"Shu Yi、Long Jiuyuan、Ouyang Shuai dan Liang Zhou berempat menyetir mobil menuju Desa Tianyi. Menurut Shu Yi, kali ini mereka harus masuk desa diam-diam, jangan membuat keributan. Shu Yi merasa analisis Long Jiuyuan sangat rasional, tapi jika pihak mereka bisa memikirkannya, pastilah orang itu juga akan menyadarinya. Jika demikian, situasi Lin Dewang akan sangat berbahaya.
Lin Dewang saat ini sangat penting bagi mereka, jangan sampai ada kesalahan sedikit pun. Tapi di mana Lin Dewang mungkin bersembunyi di Desa Tianyi? Di rumah warga? Atau di pegunungan Tianyi? Kemungkinan bersembunyi di rumah warga tidak besar, kebakaran besar keluarga Lin telah membuat seluruh desa resah, sedangkan pengalaman misterius Lin Dewang juga tidak bisa diterima oleh warga desa.
"Ketua tim, menurutmu bisakah kita menemukan Lin Dewang kali ini?" tanya Ouyang Shuai dengan semangat. Shu Yi tersenyum tipis: "Aku tidak bisa memastikan, tergantung keberuntungan!" Long Jiuyuan berkata: "Jika kau harus mencari tempat persembunyian di desa ini, di mana yang akan kau pilih?" Shu Yi berpikir sejenak: "Entah apakah rumah tua tempat Xiao Ying pernah tinggal masih ada?"
Long Jiuyuan tertawa: "Tampaknya kita memiliki pemikiran yang sama. Aku juga merasa dia kemungkinan besar bersembunyi di rumah tua keluarga Xiao Ying." Saat ini sudah lewat pukul sebelas malam. Mobil mereka berhenti di pinggir desa. Baru saja parkir, terdengar suara gonggongan anjing. Long Jiuyuan berkata: "Sebenarnya kita harus memberi tahu kantor polisi desa, dengan bantuan mereka akan lebih mudah!"
Shu Yi menggelengkan kepala: "Sudahlah, di malam hari, jangan berlarut-larut mengganggu rumah penduduk." Keempat orang itu turun dari mobil dan berjalan kaki, dari kantor desa ke permukiman Lin Dewang masih ada jarak tertentu. Shu Yi berbisik: "Kita semua harus berhati-hati." Ia harus tetap waspada, jika orang itu juga sedang mencari Lin Dewang, kemungkinan besar mereka akan bertemu.
Sepanjang jalan hampir tidak ada percakapan lagi, sekitar empat puluh menit kemudian mereka tiba di desa tempat Lin Dewang tinggal. Long Jiuyuan berkata: "Kita harus mencari penduduk setempat untuk bertanya di mana rumah tua keluarga Xiao Ying!"
Shu Yi menjawab: "Tidak perlu, saya sudah bertanya padanya. Dia bilang rumah tuanya mudah ditemukan, persis di sebelah jembatan lengkung sisi timur desa. Hanya keluarganya yang tinggal di sana. Karena itu pula, urusan Lin Dewang dan dirinya tidak ketahuan orang. Kalau bukan karena Lin Dewang bilang ke keluarganya ingin menikahinya, hubungan mereka tidak akan ada yang tahu."
Long Jiuyuan menghela napas: "Sebenarnya di kota ini bukan masalah besar, tapi di desa lain ceritanya. Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Mari kita periksa!" Keempat orang itu segera tiba di ujung timur desa. Benar ada sebuah jembatan lengkung, dan di sampingnya berdiri sebuah rumah berjarak kurang dari lima meter dari ujung jembatan.
Shu Yi menunjuk: "Seharusnya di sini." Ouyang Shuai berkata: "Saya akan mengetuk pintu, lihat ada orang atau tidak!" Shu Yi mengangguk: "Hati-hati!" Ouyang Shuai melangkah maju, mengangkat tangan hendak mengetuk, namun mendapati pintu ternyata sedikit terbuka. Ia melirik ke arah Shu Yi dan yang lain, lalu mengeluarkan pistol serta senter kecil, dengan lembut mendorong pintu terbuka.
Pintu kayu tua mengeluarkan suara "Braak", Ouyang Shuai memanggil pelan: "Ada orang di sini?"
Shu Yi maju menarik lengan Ouyang Shuai, lalu berjalan mendahului. Dia melangkahi ambang masuk tinggi dan memasuki ruang utama. Interior rumah tampak berantakan dengan debu di mana-mana, jelas sudah lama tidak dihuni. Tampaknya ini memang rumah tua keluarga Xiao Ying. Ouyang Shuai dan Long Jiuyuan pun masuk menyusul, hanya menyisakan Liang Zhou yang berjaga di luar.
Shu Yi berbisik kepada Long Jiuyuan: "Kita cari terpisah, semua berhati-hati!" Long Jiuyuan mengangguk. Shu Yi berkata pada Ouyang Shuai: "Kau ikut Kepala Long!" Ouyang Shuai tak senang, bergumam "Oh" dengan geram. Menurutnya Shu Yi meremehkannya.
Long Jiuyuan membawa Ouyang Shuai ke kamar belakang sisi kiri, sementara Shu Yi memasuki kamar kanan. Meski semua berantakan, jejak tata letak masa lalu masih bisa dikenali. Shu Yi sangat berhati-hati, usahakan tidak menyentuh barang-barang dan memperhatikan langkah kaki.
Tiba-tiba dia berhenti. Tatapannya tertuju pada peti kayu kamper besar. Di tutup peti terlihat segel tangan jelas tercetak pada debu. Shu Yi yakin baru-baru ini pasti ada yang datang, ini jejak tak sengaja yang ditinggalkan orang itu. Shu Yi mengeluarkan pistol, perlahan maju bersiap memasuki ruang dalam.
Ruang dalam tidak terlalu besar, hanya 7-8 meter persegi. Ada satu tempat tidur kayu tua dan dua kursi rusak. Di atas tempat tidur berserakan pakaian dan sprei, sementara tikus-tikus malah bersarang di antara tumpukan pakaian itu. Dua ekor tikus mendengar keributan, mengeluarkan suara dua kali lalu segera bersembunyi.
Shu Yi mundur ke ruang utama. Long Jiuyuan dan yang lainnya juga keluar. Long Jiuyuan berbisik: "Tidak ada!" Shu Yi menggelengkan kepala. Ouyang Shuai bertanya: "Mungkinkah dia benar-benar pergi ke ibu kota provinsi?" Shu Yi menjawab: "Rumah ini pernah dikunjungi orang dalam beberapa hari terakhir." Ouyang Shuai menyahut: "Wajar saja rumah kosong seperti ini dikunjungi orang. Kadang anak-anak sekitar main petak umpet di sini, atau warga menitipkan barang di sini."
Long Jiuyuan mengangguk. Shu Yi tersenyum kecut: "Lebih baik kita keluar dulu untuk membahas ini!" Setelah keluar, Liang Zhou buru-buru mendekat dan bertanya: "Ada temuan apa?" Semua menggelengkan kepala. Ouyang Shuai berkata: "Mungkin dia sama sekali tidak berani bersembunyi di sini. Coba pikir, kalau benar ada di sini, kita bisa menemukan, orang lain pasti sudah menemukan lebih dulu."
Long Jiuyuan mengeluarkan suara "Hmm": "Omongan si tampan ini benar. Mungkin dia bersembunyi di tempat lain!" Shu Yi mengangguk: "Tapi di mana lagi dia bisa bersembunyi? Rumah keluarga Lin sudah habis dilalap api. Jangan-jangan dia bersembunyi di gunung?" Long Jiuyuan tiba-tiba berseru: "Benar! Rumah keluarga Lin sudah terbakar, jadi kita tidak akan menyangka dia kembali ke sana. Orang lain pun pasti berpikir sama, bukan?"
Shu Yi segera mengerti maksud Long Jiuyuan: "Maksudmu rumah tua keluarga Lin yang terbakar itu justru tempat paling aman saat ini?" Long Jiuyuan mengangguk, Shu Yi berkata: "Lalu apa lagi yang kita tunggu?" Sambil berkata demikian, ia memimpin mereka menuju arah rumah keluarga Lin.
Reruntuhan rumah keluarga Lin yang hangus terbakar terlihat jelas. Bangunan utama jelas sudah tidak layak huni, tak bisa menahan angin maupun hujan. Pandangan semua orang tertuju pada dapur rendah di samping bangunan utama. Tempat seluas telapak tangan itu diperkirakan hanya empat lima meter persegi, pintunya tertutup rapat.
Shu Yi melangkah mendekat dan mendorong pintu dengan lembut. Pintu tidak terbuka, sepertinya terkunci dari dalam. Hati Shu Yi dipenuhi sukacita - pintu tua model desa ini tidak menggunakan kunci modern, pasti dikunci dengan palang dari dalam. Ini membuktikan pasti ada orang di dalam! Shu Yi melirik Long Jiuyuan dan yang lain, wajah mereka semua berseri-seri penuh semangat. Mungkinkah Lin Dewang benar-benar ada di dalam?
Ouyang Shuai dan Liang Zhou berjalan memutari bagian belakang dapur. Hanya ada jendela kecil yang mustahil untuk kabur, selain untuk ventilasi udara.
Shu Yi mengetuk pintu dengan pelan. Dari dalam terdengar suara gesekan halus, tapi tak ada yang menyahut. Begitulah kondisi desa terpencil ini - jarak antar rumah penduduk sangat berjauhan. Baik rumah keluarga Lin maupun rumah tua Xiao Ying, tak ada permukiman penduduk di sekitarnya.
Shu Yi kembali mengetuk pintu dapur dengan lembut, akhirnya terdengar suara lelaki dari dalam: "Siapa!" Shu Yi menjawab: "Kami polisi, Lin Dewang. Kami tahu kau di dalam, cepat bukakan pintu!" Ucapan Shu Yi ini bertujuan menenangkan Lin Dewang. Ia melanjutkan ketukan dua kali lagi.
Pintu terbuka. Shu Yi melihat Lin Dewang - memang Lin Dewang yang asli. Dibandingkan saat pertemuan di tempat Deng Kun, wajahnya lebih gelap dan tubuhnya jauh lebih kurus. Kegelapan itu bukan karena terpapar matahari, melainkan noda hitam dari barang-barang hangus selama persembunyiannya di sini.
Sorot mata Lin Dewang terlihat lesu. Ia menatap Shu Yi lama sebelum berbisik: "Aku... pernah melihatmu!" Shu Yi mengangguk, kini yakin betul ini Lin Dewang. "Ini bukan tempat untuk bicara. Ikut aku!" ujarnya sambil menarik lengan Lin Dewang yang justru ketakutan: "Tidak, aku tidak mau pergi! Mereka akan membunuhku!" Barulah Shu Yi menenangkan: "Jangan takut. Selama bersama kami, takkan ada yang bisa menyentuhmu!"
Dengan setengah percaya, Lin Dewang mengikuti Shu Yi keluar. Begitu melihat Long Jiuyuan dan dua rekannya, ia langsung kaget. Shu Yi merangkul bahunya: "Tenang, mereka rekan kerjaku. Kami datang untuk menyelamatkanmu." Mendengar ini, Lin Dewang tiba-tiba menangis histeris! Shu Yi menatap Long Jiuyuan yang menghela napas: "Biarkan dia meluapkan emosi. Sudah terlalu lama dipendam rasa takutnya!"
Shu Yi menepuk-nepuk punggung Lin Dewang. Lin Dewang menangis beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Shu Yi baru berkata: "Ayo, ikut kami pergi dari sini. Bersama kami, takkan ada yang berani mengganggumu!"
Sepanjang perjalanan ke kantor desa hingga naik mobil, Shu Yi dan rekan-rekannya sama sekali tidak menanyakan apapun pada Lin Dewang. Seluruh perjalanan dilalui dalam keheningan. Pertama, karena semua tertekan melihat kondisi emosional Lin Dewang yang tidak stabil. Kedua, menjaga ketenangan selama perjalanan jelas lebih aman.
Setelah masuk mobil, Liang Zhou menghidupkan mesin. Shu Yi menyerahkan sebatang rokok ke Lin Dewang. Begitu dihisap, Lin Dewang langsung terbatuk-batuk: "A-Aku tidak bisa merokok!" Shu Yi tersenyum sambil menyalakan rokoknya sendiri: "Lin Dewang, sekarang saatnya kau jujur ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?"
Lin Dewang menggeleng: "Aku benar-benar tidak tahu!" Long Jiuyuan bertanya: "Kalau memang tidak tahu, kenapa sembunyi? Kenapa bilang ada yang mau membunuhmu?" Lin Dewang menatap Shu Yi: "Anda tahu aku pernah menemui Detektif Deng. Aku ingin menyelidiki penyebab kehilanganku. Malam setelah bertemu kalian, pulang ke rumah keluarga bilang ada dua orang kota mencariku siang itu. Anehnya, mereka tidak bisa menjelaskan identitas kedua orang itu."
“Saya juga tidak memperhatikan, kebetulan malam itu sepupu laki-laki saya dari Leishan tiba-tiba datang ke rumah, katanya membuat masalah di Leishan dan perlu menghindar. Sudah lama kami tidak bertemu, saya pun bernangkap menangkap ayam di bukit belakang untuk dimasak. Seperti yang kalian tahu, ayam-ayam di desa kami kebanyakan dilepasliarkan. Tak disangka saat masih di bukit, tiba-tiba rumah saya terbakar. Entah mengapa, saya merasa ada yang aneh dengan kebakaran ini. Saya buru-buru turun gunung, lalu melihat dua lelaki berdiri tidak jauh dari mulut lembah belakang sambil menatap dengan sorot mata kejam. Saya... saya tidak berani mendekat!”
