Apakah Ma Juan adalah putri Zhao Benren? Jika benar Ma Juan putri Zhao Benren, dan Xiao Ying sengaja membawanya untuk mengendali Zhao Benren, maka pastinya Zhao Benren akan meminta izin untuk sering bertemu Ma Juan. Karena Ma Juan tidak pernah meninggalkan Kota Lin, bukankah ini membuktikan Zhao Benren sebenarnya berada di Kota Lin? Otak Shu Yi bekerja cepat seperti di jalan tol. Begitu hipotesis ini terbukti, maka pusat penelitian lain yang dimaksud pasti juga berlokasi di Kota Lin.
Tapi Shu Yi agak tidak yakin, yaitu bagaimana menjelaskan kejadian di Qifeng? Hanya untuk menarik perhatiannya sendiri? Namun bagaimanapun, ada satu hal yang Shu Yi sadari telah salah, yaitu mengendurkan perlindungan terhadap Ma Juan. Shu Yi menelepon Zhou Zihai yang sedang bertugas di luar: "Zihai, ada urusan yang harus segera kau lakukan, jemput Ma Juan ke sini, ya, segera, sekarang juga!"
Zhou Zihai tidak mengerti mengapa Shu Yi tiba-tiba menyuruhnya menjemput Ma Juan, tapi dia tahu keseriusan Shu Yi pasti ada alasannya. Zhou Zihai menyahut, lalu berkata pada Xiao Luo yang sedang menyetir: "Ke rumah Ma Juan!" Sekarang sudah jam pulang kantar, seharusnya Ma Juan sedang di rumah.
Xiao Luo memutar mobil menuju rumah Ma Juan. Ia bertanya pelan: "Kak Zhou, ada masalah apa?" Zhou Zihai menggeleng: "Tidak tahu, hanya disuruh membawa Ma Juan ke Kuil Yangming." Mobil segera berhenti di bawah gedung tempat Ma Juan tinggal. Zhou Zihai berkata pada Xiao Luo: "Tunggu di mobil, aku akan naik menjemput Ma Juan." Zhou Zihai sudah tahu tentang penyelidikan Shu Yi dan Zhi Gang terhadap Ma Juan, juga bahwa Shu Yi telah mencabut perlindungan untuknya. Apakah ini berarti Ma Juan dalam bahaya?
Memikirkan ini, hati Zhou Zihai langsung cemas. Dia mempercepat langkah, hanya dengan beberapa langkah cepat sudah sampai di depan pintu rumah Ma Juan.
Zhou Zihai menekan bel pintu, tak lama kemudian pintu terbuka. Ma Juan pernah bertemu Zhou Zihai sebelumnya. Ia mengerutkan alis: "Ada perlu apa?" Zhou Zihai mengangguk: "Hm, Shu Yi menyuruhku menjemputmu ke Kuil Yangming." Ma Juan berkata dengan dingin: "Aku tak mau pergi. Semua yang perlu dikatakan sudah kusampaikan, tak ada lagi yang kusembunyikan. Maaf, sore ini masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan." Zhou Zihai tertegun sejenak, tak menyangka Ma Juan bersikap seperti ini. Ia berkata: "Nona Ma, ini demi keamananmu!" Ma Juan menyeringai: "Oh ya? Kalau begitu terima kasih, aku..." Kalimatnya terpotong oleh suara pintu yang didorong terbuka, tiga orang menyergap masuk.
Begitu masuk, ketiga pria itu langsung mengunci pintu. Mereka semua mengenakan jas hitam dan kacamata hitam, persis seperti anggota sindikat kriminal dalam film Hongkong-Taiwan. Senjata api terlihat di tangan mereka. Ma Juan kaget, beberapa saat kemudian bertanya gemetar: "Kalian siapa? Mau apa?" Zhou Zihai tetap tenang, namun ketenangannya lebih mencerminkan kepasrahan. Dengan suara datar ia bertanya: "Apa yang kalian lakukan pada rekanku?" Pemimpin kelompok bertopeng hitam itu menjawab: "Dia terlalu banyak ikut campur, jadi mati. Tapi mau kau ikut campur atau tidak, nasibmu sudah pasti!"
Seorang pemuda di sampingnya berkata: "Tu Ge, buang waktu apa lagi dengannya, habisi saja lalu bawa personel pergi!" Tu Ge mengangguk, mengangkat pistolnya membidik Zhou Zihai. Zhou Zihai tidak bergerak. Meski tadi sempat terlintas rencana untuk mengeluarkan pistol dan bertarung habis-habisan, namun ia tak bisa bertindak gegabah. Ia yakin bisa mundur cepat ke dalam kamar untuk mendapat kesempatan duel fisik, tapi tak bisa meninggalkan Ma Juan. Misi utamanya adalah mengawal Ma Juan. Jika terjadi kesalahan sedikitpun pada Ma Juan, berarti misinya gagal total. Sebagai elit Keamanan Militer, ia boleh mati tapi tak boleh kalah, apalagi di saat kritis seperti ini.
Tepat pada saat itu, Ma Juan tiba-tiba menghadang di depan Zhou Zihai: "Kalian mau membunuhku, ini tidak ada hubungannya dengan dia!" Tu Ge tertegun sejenak, lalu berteriak: "Jangan tembak! Bos bilang harus hidup. Jika ada sehelai rambutnya yang hilang, bos akan menebas kami." Tu Ge sangat tahu, wanita ini tidak boleh terjadi masalah, kalau tidak bos pasti tidak akan melepaskan mereka. Ia tidak menyangka wanita ini akan menghadang di depan Zhou Zihai.
Namun reaksi tiba-tiba Tu Ge justru memberi kesempatan Zhou Zihai untuk bertindak. Zhou Zihai merangkul Ma Juan dan mundur ke dalam kamar, berbisik di telinganya: "Maaf, mereka tidak berani melukaimu. Kita harus menyelamatkan diri dulu baru mencari jalan keluar." Ma Juan menyahut. Pemuda di samping Tu Ge panik bertanya: "Tu Ge, sekarang harus bagaimana?" Tu Ge juga bingung. Membunuh memang mudah, tapi untuk membawa Ma Juan utuh keluar bukan perkara sederhana. Zhou Zihai menyepak pintu kamar hingga tertutup. Ia melepaskan pelukan Ma Juan sambil menghela napas panjang: "Sebenarnya apa yang terjadi?"
Ma Juan juga menggeleng bingung: "Kukira mereka datang untuk membunuhku, tapi sepertinya tidak." Zhou Zihai berkata: "Mereka ingin menculikmu, tapi kenapa?" Ma Juan menjawab: "Lupakan dulu ini. Sekarang harus bagaimana?" Zhou Zihai juga berpikir keras. Di kamar ini tidak ada telepon, mustahil menghubungi Shu Yi. Jika bisa menahan waktu sebentar, mungkin Shu Yi akan mengirim pasukan begitu menyadari kehilangan kontak. Tapi bisakah bertahan? Sekarang mereka ragu-ragu takut melakukan gerakan, tapi jika dipaksa hingga putus asa, belum tentu tidak main kasar!
Zhou Zihai berjalan ke dekat jendela. Ini lantai empat, setinggi belasan meter. Melompat sendiri mungkin masih ada kemungkinan selamat, tapi bagaimana dengan Ma Juan?
"Kakak Kelinci, tidak bisa begini. Kita sudah membunuh seorang polisi. Jangan-jangan polisi datang, kita tidak bisa kabur. Lagipula, mereka mengunci pintu. Bagaimana kalau mereka kabur?" Bawahan Kakak Kelinci berkata. Hati Kakak Kelinci juga merasa sangat memalukan. Ini benar-benar bukan pekerjaan manusia. Lebih baik ditembak satu-satu, simpel. Ngapain harus tawanan hidup? Saat Kakak Kelinci masih ragu-ragu, matanya melihat telepon di atas meja. Kakak Kelinci mengangkat telepon dan memutar sebuah nomor.
"Dasar brengsek, siapa yang suruh kau menelepon aku?" Suara lelaki terdengar dari dalam. Kakak Kelinci canggung menjawab: "Bos, begini kejadiannya..." Setelah Kakak Kelinci selesai, orang itu berkata: "Lalu kau cuma berdiri di situ? Serbu masuk, cari cara merebut orangnya! Dasar otak udang! Dia tidak berani membunuh Ma Juan. Inisiatif ada di tangan kalian. Begini saja, asal dia tidak mati. Kalian harus cepat, jangan sampai terjebak di sana!"
Telepon ditutup. Kakak Kelinci seolah mendapat keyakinan. Ia mengangkat pistol, wajahnya kembali penuh percaya diri. Ia melesat ke depan pintu dan menendang pintu hingga terbuka. Saat itu Zhou Zihai sedang mengikat sobekan sprei. Kakak Kelinci langsung menebak mereka ingin menyelinap kabur. Senjata Zhou Zihai ternyata berada di tangan Ma Juan. Kedatangan Kakak Kelinci dan anak buahnya membuat Zhou Zihai dan Ma Juan kaget. Ma Juan refleks mengarahkan pistol ke Kakak Kelinci. Kakak Kelinci kaget, sambil bersembunyi di balik anak buahnya, tangannya tanpa sadar melepaskan tembakan. Peluru ini ditujukan ke arah Ma Juan.
"Berhati-hati!" Zhou Zihai langsung berbalik, membelakangi peluru sambil merangkul Ma Juan yang sudah terdiam ketakutan. Peluru menembus tubuh Zhou Zihai, untungnya yang terkena adalah dada kanannya. Jika tidak, dia pasti sudah diberhentikan saat ini juga. Zhou Zihai memang layak disebut agen khusus yang luar biasa. Saat merangkul Ma Juan, dia juga merebut pistol dari tangan Ma Juan. Ketika mendorong Ma Juan jatuh, dia menembak - semua gerakan ini diselesaikan dalam sekali tarikan napas. Dia berhasil mengenai dua anak buah Tu Ge. Reaksi Tu Ge juga cukup cepat, menembakkan tiga peluru dimana satu diantaranya mengenai perut Zhou Zihai.
Ma Juan terdiam membeku. Sama sekali tidak terbayang olehnya bahwa pemuda di depannya ini rela menghalangi peluru untuknya. Saat ini tubuh Zhou Zihai sudah penuh darah segar. Di lubuk hati Ma Juan, perasaan haru yang mendalam muncul. Dia tidak bisa tetap diam. Saat bersiap menyambar Zhou Zihai, sang agen menggunakan seluruh tenaganya untuk menghantamnya pergi. Mengangkat pistol, Zhou Zihai menembakkan tiga kali ke arah Tu Ge. Pada saat yang sama, Tu Ge melepaskan dua tembakan - satu mengenai lengan Zhou Zihai, satunya lagi meleset. Dari tiga tembakan Zhou Zihai, hanya satu yang tepat sasaran. Peluru terakhir itu menembus lurus area antara alis Tu Ge!
Hanya sejenak, pertarungan pun berakhir. Kakak Kelinci dan dua bawahannya semuanya tewas, sedangkan Zhou Zihai juga terkena tiga tembakan, darahnya terus mengalir. Ma Juan panik, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingin menghentikan pendarahan Zhou Zihai, tapi tak tahu caranya. Zhou Zihai merebut sprei robek di tangan perempuan itu lalu berkata dengan susah payah: "Pergi menelepon..." Baru kemudian Ma Juan menjawab "Oh", lalu berlari keluar untuk menelepon. Dia menghubungi Shu Yi, menceritakan semua kejadian tadi sambil masih gemetar, ucapannya pun tidak karuan.
Shu Yi akhirnya mengerti situasinya, hati dipenuhi kepanikan. Sambil menghubungi pusat gawat darurat, dia segera mengajak Zhi Gang dan dua orang dari Keamanan Militer bergegas ke lokasi.
Saat Shu Yi dan rombongan tiba, tim medis sudah lebih dulu sampai. Para petugas kesehatan kaget melihat kondisi di dalam rumah. Baru setelah mengetahui identitas Zhou Zihai, mereka mulai lega. Shu Yi memerintahkan dua anggota Keamanan Militer untuk mengawal Zhou Zihai ke rumah sakit sambil berpesan agar segera melapor jika ada perkembangan. Kemudian dia memanggil polisi untuk mengurus TKP. Sebelum polisi datang, Shu Yi sudah berhasil menggali garis besar kejadian. Ketika Ma Juan menyebutkan bahwa para penyerang sempat menelepon, Shu Yi segera menyambar telepon dan memerintahkan untuk memeriksa catatan panggilan terkini.
Beberapa menit kemudian telepon datang, petugas Badan Intelijen Kota yang menghubungi. Mereka mengatakan nomor telepon tersebut telah diselidiki, ternyata terdaftar di sebuah rumah penduduk di pinggiran barat kota. Shu Yi meminta kepolisian mengerahkan personel kantor polisi terdekat, sayangnya gedung itu sudah kosong. Rumah tersebut statusnya disewakan, namun pemiliknya tidak berada di Kota Lin. Untuk mendapatkan informasi detail penyewa, diperlukan waktu lebih lama. Kepolisian memberi tahu Shu Yi mereka sudah mulai menanyai warga sekitar, tapi hampir tidak ada yang pernah melihat penyewa yang dimaksud, bahkan banyak yang tidak tahu kalau rumah itu sudah disewakan.
Shu Yi tidak menyerah. Ia menyuruh Zhi Gang mengamankan Ma Juan dengan baik, kemudian sendiri menuju pinggiran barat kota. Awalnya Zhi Gang ingin ikut, tapi Shu Yi tersenyum: "Tenang saja, ini bukan perang. Urus dulu Ma Juan baru menyusul, hubungi saya lewat pager!" Waktu sejak percakapan telepon itu belum sampai setengah jam. Shu Yi yakin meski pelaku kabur, pasti masih ada jejak pelaku yang tertinggal. Sebelumnya dia sudah berpesan ke polisi agar jangan merusak TKP, berharap bisa menemukan petunjuk di sana.
