Zhu Yi dan Yin Luming pergi ke rumah Yin Luming bersama. He Yiran sedang menyiapkan makan siang. Biasanya dia dan Yin Luming masing-masing makan siang di luar. Hari ini dia buru-buru pulang setelah mendengar Yin Luming bilang Zhu Yi akan datang makan siang dan minum beberapa gelas bersama. Dia agak heran, meski Zhu Yi pernah beberapa kali makan di rumah mereka, tapi selalu malam hari. Ngapain minum alkohol siang bolong? Tapi dia tidak bertanya. Dia tahu urusan antar lelaki yang seharusnya tidak dia ikut campur.
"Adik ipar, maaf sudah merepotkanmu!" ujar Zhu Yi sambil tersenyum licik begitu masuk rumah. He Yiran menyambut dengan senyuman antusias: "Kakak Zhu, kamu kok bicara begitu. Kedatanganmu ke sini adalah kehormatan besar bagi keluarga kami. Siapa yang tidak tahu Kakak Zhu orang super sibuk yang sedang menjalankan rencana besar!" Dia sedikit tahu urusan Zhu Yi. Pujiannya ini jelas-jalam bermaksud menjilat. Menurutnya, kemajuan karier Yin Luming di masa depan pasti bisa dibantu oleh pengaruh Zhu Yi.
Jangankan Yin Luming yang sekarang cuma Direktur Kepolisian Kota Lincheng, sekalipun dia jadi Wakil Direktur atau Direktur Divisi Provinsi, selama Zhu Yi punya akses bicara dengan para pejabat tinggi di atas, masa depannya tetap cerah. Zhu Yi paham betul maksud tersembunyi perempuan ini. Bergaul intens dengan kalangan politisi membuatnya sangat mengerti pola pikir mereka. Tapi dia tidak membuka kartu, hanya tersenyum tipis.
Di ruang tamu duduk, He Yiran menyeduhkan teh untuk Zhu Yi, lalu tersenyum sambil berkata: "Kakak Zhu, silakan duduk dulu. Lao Yin, temani Kakak Zhu ngobrol. Aku akan segera menyiapkan makanan!" Zhu Yi mengangguk, memberi isyarat agar dia mengurus tugasnya. Zhu Yi bukanlah pemuda sembarangan yang langsung menginterogasi He Yiran. Sebaliknya, ia tetap tenang. Urusan seperti ini sebaiknya dilakukan meresap pelan-pelan bagai embun, hanya dengan begitu mungkin mendengar kebenaran.
Yin Luming diam-diam mengamati Zhu Yi. Ia tentu tahu makan malam di rumah ini hanya alasan, juga paham Zhu Yi ingin mempertanyakan istrinya. Sebagai suami, sepenuhnya kesalahan ada padanya untuk bekerja sama. Namun melihat sikap Zhu Yi yang tak terburu-buru setelah tiba, dalam hati ia mengakui keahlian pria itu.
"Lao Yin, koleksi tehmu ternyata banyak. Ini Mao Feng dari Gunung Emei ya?" Zhu Yi baru saja menyesap satu teguk langsung memuji. Yin Luming tersenyum mengangguk: "Kabarnya Kakak Zhu ahli menikmati teh, ternyata reputasinya tak berlebihan!" Zhu Yi meletakkan cangkir teh lalu menyalakan rokok: "Lao Yin, seberapa jauh kau mengenal Perusahaan Hua Yang?" Yin Luming tak langsung menjawab. Ia perlu mencerna baik-baik soal yang diajukan Zhu Yi ini.
Zhu Yi tidak mungkin menanyakan soal ini tanpa alasan yang jelas. Pertanyaan Zhu Yi pasti didasari oleh beberapa pemikiran. Yin Luming mengeluarkan rokok, dengan tenang menyalakan sebatang: "Mengenai Perusahaan Hua Yang, aku memang tidak terlalu banyak tahu. Tapi aku tahu mereka punya latar belakang militer. Saat Hua Yang pertama kali didirikan, aku diundang ke acara perayaan. Aku ingat saat itu beberapa pejabat provinsi juga hadir. Kepala Biro Keamanan Komando Militer Provinsi, Xu, juga datang. Waktu itu Xu-lah yang memberitahukan hal ini padaku. Dia juga meminta kepolisian untuk benar-benar melakukan pekerjaan perlindungan terhadap Perusahaan Hua Yang."
Pernyataan Yin Luming ini sangat menunjukkan kemampuannya. Di hadapan Zhu Yi, dia hanya menyampaikan fakta tanpa menambahkan penilaian pribadi apapun tentang Hua Yang. Namun dengan cerdik dia menunjukkan latar belakang perusahaan tersebut, percaya bahwa Zhu Yi akan mengambil keputusan sendiri. Senyuman mengembang di wajah Zhu Yi: "Tampaknya di titik ini, Lao Yin, kau memang melakukannya dengan baik. Perlindungan kepolisian terhadap Hua Yang benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab!"
Yin Luming tahu bahwa Zhu Yi berbicara dengan makna tersirat. Dia segera teringat kejadian Shu Yi menerobos patroli polisi Hua Yang. Siapa Shu Yi, Yin Luming sangat paham. Shu Yi adalah murid Zhu Yi dari tim Keamanan Militer. Ia tersenyum: "Kakak Zhu, ini seperti tamparan bagiku. Sebagai Direktur Kepolisian Lin City, kewajibanku adalah menjaga keamanan semua perusahaan di sini, baik Hua Yang maupun lainnya. Mengenai kasus Xiao Shu, menurutku ini kesalahpahaman. Tapi kesalahpahaman seperti ini merepotkan bukan hanya polisi, tapi juga departemen terkait militer!"
Yin Luming batuk kecil: "Lagipula kasus ini melibatkan Badan Intelijen. Sudah ada orang yang diskors dan sedang diperiksa! Lao Zhu, kabarnya Long Jiuyuan dari Badan Intelijen kabur?" Zhu Yi mengangguk tipis: "Benar." Yin Luming menghela napas: "Dia sepertinya dekat dengan Shu Yi." Dalam hati Zhu Yi menyeringai dingin. Jelas Yin Luming ingin menjerat Shu Yi. Dengan tenang ia berkata: "Meski Shu Yi muridku, jika benar melanggar aturan, aku tidak akan memihak. Tanggung jawab apapun harus dia pikul."
Yin Luming bisa merasakan ketidakpuasan Zhu Yi, Ia tersenyum canggung: "Kakak Zhu, aku hanya asal berkomentar. Sebenarnya aku selalu mengagumi Xiao Shu, dia memang bakat. Pernah terpikir olehku, alangkah baiknya jika orang seperti dia bisa bergabung dengan Kantor Polisi Kota Lincheng kita. Tapi aku tidak berani menggali dinding Keamanan Militer."
Tiba-tiba terdengar He Yiran berseru: "Lao Yin, cepat undang Kakak Zhu untuk duduk, persiapan makan sudah siap." Yin Luming baru sekarang mengajak Zhu Yi ke ruang makan. Keahlian memasak He Yiran memang sudah bagus dari dulu, gerakannya lincah. Dalam sekejap, lima santapan dan satu sup sudah siap di meja.
Di tangannya tergenggam sebotol Anggur Moutai: "Lao Yin, ayo, kau yang menuangkan anggur untuk Kakak Zhu." Zhu Yi hanya melirik sekilas lalu tersenyum: "Adik ipar benar-benar rela ya? Ini anggur tua 15 tahun bukan?" He Yiran mendengus pelan: "Kakak Zhu, Anda tamu terhormat. Anggur ini bukan apa-apa. Tapi sebenarnya bukan 15 tahun, harusnya 20 tahun! Awalnya memang 15 tahun, tapi di tangan Lao Yin kami disimpan lagi selama lima tahun!"
Benar saja, baru membuka tutup botol sudah mencium aroma harum yang samar. Meski Zhu Yi tidak sering minum alkohol, kemampuannya masih sekitar tiga sampai lima liang. Saat Yin Luming selesai menuangkan minuman, dia mengangkat cangkir dan meneguk perlahan: "Hm, anggur yang bagus!" Kemudian tersenyum ke arah Yin Luming: "Lao Yin, kita bersulang?" Yin Luming juga tersenyum: "Baik, ikuti saranmu Kakak, mari kita bersulang." Setelah berbenturan cangkir, keduanya langsung menghabiskannya sekali teguk.
He Yiran dengan antusias menyuapkan makanan ke Zhu Yi. Setelah mencoba sesuap, Zhu Yi berkata: "Keahlian memasak adik ipar semakin hebat, sepertinya bahkan koki dari 'Qianzhou Dragon' pun takkan sanggup menyaingi!" He Yiran tersipu mendengar pujian itu: "Kakak Zhu, jangan berlebihan. Ini cuma masakan rumahan biasa yang tak pantas diadu di panggung." Yin Luming menyambung: "Kakak Zhu, jangan terus memujinya. Sebenarnya di rumah pun dia jarang memasak. Hari ini aku cuma numpang kemuliaanmu, kalau tidak pastinya kita cuma makan mie di pasar untuk mengganjal perut."
He Yiran melototi Yin Luming.
Zhu Yi menikmati hidangan dengan gembira. Karena dia tidak membahas urusan Hu Mei'er, Yin Luming pun tak berani menyentuhnya. Namun dari balik senyuman Zhu Yi, hatinya terasa sesak. Tak dipahaminya bagaimana Zhu Yi bisa tetap tenang menyimpan rahasia sambil santai menyantap hidangan. Andai dirinya yang mengalami, pasti takkan bisa bersikap netral seperti ini.
"Adik ipar, kudengar kau punya teman dekat?" tanya Zhu Yi dengan santai sambil meneguk minumannya. He Yiran tertegun sejenak, tak paham maksud di balik pertanyaan itu. Ia melirik Yin Luming yang berbisik: "Kakak Zhu menanyakan Hu Mei'er." Wajah He Yiran berubah pucat, urusan Hu Mei'er memang telah dijelaskan Yin Luming sebelumnya, kini pertanyaan Zhu Yi membuatnya siap menghadapi gelombang interogasi ini.
Tampaknya jamuan makan ini adalah jebakan untuk dirinya. He Yiran tersenyum: "Oh, maksud Kakak Zhu Manajer Hu dari Perusahaan Hua Yang? Kami memang saling mengenal cukup lama, tapi bukan teman dekat. Tapi sebagai sesama wanita, kami sering ngobrol tentang kecantikan, fashion, gaya hidup sehat, dan hobi lainnya. Biasanya kami jalan bareng atau ke salon bersama." Zhu Yi mengangguk, membayangkan kumpulan wanita bergosip memang mudah diprediksi polanya.
Zhu Yi melanjutkan: "Seberapa dalam kau mengenalnya?" He Yiran memicingkan matanya: "Aspek apa yang Kakak maksud?" Zhu Yi tertawa: "Ini hanya obrolan santai, aspek apapun tak masalah." Setelah berpikir sejenak, He Yiran menjawab: "Mei'er itu sangat cantik. Bukan cuma lelaki, bahkan wanita pun bisa tergoda melihatnya." Tiba-tiba matanya menyapu arah Yin Luming yang segera menghindar dari tatapan itu.
Sebenarnya He Yiran juga memiliki bakat kecantikan, meski usianya sudah 40-an tapi terlihat seperti 35-36 tahun. Aura dan kualitasnya termasuk kelas atas, namun jika dibandingkan dengan Hu Mei'er, masih sedikit kalah. Pandangan yang ditunjukkan He Yiran tadi membuat Zhu Yi tahu Yin Luming pasti pernah punya keinginan terhadap Hu Mei'er.
Zhu Yi berkata: "Apakah masalah asmara pribadinya pernah diceritakan padamu?" He Yiran menghela napas: "Pernah. Sebenarnya dia wanita yang malang. Seperti kata peribahasa, kecantikan sering berujung nasib malang. Meski aku tak tahu nasibnya, tapi aku tahu jalan asmaranya tidak mulus." Kemudian He Yiran menceritakan pengalaman cinta Hu Mei'er yang dia ketahui. Tentu saja, Zhu Yi tahu semua ini palsu. Bukan berarti He Yiran sengaja menipu, tapi pengetahuannya tentang Hu Mei'er tidak mendalam. Dia bahkan tidak tahu identitas asli Hu Mei'er.
Yang justru patut diperhatikan Zhu Yi adalah Yin Luming. Selama He Yiran bercerita, Yin Luming terlihat tidak terlalu memperhatikan. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyantap hidangan dan minum-minum. Namun Zhu Yi menyadari beberapa kali kedutan tidak beraturan pada kelopak matanya. Tampaknya ia sedang menyimak dengan saksama. Dalam cerita He Yiran, Hu Mei'er memang seorang wanita malang yang terus-menerus mengalami kekalahan, sebagian besar dipicu oleh kecantikannya. Hingga saat ini belum pernah menjalani pernikahan sejati. Menurutnya, tak ada lelaki yang berani menjadikan wanita secantik itu sebagai pendamping hidup sejati, karena menjaga keutuhan pernikahan seperti itu pasti sangat sulit...
Zhu Yi tidak menginterupsi ucapan He Yiran. Ia hanya mendengarkan dengan penuh perhatian hingga He Yiran menyelesaikan ceritanya. Baru kemudian Zhu Yi berkata: "Ngomong-ngomong, apakah kamu tahu tempat-tempat yang biasa ia kunjungi? Jujur saja, ada beberapa urusan yang ingin kukonsultasikan dengannya. Tapi selama ini tak pernah berhasil menemukannya. Ia tidak ada di perusahaan maupun asrama perusahaan." He Yiran tersenyum: "Kakak Zhu, bertanya padaku memang pilihan tepat! Di bagian selatan kota ada sebuah rumah miliknya. Dulu aku yang menemaninya melihat-lihat rumah itu. Meski tidak besar, tapi diatur dengan sangat hangat olehnya. Begitulah karakter Mei'er, selalu paham bagaimana menjalani kehidupan dengan baik!"
