Che Rui dan Gu Tian Yi melakukan panggilan telepon. Di Xiangjiang, Gu Tian Yi masih belum menemukan keberadaan Lu Yun dan Li Xinzhou, bahkan tidak ada catatan masuk/keluar keduanya. Kemungkinan mereka masuk Xiangjiang menggunakan nama samaran. Ketika Gu Tian Yi mendengar bahwa begitu banyak orang di Yuehua Zhen mencari Zeng Fan, bahkan seorang wanita yang membawanya pergi, Gu Tian Yi tersenyum: "Kabar ini jika bocor pasti akan jadi bahan lelucon! Ngomong-ngomong, bukannya Shu Yi itu sangat mampu? Kok malah jadi jago kandang setelah kejadian?"
Che Rui tersenyum sambil mencibir: "Lao Gu, kau memang berhati sempit. Kemampuan Shu Yi memang lebih kuat dari kita semua, ini harus kau akui. Saat terlibat langsung dalam situasi, banyak hal tidak mungkin terlihat mendalam bukan? Sudah cukup bagus! Kalau bukan karena Shu Yi, kasusku sampai sekarang masih mentok! Sudah, tak usah banyak bicara. Kau di Xiangjiang harus jaga keselamatan, lawan sangat licik dan serangannya mematikan." Gu Tian Yi menjawab: "Hm, aku tahu. Cuma bercanda. Untuk urusan apapun hubungi via telepon!"
Che Rui menutup telepon, pasrah memandang Shu Yi. Ia tahu Shu Yi pasti mendengar ucapan Gu Tian Yi. Dengan canggung ia berkata: "Lao Gu memang begitu, pola pikir kesukuan-nya cukup parah." Shu Yi tersenyum tipis: "Sebenarnya dia tidak salah. Aku dan Zhigao adalah yang pertama menemui Qu Jing, tapi aku tetap lalai terhadap wanita ini."
Che Rui menggelengkan kepala: "Ini bukan salah kalian. Saat itu kalian menetapkan kelompok baru yang tiba di kota sebagai target utama, sehingga tingkat perhatian terhadap hal lain relatif berkurang. Lagipula, jika wanita itu bertemu kalian dengan sikap mencurigakan dan menghindar, mungkin kalian masih bisa memperhatikannya. Tapi malah ia mati-matian melilit kalian secara terang-terangan, sehingga kalian khawatir mengganggu urusan utama dan berusaha melepaskan diri, menganggapnya sebagai masalah!" Shu Yi mengangguk. Saat itu memang begitu pikirannya, dan penampilan wanita itu sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan atau kewaspadaan.
Telepon Che Rui berdering lagi. Saat ini mereka hampir memasuki wilayah kota Hu. Che Rui menerima panggilan: "Xiao Fan, ada apa?" Suara pria di telepon berkata: "Direktur Che, kami menemukan mobil itu, tapi tidak ada penumpangnya." Che Rui mengerutkan alis: "Tidak ada penumpang? Apa maksudmu? Bukannya kalian mengikuti mobil itu?" Xiao Fan tersenyum kecut: "Direktur Che, saat kami menerima perintah Bapak, mereka sudah meninggalkan Kota Yuehua hampir 20 menit. Mana mungkin kami bisa mengikuti? Kami hanya bisa memacu mobil ke Hu sesuai perintah, berharap bisa mencegatnya. Baru saja kami menemukan mobil ini!"
Che Rui berpikir memang benar, ia tersenyum kecut: "Cari informasi di sekitar sini, lihat apakah ada petunjuk." Xiao Fan berkata: "Sudah kusuruh mereka pergi." Menutup telepon, Che Rui berkata pada Shu Yi: "Mereka menemukan mobil yang dicuri itu, tapi tidak ada orang di dalamnya." Shu Yi memicingkan matanya: "Tidak benar!" Che Rui bertanya: "Apa yang tidak benar?" Shu Yi menjawab: "Direktur Che, coba pikir - jika kau yang jadi mereka, apakah kau akan mengendarai mobil produk domestik cc kecil sepanjang jalan dari Kota Yuehua ke Hu? Apalagi dalam kondisi sedang dikejar-kejar?" Che Rui tertegun sejenak: "Dalam situasi tanpa pilihan, bukankah punya mobil seperti ini lebih baik daripada tidak?"
Shu Yi menghela napas: "Dengan kecerdasan emosional wanita ini, menurutmu dia tidak akan mempersiapkan diri?" Che Rui berpikir sejenak lalu berkata: "Maksudmu mereka seharusnya berganti mobil di tengah jalan?" Shu Yi mengangguk: "Meski kita baru tahu kabar kepergian mereka dari Yuehua 20 menit kemudian, tapi mereka sendiri tidak tahu kira-kira kapan kita dapat info. Jadi mereka tidak berani bertaruh apakah kita dapat info 5 menit atau 20 menit kemudian. Untuk bisa melepaskan diri dari pengejaran, dia harus ganti mobil! Dan wanita ini pasti tidak sendirian. Jika ada pengawalnya, berarti dia sudah menyiapkan rencana pelarian dari Yuehua dengan sangat matang dan detail!"
Che Rui sangat setuju dengan pandangan Shu Yi: "Artinya dia sudah membawa Xiao Fan ke Kota Hu?" Shu Yi menggelengkan kepala, ia menepuk bahu Zeng Zhigao: "Putar balik!" Che Rui bingung bertanya: "Mau ke mana? Kita hampir sampai di Kota Hu!" Shu Yi berkata: "Aku yakin dia tidak kembali ke Kota Hu. Coba pikir, kalau mau kembali ke Kota Hu, mengapa tidak meninggalkan mobil di tengah jalan? Dengan begitu kita tidak bisa melacak. Dia sengaja menggunakan mobil ini untuk menyesatkan kita, membuat kita mengira dia sudah membawa Xiao Fan kembali ke Kota Hu!"
Zeng Zhigao bertanya: "Tapi ke mana dia akan membawa Xiao Fan?" Shu Yi bertanya pada Che Rui: "Berapa pintu keluar tol yang kita lewati saat datang?" Che Rui berpikir sejenak: "Dua, Pintu Keluar Kota Xinhe dan Pintu Keluar Distrik Dongpu. Aku mengerti! Tapi dari pintu mana dia akan kabur?" Shu Yi menggeleng, dia tidak tahu: "Jangan pikirkan dulu. Zhigao, putar balik di pintu tol depan. Kita kembali ke Yuehua, putar balik di sana lalu berangkat lagi." Che Rui paham maksud Shu Yi, tapi dari dua pintu keluar ini, mana yang akan dipilih Qu Jing? Meski dia sangat percaya pada kemampuan Shu Yi, tapi Shu Yi toh bukan dewa!
Zeng Zhigao tidak berkata, hanya melirik Che Rui. Bagaimanapun saat ini ia adalah bawahannya Che Rui. Che Rui mengangguk, memberi isyarat agar mengikuti instruksi Shu Yi. Shu Yi menutup matanya, berusaha menyimpulkan dari mana Qu Jing keluar dari jalan tol. Ia yakin Qu Jing tidak akan kembali ke Kota Hu. Bagi Qu Jing, Kota Hu bahkan lebih berbahaya daripada Kota Yuehua. Tapi mana yang akan dipilihnya antara pintu keluar Kota Xinhe dan Distrik Dongpu? Keduanya bisa menuju Su-Wan, hanya arahnya berbeda. Setengah hari kemudian, Shu Yi membuka matanya: "Keluar dari pintu keluar Kota Xinhe!"
Che Rui bertanya: "Kau yakin?" Shu Yi tersenyum kecut: "Tidak yakin, tapi menurutku jika aku yang ada di posisi itu, akan keluar dari pintu keluar terdekat. Pertama, dengan keluar dari pintu terdekat kita bisa melepaskan diri dari pelacakan dengan cepat. Semakin lama kita mengikuti kendaraan hilang itu, semakin jauh kita dari target sebenarnya! Kedua, dibandingkan Xinhe dan Dongpu - Dongpu masih dalam wilayah Kota Hu. Meski bisa kabur ke Su-Wan dari Dongpu, jalannya cuma satu. Xinhe berbeda, jalannya bercabang ke segala penjuru."
Che Rui berkata: "Menurut perkiraanmu, bahkan dia tidak akan mampir di Xinhe?" Shu Yi mengangguk: "Hm." Che Rui bertanya: "Lalu menurutmu kemana dia akan pergi? Jauh dari Kota Hu?" Shu Yi menjawab: "Tidak terlalu jauh atau dekat, membuat kita tak bisa menemukan." Che Rui tertawa: "Mengapa disebut tidak jauh-dekat?" Shu Yi menjelaskan: "Karena buku itu masih di tangan kita!" Che Rui menyahut: "Jika ingin mendapatkan buku, seharusnya mereka berada dekat dengan kita?" Shu Yi berkata tenang: "Bagaimana jika Xiao Fan bisa membawa pergi buku ini?" Che Rui ternganga: "Ini..."
Shu Yi melanjutkan: "Ini bukan hal yang mustahil. Kau lupa buku itu pernah meninggalkan Xiao Fan, tapi akhirnya kembali ke tangannya?" Che Rui buru-buru mengambil tas dan memeriksanya, seolah takut buku itu benar-benar terbang. Shu Yi tersenyum: "Sudahlah, jika Xiao Fan benar-benar bisa mengambil buku itu, meski kau pegang erat-erat tetap akan jadi miliknya. Karena dia menyembunyikan buku itu, artinya dia tidak mau membawanya dan tidak ingin jatuh ke tangan penjahat!" Zeng Zhigao menyela: "Memang begitu, aku khawatir Xiao Fan tidak bisa membedakan orang baik-buruk. Jangan-jangan dia mempercayai wanita ini, konsekuensinya bisa bahaya!"
Sebenarnya Shu Yi juga mengkhawatirkan hal ini, Zeng Fan hanyalah seorang anak, apakah dia bisa memiliki kewaspadaan yang cukup terhadap Qu Jing? Shu Yi tidak berani memastikan, lagipula Qu Jing tidak sederhana, daya pikatnya bahkan membuat dirinya sendiri melepaskan kewaspadaan. Che Rui tersenyum: "Xiao Fan telah melalui banyak hal, kurasa dia tidak akan mudah tertipu!" Wajah Zeng Zhigao memerah: "Aku yang sudah dua kali 'menjadi manusia' saja terjebak dalam taktiknya. Jika bukan karena mulutku yang bocor waktu itu, Xiao Fan pasti tidak akan mengikutinya." Shu Yi berkata: "Sepertinya Xiao Fan masih memiliki kewaspadaan, kalau tidak, dia pasti akan membawa buku itu saat pergi dengan Qu Jing!"
"BMW X5" tidak berhenti di kota Xinhe, malah mengisi bahan bakar penuh dan berangkat menuju arah Jinling.
"Kakak, aku lapar!" desis Zeng Fan lembut. Qu Jing menjawab: "Tunggu sebentar!" Dia menghentikan mobilnya, mengeluarkan sekantong camilan dari bagasi: "Diakali saja, di malam hari begini tidak ada makanan enak." Zeng Fan tidak pilih-pilih, langsung mengambil makanan dari tas dan melahapnya dengan lahap, sesekali meneguk air mineral. Qu Jing tersenyum: "Pelankan, jangan sampai tersedak!" Zeng Fan bertanya: "Kakak tidak mau makan?" Qu Jing menggelengkan kepala: "Aku tidak suka camilan." Zeng Fan berkata: "Ini khusus dibelikan untukku?" Qu Jing menyahut singkat.
Zeng Fan mengerutkan alainya sedikit, namun segera merilekskannya kembali. Ia tak ingin Qu Jing melihat perubahan ekspresinya, namun di lubuk hati timbul keraguan: Jika camilan ini benar-benar dibeli untukku, apakah Kakak Qu begitu yakin bisa menemukanku?
"Xiao Fan, sedang memikirkan apa?" Qu Jing bertanya pelan saat melihat Zeng Fan termenung. Zeng Fan menatapnya sambil tersenyum: "Tidak ada, cuma merasa ngantuk!" Qu Jing menjawab: "Kalau begitu tidurlah yang nyenyak, kita masih lama sampai di Jinling!" Zeng Fan mengangguk "Hm" sambil menutup matanya. Qu Jing mengamati Zeng Fan yang sudah memejamkan mata, merasakan anak kecil ini benar-benar sulit dihadapi. Ia tahu Zeng Fan masih menyimpan kewaspadaan terhadapnya, setidaknya mengenai keberadaan buku itu ia tidak jujur. Qu Jing tak percaya Zeng Fan benar-benar meninggalkan buku itu di kediaman Tan San, karena Zeng Fan sendiri tidak mempercayai Tan San. Jika tidak, tak mungkin ia kabur diam-diam!
Qu Jing sambil menyetir diam-diam mengeluarkan HP. Ia tiba-tiba ingat saat menemukan Zeng Fan, fokusnya hanya pada cara meninggalkan Kota Yuehua, sampai bisa melupakan masalah terpenting: buku itu mungkin tidak ada di tubuh Zeng Fan. Jika tidak, kemungkinan terbesar adalah bocah ini menyembunyikannya, dan tempat paling mungkin adalah Kelenteng Keluarga Mo! Setelah mengirim SMS, Qu Jing menarik napas panjang. Ia tidak menyesal, yakin jika dirinya bisa menemukan kelenteng, Che Rui dan Shu Yi pasti juga akan ke sana. Apapun yang terjadi, ia tidak punya banyak waktu untuk mencari. Tapi ia juga tidak terlalu khawatir, setidaknya Zeng Fan tidak memberitahu orang lain tentang tempat persembunyian bukunya. Ia tidak percaya Shu Yi dan kawanannya bisa secerdas itu menemukan buku tersebut. Bahkan jika ditemukan, bukankah Zeng Fan masih ada di tangannya? Zeng Fan punya kemampuan untuk mengambil kembali buku itu. Yang terpenting sekarang adalah mendapatkan kepercayaan mutlak dari anak ini!
