"Orang tua, kenapa kau tidak menelepon nomor itu?" Nenek itu menatap Sesepuh Zhang sambil menekan. Sesepuh Zhang menggelengkan kepala: "Aku tidak bisa memastikan tujuan Xiao Fan meninggalkan barang ini padaku. Jika telepon itu benar-benar sepenting itu, kenapa dia tidak pernah menghubungi? Kalau dia punya jalan keluar, apakah akan terlunta di pasar? Aku takut telepon ini justru menimbulkan masalah lebih besar bagi Xiao Fan. Mungkin... mungkin mereka ini dari lembaga penelitian yang disebut-sebut itu!"
Wanita tua itu menghela napas, sorot matanya dipenuhi air mata: "Aku mau menjenguk Xiao Fen, urusan Yu Ning juga sangat menyakitkan baginya!" Pak Senior Zhang berkata: "Aku malu menemuinya. Lagipula, apakah dia mau bertemu kita? Saat kita mengidentifikasi mayat di kepolisian tadi pagi, dia kan menolak bergabung." Wanita tua itu mengusap air matanya: "Yu Ning memang terlalu kita manjakan. Sekarang kupikir, kau benar." Pak Senior Zhang menepuk bahu istrinya: "Sudah, jangan menangis. Anak ini sejak lahir memang pembawa utang. Kita berhutang padanya di kehidupan sebelumnya. Sekarang dia pergi, kita bisa tenang."
Pintu terbuka. Suara kekanakan terdengar: "Kakek, Nenek!" Dua orang tua itu menoleh. Mereka melihat cucu kandung mereka Xiao Jian. Dan di belakang Xiao Jian, bukankah itu menantu mereka Xiao Fen? Wajah Xiao Fen pucat pasi. Ia berbisik: "Ayah, Ibu! Pagi tadi ada darurat di rumah sakit, jadi aku tak bisa ikut." Wanita tua itu menarik tangan Xiao Fen: "Anakku, kami tidak marah. Kamilah yang salah. Kami gagas mendidik Yu Ning!"
Xiao Fen tersenyum kecut: "Ibu, jangan bicara begitu. Ini takdir Yu Ning, juga takdirku. Sejak hari pertama bersamanya, aku sudah tahu sifatnya. Tapi ikatan manusia memang demikian. Aku tak pernah membenci Yu Ning atau menyalahkan kalian. Tenang saja, aku pasti akan membesarkan Xiao Jian dengan baik. Akan kudidik dia jadi orang baik, tidak seperti ayahnya."
Sesepuh Zhang menghela napas: "Anak, sekarang Yuning sudah tiada, usiamu juga tak terlalu tua. Jika bertemu keluarga baik, kau harus..." Xiao Fen tahu maksud sang senior. Ia berkata: "Ayah, jangan lanjutkan!" Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah. Sang istri merasa takut, khawatir mereka yang membawa Xiao Fan telah kembali.
Sesepuh Zhang berkata tenang: "Rejeki bukan musibah, musibah tak bisa dihindari." Setelah berkata demikian, ia berjalan membuka pintu. Di luar berdiri beberapa orang, dengan sosok paling depan yang pernah ia temui pagi tadi - bukankah itu Kapten Wang dari tim investigasi kriminal kepolisian? Mengapa mereka datang? Apakah ada perkembangan dalam kasus Yuning? Sesepuh Zhang memanggil lembut: "Petugas Wang, ada keperluan apa?"
Wang Sen menunjukkan senyuman: "Tuan Zhang, mereka yang ingin bertemu, perlu klarifikasi beberapa hal!" Sesepuh Zhang menatap Shu Yi dan Dao Yanyue di belakang Wang Sen: "Silakan masuk, mari duduk." Setelah semua duduk, Xiao Fen menuangkan air untuk tamu, kemudian membimbing anak dan menemani sang istri masuk ke kamar, meninggalkan ruang tamu untuk grup lelaki ini.
Wang Sen berkata: "Sesepuh Zhang, ini adalah Kawan Dao dari Biro Penelitian Fenomena Non-Alam Hua Xia, dan ini Kawan Shu dari Kementerian Keamanan Negara Hua Xia. Mereka ingin menanyakan beberapa hal, harap Bapak bisa jawab sejujurnya." Hati Sesepuh Zhang berdebar, bukankah "Biro Penelitian Fenomena Non-Alam" itu unit kerja yang tercantum di dokumen peninggalan Xiao Fan? Tapi setelah mendengar Badan Keamanan Negara, barulah ia lega. Tampaknya kekhawatirannya berlebihan, "Biro Penelitian Fenomena Non-Alam" ini sepertinya tidak bermasalah.
Sesepuh Zhang mengangguk. Dao Yanyue memandang Shu Yi, sebagai pendukung tugas utama Shu Yi, ia tetap menjaga prioritas. Shu Yi berbisik: "Sesepuh Zhang, Zhang Yuning adalah putra Bapak, benar?" Sesepuh Zhang menghela napas: "Benar." Shu Yi bertanya lagi: "Katanya dia pernah menjual sebuah buku kuno. Tahukah Bapak dari mana asal buku itu?" Sejak mendengar "Biro Penelitian Fenomena Non-Alam", Sesepuh Zhang sudah menduga mereka mungkin datang urusan Zeng Fan, tapi tak menyangka pertanyaan pertama justru tentang buku itu.
Sesepuh Zhang tidak menyembunyikan apapun, menceritakan semua kejadian setelah bertemu Zeng Fan secara detail. Wajah Zeng Zhigao di sampingnya berubah beberapa kali selama mendengar. Setelah Sesepuh Zhang selesai, Zeng Zhigao bertanya dengan emosi: "Kalian membiarkan mereka membawa Xiao Fan pergi begitu saja? Dia masih anak-anak, tidak takut terjadi apa-apa?" Emosi Zeng Zhigao mulai tak terkendali. Ucapannya membuat Sesepuh Zhang menundukkan kepala malu, tak tahu harus menjawab apa.
Shu Yi menarik tangan Zeng Zhigao, lalu berbisik kepada Sesepuh Zhang: "Tuan, maaf, dia adalah ayah Zeng Fan. Karena perhatiannya pada Zeng Fan, dia sedikit semangat. Sebenarnya ini bukan salah Pak Senior Zhang, keinginan Tuan untuk membuka pintu bagi Xiao Fan sudah sangat mengharukan kami. Di sini saya mewakili ayah Xiao Fan mengucapkan terima kasih." Zeng Zhigao baru menyadari dirinya kehilangan kendali, dia berkata kepada Sesepuh Zhang: "Tuan, maaf, saya... saya terlalu emosional. Pak Shu benar, saya seharusnya berterima kasih karena telah menampung dan membantu Xiao Fan!"
Setelah meninggalkan rumah Sesepuh Zhang, Zeng Zhigao berkata: "Dari pagi sampai sekarang sudah lama sekali, tidak tahu kabar Xiao Fan bagaimana!" Shu Yi menjawab: "Xiao Fan anak baik. Alasan dia menipu orang-orang itu dan pergi bersama mereka adalah agar tidak membuat Pak Senior Zhang dan istrinya terlibat. Dia sangat baik hati. Tapi dia juga cerdas, Zhigao, tenang saja. Saya yakin dia pasti baik-baik saja."
Wanita paruh baya menyiapkan makan siang mewah untuk Zeng Fan. Lelaki di kursi roda terus menyajikan makanan untuk Zeng Fan: "Makan lebih banyak!" Wanita itu tersenyum: "Kak Chuang, biarkan dia makan sendiri. Lihat, dia sudah sangat tidak nyaman." Barulah pria itu meletakkan sumpitnya.
Wanita menatap lelaki："Kak Chuang, bagaimana pendapatmu tentang kasus ini?" Llaki itu berkata："Demi sebuah buku sampai memakan banyak korban jiwa, sebenarnya buku apa ini?" Wanita menjawab："Tadi Xiao Fan sudah bilang, katanya namanya 《Kitab Ramalan Langit》." Llaki itu menghela napas："Aku tahu, tapi tetap tidak mengerti. Sekalipun itu benar-benar kitab ramalan, pantaskah sampai membuat banyak orang bertaruh nyawa?" Wanita itu menoleh ke Zeng Fan："Ngomong-ngomong Xiao Fan, tadi kau menyebut tentang lembaga penelitian apa?"
Zeng Fan menjawab："Biro Penelitian Fenomena Non-Alam, tertulis seperti itu di dokumen paman yang kami tolong bersama ayah." Kelopak mata lelaki itu berkedut, dia mengenal lembaga ini. Dengan tenang dia berkata："Kasus ini ternyata terkait dengan Biro Penelitian Fenomena Non-Alam, berarti tidak sesederhana itu!" Wanita itu berkata："Kak Chuang, pikirkan jalan keluar, bantu Xiao Fan!" Lelaki itu mengangguk："Hm, nanti aku akan menelepon!" Wanita berbisik："Jangan-jangan mau menghubungi..."
Setelah makan, wanita masuk ke dapur membereskan peralatan. Zeng Fan dan lelaki itu duduk di sofa ruang tamu. Zeng Fan memandangi lelaki itu dan berbisik："Paman, hebat sekali! Hanya dengan mengacungkan tangan sudah bisa mengusir penjahat!" Lelaki itu tersenyum tipis. Zeng Fan bertanya lagi："Paman, bolehkah tahu dengan apa paman mengusir mereka?" Lelaki itu mengeluarkan segenggam kacang tanah dari saku："Mau makan?" Zeng Fan menggeleng："Baru saja makan!" Lelaki itu berkata："Dengan inilah paman mengusir penjahat!"
Zeng Fan terdiam sejenak: "Hah?" Tatapannya pada lelaki itu dipenuhi rasa kagum: "Paman, apakah Anda ahli bela diri legenda itu? Bahkan kacang tanah bisa dijadikan senjata rahasia!" Lelaki itu tersenyum.
Zeng Fan hendak berkata lagi, tapi tiba-tiba membeku. Matanya tertuju pada jendela tak jauh darinya. Dua menit lalu tempat itu masih kosong, tapi sekarang tiba-tiba muncul sebuah buku! Ia yakin bukan lelaki itu yang menaruhnya karena punggungnya masih menghadap jendela sambil berbicara dengannya. Pasti juga bukan wanita itu yang masih sibuk di dapur!
Menyadari keanehan Zeng Fan, lelaki itu bertanya pelan: "Xiao Fan, ada apa?" Suara Zeng Fan gemetar: "Buku... Bagaimana buku itu bisa ada di sana?!" Lelaki itu tertegun: "Buku? Buku apa?" Ia memutar kursi rodanya mengikuti arah pandang Zeng Fan. Benar saja ada sebuah buku di jendela. Dengan hati-hati Zeng Fan melangkah mendekat dan mengambilnya. Lelaki itu baru tersadar: "Inikah Kitab Ramalan Langit yang kau sebutkan itu?" Zeng Fan mengangguk: "Bagaimana mungkin buku ini kembali sendiri?!"
Perasaan aneh juga menyelinap di hati lelaki itu. Wanita yang baru saja selesai bekerja di dapur masuk ke ruang tamu dan merasakan suasana mencekam: "Kalian kenapa?" Lelaki itu menjawab tenang: "Kitab Ramalan Langit itu entah bagaimana muncul di jendela!" Wanita itu kaget: "Apa? Bagaimana mungkin terjadi hal seperti ini?"
Zhu Yi sangat semangat, dia tidak menyangka akan menerima telepon dari Li Chuang: "Li Chuang, tak kusangka kau malah ada di Kota Hu! Tuan Lu waktu itu bilang cedera lamamu kambuh, kau sendiri yang minta keluar dari tentara lalu menghilang. Kau tidak punya hati ya, sama sekali tidak memberi kabar. Kau tahu betapa banyak orang yang mengincarmu?" Li Chuang tersenyum kecut. Dia memang selalu keras kepala, kakinya sudah tidak bisa diperintah lagi. Dia tidak mau dilihat orang dengan pandangan kasihan, akhirnya memilih mengasingkan diri di kota ramai. Jika bukan karena urusan Zeng Fan, mungkin dia takkan pernah menghubungi kenalan lamanya ini selamanya.
Li Chuang berbisik: "Kakak Zhu, ceritanya nanti saja. Sekarang aku menemukan kejadian aneh!" Zhu Yi mengangguk: "Aneh?" Li Chuang menjelaskan: "Begini, Yingzi - istriku, beberapa hari lalu pulang ke kampung halaman di Dongliao. Saat kembali, di kereta dia bertemu anak kecil..." Li Chuang menceritakan secara detail semua kejadian sejak Yingzi mengenal Zeng Fan kepada Zhu Yi, sampai munculnya Kitab Ramalan Langit yang misterius tadi.
Dari awal sampai akhir Zhu Yi tidak menyela, baru setelah Li Chuang selesai bicara, Zhu Yi menarik napas lega panjang: "Ternyata Zeng Fan ada di tempatmu, memang hoki anak itu bisa bertemu kamu. Begini saja, detail kasus ini saya juga tidak terlalu paham, ini tanggung jawab Biro Penelitian Fenomena Non-Alam. Tapi saya punya murid bernama Shu Yi yang sedang membantu mereka menyelidiki kasus ini, akan saya suruh menghubungimu. Ngomong-ngomong, beberapa hari lagi saya akan datang ke Kota Hu untuk menghadiri pertemuan akademik, nanti saya ajak beberapa teman lama, kita ketemu langsung. Dasar si bocah, jangan kabur dari kami ya!" Li Chuang menggerutu "Hm", perasaan hangat mengalir di hatinya. Setelah menutup telepon, bayangan pertarungan dulu bersama Zhu Yi dan kawan-kawan kembali terlintas...
