Rindang pepohonan membentang, cahaya matahari menembus celah-celah daun bagai serpihan emas yang menyinari jalan setapak dan hamparan bunga. Tak bisa dipungkiri, Klub Weiqi Pegunungan Barat merupakan tempat rekreasi yang menyenangkan. Meski tak sebanding dengan taman kerajaan di masa lalu, tempat ini dipenuhi pesona alam yang sederhana.
Villa di siang hari terasa sangat tenang. Ketenangan seperti ini sulit dinikmati di tengah keramaian kota. Namun saat ini tak ada yang berkesempatan menikmatinya, karena mereka sadar di balik ketenangan ini mungkin tersembunyi badai dan salju yang kejam. Mungkin tak lama lagi kilat dan guntur akan menyambar.
Hua Wei menatap Shu Yi dan Zhi Gang sambil mengernyitkan alis: "Sampai kapan kita harus terus bersembunyi seperti ini?" Shu Yi mengeluarkan rokok dan membagikannya: "Guru, jangan panik. Hari ini pasti mereka akan melakukan aksi nyata." Hua Wei menghela napas: "Sejak naik pesawat sampai sekarang, gerak-gerikku terus dibatasi. Bahkan sekedar mencari udara segar di luar pun tak diizinkan." Zhi Gang tersenyum kecut: "Kami juga sama. Tuan Zhu sudah bilang, setelah Shu Yi dan aku masuk ke sini, kami dilarang keluyuran. Menurutmu, dengan kelincahan kami, apakah mereka bisa mendeteksi jika kami cuma jalan-jalan sebentar?" Shu Yi menjawab: "Jangan anggap remeh. Di balik kekuatan selalu ada yang lebih kuat. Kita tak bisa menjamin tak ada ahli di kubu lawan. Sikap hati-hati Guru memang benar. Sebenarnya yang kami khawatirkan bukanlah aksi mereka, melainkan kemungkinan besar mereka justru akan menyerah."
“Jika mereka tahu ini adalah pertandingan yang kita atur, menurutmu apakah mereka masih akan gegabah bertindak?” Shu Yi sampai di sini berkata, Hua Wei menyahut: “Sudah, ikuti saja arahan Zhu Yi. Meski orang ini agak cemberut, tapi harus diakui dia punya kemampuan. Orang yang pakai otak memang beda. Shu Yi, seduh teh, biar kulihat apakah selama bersama dia kau bisa menyerap ilmunya.” Shu Yi tersenyum, dia tahu hubungan Hua Wei dan Zhu Yi sebenarnya cukup baik, hanya saja keduanya suka bertengkar mulut. Seorang ahli strategi dan petarung bila berkumpul, bukan saling menyindir “badan atletis otak kosong” ya mengejek “tidak becus urusan dapur”.
Shu Yi menurut menyeduh teh. Zhi Gang bertanya: “Menurutmu jika mereka mau bertindak, cara apa yang akan dipakai? Lihat posisi siaga ini, mustahil mereka menggunakan kekuatan terbuka, kemampuan tim mereka tidak cukup.” Shu Yi mengangguk: “Lalu menurutmu?” Zhi Gang berpikir sejenak: “Mungkin mereka akan main di makanan dan air minum. Meski santapan Paduka Nomor 2 ditangani khusus, tapi staf lain masih makan dari kantin villa.”
Shu Yi tersenyum: “Tapi untuk makanan kantin villa kan juga ada petugas khusus yang memeriksa?” Perkataan Shu Yi benar, pemeriksaan makan staf memang ketat. Zhi Gang terdiam sesaat, lalu menggeleng: “Entah metode apa lagi yang akan mereka pakai, aku tidak tahu.”
Shu Yi menuangkan tiga cangkir santapan yang sudah direndam, pertama menyerahkan kepada Hua Wei, lalu memberikan secangkir kepada Zhi Gang. Ia sendiri mengambil secangkir dan mengendusnya: "Teh ini enak." Hua Wei berkata: "Semua orang tahu teh ini bagus, tapi tidak jelas apakah keahlian memasakmu tidak merusaknya!" Shu Yi tersenyum kecut: "Apa kemampuanku benar-benar segitu buruknya?" Hua Wei tidak menanggapi lagi, perlahan menyesap: "Shu Yi, jika kau di posisiku, apa yang akan kau lakukan?"
Shu Yi menjawab: "Aku tidak tahu, tapi villa ini sudah dibangun bertahun-tahun. Pasti mereka sudah melakukan persiapan matang. Kita harus berhati-hati." Zhi Gang melirik sinis: "Omongan kosong!"
Shu Yi melanjutkan: "Apapun cara yang mereka pakai, yang penting bisa mendekati kita. Mereka tak perlu memikirkan jalan mundur karena opsi mereka sederhana - menghilang di ruang-waktu. Yang harus kita jamin adalah saat bertemu, kita harus dalam keadaan siuman dan punya kemampuan cukup untuk mencegah mereka kabur." Zhi Gang ingin menyebut ini omong kosong, tapi hatinya gelisah. Ia berpikir: Jika aku jadi lawan, bagaimana caranya mendekati kediaman Paduka di bawah pengawasan ketat penjaga keamanan ini?
Tapi Zhi Gang tidak bisa memikirkan metode terbaik. Di lubuk hati Shu Yi juga merenungkan masalah ini. Tatapannya menyapu ruangan. Dengan tenang Zhi Gang berkata: "Tak perlu diperiksa lagi, rumah ini sudah diperiksa dan seharusnya tidak ada bibit masalah." Shu Yi mengangguk, ia mengakui hal ini karena saat masuk tadi ia juga sudah memeriksa seluruh rumah dengan teliti.
Tu Yue kembali ke kamar Lu Huayang: "Sepertinya dia tidak bisa berhenti. Di hadapan Tuan, hatinya masih menyimpan dendam. Menurutnya jasa kali ini seharusnya menjadi miliknya, dan sepertinya ia ingin membuktikan melalui aksi nyata bahwa dialah yang benar." Lu Huayang memicingkan matanya: "Tampaknya kita harus bertindak cepat, tidak bisa menunggu sampai nanti malam." Tu Yue tersenyum kecut: "Tapi barang itu dan orang itu masih di tangannya!" Lu Huayang menyeringai: "Berani-beraninya ia bersaing denganku, sudah bertahun-tahun ia tak bisa membuat orang itu membocorkan metode pengoperasian barang itu. Menurutmu apakah ini bukan kekalahan telak?"
Tu Yue berpikir sejenak lalu berkata dengan tenang: "Mungkin orang itu terlalu pintar. Dia tahu begitu metode operasi dikuasai oleh kita, maka ajalnya pun tiba. Selain itu, dia juga tidak mungkin bisa terus mengendalikan putrinya." Lu Huayang menatap Tu Yue: "Kau sedang membelanya?" Tu Yue tersenyum kecut: "Aku hanya menyampaikan fakta. Jika orang itu bukan orang pintar, mustahil bisa mencapai prestasi di bidang ini. Bukankah semua yang kita lakukan selama ini juga bermula dari hasil penelitiannya?" Ekspresi Lu Huayang mulai melunak: "Waktu makan siang hampir tiba. Beri tahu Fei Qiu untuk merawat tante itu baik-baik. Kuharap ini akan menjadi makan siang terakhirnya!"
Mendengar aura pembunuh yang menyelimuti suara Lu Huayang, hati Tu Yue berdebar. Secara pribadi, ia masih enggan membunuh Park Chang-hee. Meski terkadang wanita itu bersikap sombong, entah mengapa Tu Yue masih memiliki sedikit kesan baik padanya. Tu Yue diam membisu, berdiri kaku di hadapan Lu Huayang. Perasaannya campur aduk, pikirannya mulai melayang-layang.
Lu Huayang berbisik: "Silakan masuk!" Tu Yue duduk, tatapan Lu Huayang yang tajam mengawasinya erat: "Kau menyukainya?" Tu Yue cepat-cepat menggelengkan kepala: "Tuan salah paham, aku sedang berpikir, jika organisasi tahu kita melakukan ini, konsekuensinya..." Mendengar penjelasan Tu Yue, Lu Huayang berkata tenang: "Tidak perlu kau khawatirkan organisasi. Tu Yue, sudah sekian lama kau mengikutiku, menurutmu bagaimana perlakuanku padamu?" Tu Yue menjawab: "Tuan sangat baik padaku, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata." Lu Huayang tersenyum: "Jika kita mendapatkan teknologi ini dan menemukan pembeli, menurutmu bisakah kita jual dengan harga tinggi? Saat itu bahkan organisasi pun tak bisa berbuat apa-apa pada kita!"
Tu Yue terkejut di lubuk hati. Makna perkataan Lu Huayang sangat jelas - dia ingin mengkhianati organisasi dan menggunakan teknologi ini untuk keuntungan pribadi! Tu Yue tak berani bicara sembarangan. Sekarang ini, satu kesalahan ucap saja bisa mendatangkan malapetaka. Lu Huayang menghela napas: "Korea Utara, Korea Selatan, Tiongkok - untuk apa aku mengorbankan diri bagi organisasi? Bahkan tanpa merebut teknologi ini, dengan segala yang kumiliki sekarang pun aku bisa hidup nyaman dan anggun. Dua tahun terakhir ini kau lihat sendiri, seperti kata pepatah Tiongkok kuno: 'Di tempatku hanya ada cendekiawan yang bercanda, tak ada orang biasa yang datang'. Mengapa harus hidup dalam ketakutan dan kegelapan sementara bisa menikmati kedamaian seperti ini?"
Di lubuk hati Tu Yue diam-diam berkata, jika bukan organisasi yang memberimu uang sebanyak itu, kau pikir dengan kemampuanmu sendiri bisa memiliki kehidupan seperti ini? Tapi Tu Yue tidak akan bodoh sampai mengucapkan itu. Ia terlalu tahu cara-cara Lu Huayang, setidaknya jika Lu Huayang ingin dirinya mati, itu urusan yang mudah sekali.
Akhirnya Tu Yue berbisik: "Aku selalu mengikuti komando Tuan dalam segala hal!" Lu Huayang tersenyum senang: "Tenang saja, ikut aku tidak akan membuatmu kalah."
Fei Qiu meletakkan telepon, wajahnya menunjukkan senyuman. Sudah lama ia tidak suka dengan perempuan itu. Ia berjalan ke dapur dan berkata pada koki yang sedang memegang sendok: "Minggir, aku akan memasak dua hidangan istimewa untuk tamu!" Koki itu tertegun sejenak. Selama bertahun-tahun di villa, belum pernah ia lihat pengurus turun langsung ke dapur.
Fei Qiu memeriksa beberapa orang yang tertegun di situ, alainya berkerut: "Kalian keluar dulu! Jangan cuma berdiri kaku di sini!" Beberapa staf dapur pergi. Fei Qiu bersenandung kecil sambil mulai menggoreng. Keahlian memasaknya memang tidak buruk. Sebagai pengurus kantin, ia sangat memenuhi syarat. Beberapa hidangan sederhana yang dimasaknya memiliki wujud, aroma, dan rasa yang sempurna. Hanya saja tak ada yang tahu, ada bahan ekstra dalam masakannya ini. Fei Qiu tahu persis bobot racun yang ia berikan - dosis ini cukup untuk membunuh sapi betina tua. Perempuan lacur itu pasti sulit selamat!
Fei Qiu selesai memasak, membersihkan peralatan, lalu membawa makanan keluar sendiri: "Sudah, kalian lanjutkan kerja saja!" Ia mengantarkan makanan ke kamar wanita itu: "Makan siang!" Wanita itu menatap lelaki bermuka tembem ini: "Kenapa kau yang mengantar sendiri?" Fei Qiu tersenyum kecut: "Tante, dulu aku tidak tahu latar belakangmu, maafkan sikapku. Hari ini aku masak sendiri beberapa hidangan sederhana untukmu, harap Tante berbesar hati."
Park Chang-hee memicingkan matanya, mengamati Fei Qiu lalu makanan di meja, wajahnya mulai tersenyum: "Rupanya kau cukup tahu diri. Tapi apakah makanan ini aman?" Fei Qiu menggosok-gosokkan tangannya sambil tertawa: "Ah, mana mungkin ada masalah. Jika tidak percaya, akan kucicipi di depanmu!" Ia benar-benar mengambil sumpit dan mencicipi setiap hidangan, bahkan makan sesuap nasi.
Park Chang-hee tidak menghentikannya. Dengan tatapan dingin ia mengawasi Fei Qiu. Setelah pencicipan, ia berkata: "Rupanya kau sungguh berbaik hati." Fei Qiu dalam hati bersorak. Sudah lama ia tahu wanita ini penuh kecurigaan, pasti akan memeriksa. Karena itu ia sudah minum penawar racun. Mencicipi makanan tidak akan membahayakannya.
Park Chang-hee berkata: "Baik, pergilah. Nanti kembalilah untuk membereskan alat makan!"
