah melihatnya, tertegun sejenak, kemudian berseru: "Xu Ming!" Xu Jindong buru-buru menarik lengan Xu Ming: "Mingming, Paman memanggilmu!" Xu Ming menatap Shu Yi dengan suara malu-malu: "Paman!" Shu Yi menatap kunci yang tergantung di dadanya: "Kunci ini cukup cantik, dari mana asalnya?"
Xu Jindong baru lega setelah menyadari pertanyaan Shu Yi tentang kunci itu: "Oh, kunci ini ditemukan Mingming, bentuknya tidak seperti kunci biasa, lebih mirip hiasan. Karena dia suka, akhirnya dipasang tali dan dikalungkan. Anak-anak memang suka berhias." Shu Yi tersenyum: "Kapan ditemukannya?"
Xu Jindong menatap Xu Ming yang terlihat panik. Shu Yi menarik tangan kecilnya: "Jangan takut, Paman hanya bertanya biasa." Xu Ming akhirnya berkata: "Sebenarnya bukan kutemukan, seorang paman memberikannya padaku." Shu Yi bersemangat: "Apakah pamannya ini?" Dia mengeluarkan foto Lin Dewang. Xu Ming melirik foto itu lalu mengangguk. Shu Yi bertanya lagi: "Dia bilang apa?"
Xu Jindong sudah mengenali wajah di foto tersebut. Tak disangkanya kunci yang dikenakan Xu Ming ternyata pemberian Lin Dewang. Penasaran, ia menatap Xu Ming yang akhirnya berkata: "Dia menyuruhku memberikannya pada Ibu, tapi karena terlalu cantik, aku jadi tidak tega..."
