Bayangan juga ikut duduk. Shu Yi berbisik: "Menurutmu, mereka jelas-jelas sudah dipilih sebagai kelinci percobaan, tapi kenapa masih begitu setia melindungi orang-orang itu?" Bayangan tersenyum: "Kepentingan. Dengan mempertahankan mereka, mereka juga sedang menjaga kepentingan sendiri. Entah itu uang, atau mungkin hal lain!"
Shu Yi mengangguk: "Aku juga berpikir seperti itu, tapi kurasa bukan masalah uang, karena mereka seharusnya sudah menyadari pentingnya hal ini dan konsekuensi yang mungkin timbul. Lagipula Lin Chaobing maupun Lin Dewang, mereka hampir seperti sendiri tak punya keluarga. Meskipun punya uang banyak, apa gunanya? Selain itu, uang itu harus ada kesempatan untuk mereka belanjakan!" Bayangan tertegun sejenak, Shu Yi memang benar. Shu Yi melanjutkan: "Baik Lin Chaobing maupun Lin Dewang pernah memiliki orang yang dicintai. Lin Dewang dengan Xiao Ying, Lin Chaobing dengan Qin Susu. Menurutku, pasti ada cinta sejati yang tak tergantikan oleh emas di sana. Tapi melihat situasi sekarang, sikap mereka berdua terhadap asmara justru terlihat sangat misterius!"
Bayangan menghela napas: "Tapi bayangkan jika kau adalah Lin Dewang. Dalam sekejap mata menyadari wanita yang dulunya sangat kau cintai kini terlihat lebih tua, sementara dirimu tetap muda. Bagaimana mentalmu? Sebenarnya Lin Chaobing juga sama. Dalam delapan tahun, Qin Susu berubah dari gadis yang mempersiapkan pernikahan menjadi wanita paruh baya. Masih mungkinkah ia mempertahankan perasaan itu?"
Shu Yi melirik Bayangan: "Hm, mungkin cinta itu masih ada, hanya saja cinta itu tertahan pada satu titik di masa lalu, yang sudah tidak cocok lagi dengan orang yang dilihat mata sekarang!" Bayangan tersenyum: "Memang begitu masuk akal." Shu Yi tidak lagi ber-dilema tentang urusan emosi Lin Dewang dan Lin Chaobing, ia bertanya: "Kalau begitu, mengapa Lin Dewang mencari Paman Deng? Awalnya sama sekali tidak ada yang menganggap serius urusan mereka, kalau bukan karena dia yang aktif mendatangi Paman Deng, kita juga tidak akan memperhatikan kasus ini!"
Pertanyaan ini membuat Bayangan terdiam: "Mungkin... mungkin dia menggunakan cara seperti ini untuk memaksa orang itu menyetujui syarat tertentu?" Mata Shu Yi berbinar, bagaimana bisa dia tidak memikirkan kemungkinan ini sebelumnya? Artinya, Lin Dewang ingin mengajukan syarat kepada pihak lawan dengan cara ini, sedangkan Lin Chaobing hanya menjadi korban bencana tanpa sebab. Kalau bukan karena ide kita untuk menyisir kejadian serupa secara nasional, Lin Chaobing tidak akan terdeteksi.
Shu Yi bergumam sendiri: "Lin Dewang menggunakan cara ini untuk mengancam mereka dan bernegosiasi. Tujuan yang ingin dicapai Lin Dewang pasti adalah kepentingan bersama yang mereka pertahankan! Benar, pasti begitu. Aku mengerti! Kepentingan yang mereka pertahankan pasti bukan uang, melainkan sesuatu yang lebih berharga dari uang. Sesuatu yang membuat mereka rela mengorbankan nyawa keluarga dan kekasih sendiri. Tapi apa itu?"
Bayangan melihat ekspresi Shu Yi yang seperti ini, sangat mengkhawatirkan apakah ia akan terjebak dalam pikiran sempit. Ia menepuk bahu Shu Yi: "Xiao Shu..." Shu Yi mengangkat tangan, tidak ingin Bayangan mengganggu alur pikirannya: "Apa yang bisa membuat mereka merasa lebih penting daripada uang, daripada nyawa keluarga dan kekasih?" Bayangan menjawab: "Nasib mereka sendiri!" Shu Yi mendongakkan kepala: "Benar, aku mengerti. Terima kasih, terima kasih Paman Jin!"
Shu Yi melompat dan bergegas menuju kamar Lin Dewang. Bayangan tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala, menurutnya Shu Yi benar-benar terhisap dalam ilusi! Lin Dewang menatap Shu Yi, wajahnya tak terduga menyungging senyum: "Pak Polisi Shu, atas dasar apa kalian menangkapku? Pelanggaran apa yang telah kulakukan?" Shu Yi berkata dengan tenang: "Apakah perlu alasan untuk menangkapmu? Kau harus tahu, kami bukan polisi, tidak terikat banyak aturan dan batasan!" Lin Dewang menyeringai dingin: "Aku tahu kalian bukan polisi, tapi meski begitu, kalian tidak bisa sembarangan menangkapi orang!"
Shu Yi juga mulai tersenyum, dengan santai menyalakan sebatang rokok: "Baiklah, jika harus menyebutkan alasan, itu adalah rasa ingin tahu. Aku sangat penasaran, bagaimana caramu mempertahankan kemudaan selama tiga puluh tahun ini? Tentu saja, rasa penasaran ini bukan hanya dariku. Mungkin banyak lembaga penelitian ilmu kehidupan di Tiongkok yang akan tertarik, bukan? Jujur saja, kami menangkapmu sebagai tikus percobaan untuk diteliti oleh mereka yang tertarik. Tentu saja, urusan seperti ini tidak pantas dibawa ke forum resmi, tapi selama kami melakukannya secara relatif tersembunyi, kupikir pasti tidak akan ada yang berani maju ke depan untuk protes, setuju?"
"Tapi tenang saja, mereka juga tidak akan mengambil nyawamu, cuma akan mengambil sedikit darahmu, atau organ tubuh yang bisa regenerasi, untuk melakukan uji coba pada subjek hidup. Jika kau benar-benar spesimen yang baik, bisa-bisa kita malah bisa memberikan kontribusi besar pada peremajaan fungsi fisiologis tubuh manusia, setuju kan?"
Shu Yi mengucapkan segudang kata-kata ini dalam satu tarikan napas. Wajah Lin Dewang berubah pucat.
"Kalian tidak boleh melakukan ini, aku akan melaporkan kalian!" Lin Dewang akhirnya tidak tahan berteriak. Ia yakin perkataan Shu Yi bukan sekedar ancaman. Seseorang yang hampir 60 tahun tapi terlihat seperti berusia 20-an, bagaimanapun pasti dianggap makhluk jahat. Jika departemen terkait benar-benar ingin menjadikannya tikus percobaan, ia benar-benar tidak punya jalan keluar. Lin Dewang juga tahu, di Tiongkok tidak sedikit departemen penelitian rahasia seperti ini, dan ia pun mengerti sedikit tentang hak istimewa yang dimiliki Shu Yi beserta timnya. Mustahil ia tidak ketakutan.
Shu Yi dengan sombong menghembuskan asap rokok. Lin Dewang menggigit bibirnya: "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Shu Yi menatapnya dengan tenang: "Kau harusnya tahu apa yang kumau." Lin Dewang terdiam lama, pikirannya bergejolak. Shu Yi berdiri: "Silakan kau renungkan sendiri. Kuberi waktu satu hari, karena besok lusa sudah akan ada yang mengantarmu ke Yanjing!"
Setelah berkata demikian, Shu Yi pun pergi. Ia tahu Lin Dewang tidak akan segera memberinya jawaban. Sang pemuda perlu memilih, mengambil keputusan yang terjal. Coba pikir, seseorang yang bahkan rela mengorbankan nyawa keluarga dan kekasihnya sendiri, mana mungkin mudah menyerah? Apalagi Shu Yi tahu di lubuk hati Lin Dewang masih tersisa keberuntungan - mungkin saja lawan bisa menyelamatkan mereka. Asal bisa lepas dari cengkeraman Shu Yi, semua masalah akan selesai! Shu Yi sudah merasakan, Lin Dewang bukan lagi pemuda desa tiga puluh tahun silam. Tak ada lagi kejujuran khas orang pedesaan pada dirinya, malah berganti dengan kelicikan dan sifat licik.
Malam itu Shu Yi tidak pulang ke Kota Dongfeng. Atas saran Mao Bensen, ia menginap di Kuil Yangming. "Target lebih mudah terlihat di malam hari," kata Mao, "Justru di siang hari yang ramai, keberangkatanmu takkan ketahuan." Selain itu, Shu Yi juga ingin melihat pilihan sulit apa yang akhirnya diambil Lin Dewang. Siapa tahu malam ini ia bisa mendapatkan kejutan kecil.
Namun harapannya pupus. Hingga fajar menyingsing, Lin Dewang tak kunjung mengajukan permintaan untuk bertemu. Setelah matahari terbit, Mao Bensen menjamu Shu Yi sarapan sambil berpesan tentang keselamatan. Barulah kemudian Shu Yi pergi.
Shu Yi harus menemui Xiao Ying! Waktu Shu Yi sama sekali tidak cukup, sekarang dia hanya bisa bertindak terburu-buru. Sebelum Lin Dewang dan Lin Chaobing membuka mulut, satu-satunya harapannya adalah pada ibu-anak Xiao Ying. Long Jiuyuan sudah dibawa pergi oleh Badan Intelijen, mustahil baginya mendatangi Badan Intelijen untuk cari masalah. Tentu saja, dia masih punya satu pilihan: menemukan Ma Liang! Pasti ada barang pada tubuh Ma Liang. Zhu Yi menelepon mengatakan Ma Liang bersembunyi di Danau Jincui, bukankah Danau Jincui adalah alamat yang disebutkan dalam surat kode yang diberikan Ma Juan? Ingat saat itu Long Jiuyuan-lah yang memberi petunjuk padanya!
Urusan ini benar-benar rumit. Ma Juan dan Long Jiuyuan, keduanya seolah memberikan petunjuk penting padanya. Tapi mengapa Ma Juan terlihat di Penginapan Junlai? Mengapa Long Jiuyuan tiba-tiba muncul? Intuisi Shu Yi mengatakan pasti ada seseorang yang diam-diam membantunya, membocorkan banyak rahasia, dan menunjukkan arah penyelidikan. Tapi siapa sebenarnya orang itu? Mengapa dia mau membantu?
Hati Shu Yi dipenuhi teka-teki.
Sepanjang jalan, Shu Yi berhati-hati. Bahkan dia yakin polisi militer mungkin sedang menunggu seperti petani menunggu kelinci di sekitar rumah Xiao Ying. Tapi dia tak punya cara lain. Dia harus menemui Xiao Ying atau Ma Juan. Meski sudah berkali-kali bersentuhan dengan ibu-anak ini, tetap saja dia belum bisa melihat mereka dengan jelas.
Ini wajar, meskipun Shu Yi berbakat dan cerdas, tapi ini pertama kalinya dia menangani kasus. Seringkali ia merasa seperti bertarung sendirian, bahkan bantuan Zhu Yi dan yang lain hanya memberi dukungan kecil. Yang utama tetap harus mengandalkan dirinya sendiri. Shu Yi menyusup ke koridor gedung, tidak langsung berhenti di depan pintu rumah Xiao Ying, melainkan naik satu lantai lagi. Ia diam-diam mengamati keributan di koridor selama sekitar seperempat jam. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, barulah ia turun dan mengetuk pintu rumah Xiao Ying.
Setelah mengetuk, ia segera menyingkir ke samping menghindari lubang intip. Pintu terbuka, tampak Xiao Ying yang terkejut: "Kau... Kok bisa kau?" Matanya liar memandang ke arah anak tangga: "Masuklah!" Shu Yi masuk, Xiao Ying buru-buru mengunci pintu: "Ngapain kau kembali? Kau sudah cukup menyusahkan kami ibu dan anak!" Shu Yi tidak menjawab, matanya waspada menyapu setiap sudut rumah termasuk semua kamar.
"Juanzi keluar!" Xiao Ying menuangkan secangkir teh di meja ruang tamu, lalu duduk di sofa. Setelah memastikan tidak ada orang lain atau kamera pengawas, Shu Yi pun duduk. Xiao Ying berkata: "Kudengar dari Juanzi, sekarang semua polisi di kota sedang memburumu, bahkan tentara." Shu Yi mengangguk. Xiao Ying menghela napas: "Buat apa kau begini? Kau akan membunuh kami berdua!"
Shu Yi bertanya: "Mengapa kau berkata begitu?" Xiao Ying menjawab: "Bukankah sudah jelas? Sudah berapa banyak yang mati demi urusan ini? Jika kau terus mengincar aku dan Juanzi, cepat atau lambat kami juga akan dibunuh untuk ditutup mulut!" Baru saja selesai bicara, Xiao Ying menyadari dirinya telah membocorkan informasi.
Shu Yi tersenyum: "Mereka? Siapakah Mereka?" Xiao Ying menjawab: "Mereka yang membunuh Lao Ma dan Lao Jiang itu! Aku pun tidak tahu siapa sebenarnya mereka, tapi cara kerja mereka harusnya kau lebih pahami daripada kami!" Shu Yi berkata: "Ceritakan tentang hubunganmu dengan Lin Dewang." Xiao Ying kesal: "Bukankah urusanku dengannya sudah kau dengar berulang kali?" Shu Yi menggeleng: "Tapi kau belum pernah sekalipun berkata jujur. Aku mau dengar kebenaran, yang sebenarnya!"
