Zhu Yi akhirnya menerima telepon Zhou Min Nong: "Zhou Yi, kenapa baru sekarang menghubungi? Aku sudah mengira terjadi sesuatu padamu." Kata-katanya penuh kepedulian. Di lubuk hati Zhou Min Nong muncul rasa bersalah, bertanya-tanya apakah kecurigaannya selama ini salah.
Zhou Min Nong batuk kecil: "Aku baik-baik saja, cuma ada urusan yang tertunda." Zhu Yi tidak mengejar: "Kami telah menyelidiki Huang Lanqing." Dia menjelaskan hasil investigasi yang sesuai dengan informasi Xiao Juan. Zhou Min Nong tidak mengaku sudah tahu, hanya menyahut: "Guru Zhu, ada hal yang harus kusampaikan."
Zhu Yi berkata: "Kau bicara." Zhou Min Nong melirik Xiao Juan, Xiao Juan memberinya pandangan yang mendorong. Zhou Min Nong berkata: "Guru, apa kau mengenal Tie Lan?" Zhu Yi tertegun sejenak, Zhou Min Nong ternyata menanyakan Tie Lan. Zhu Yi tidak menyangkal: "Mengenal, kami berteman sangat dekat." Zhou Min Nong melanjutkan: "Guru, tahukah kau? Huang Lan Qing ini menargetkan Tie Lan." Zhu Yi terkejut di hati: "Apa maksudmu, Huang Lan Qing menargetkan Tie Lan? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Zhou Min Nong tersenyum kecut: "Secara konkret aku tidak tahu. Dia pernah beberapa kali berinteraksi dengan tunangan Tie Lan, Tan Yong Le. Apa yang mereka bicarakan aku tidak tahu, tapi dari performansi Tan Yong Le, sepertinya ada masalah. Dua hari terakhir dia sangat tidak beres, tertekan berat."
Zhu Yi terdiam. Lagi-lagi mayat hidup. Jika yang dikatakan Zhou Min Nong benar, maka situasi Tie Lan sangat berbahaya. Zhou Min Nong menambahkan: "Guru, aku mau mencari Tie Lan!" Zhu Yi menghela: "Baik juga, begitu kalian bisa saling menjaga. Sebentar aku akan telepon dia dulu. Xiao Zhou, kau sendiri harus jaga keselamatan. Selidiki kasusnya, tapi jangan biarkan dirimu dengan mudah menyusuri bahaya."
Zhou Min Nong menutup telepon, Xiao Juan berkata: "Dia setuju?" Zhou Min Nong mengangguk: "Katanya dia dan Tie Lan adalah teman dekat, dan dari nada bicaranya jelas dia sangat memperhatikan keselamatan Tie Lan." Xiao Juan tersenyum: "Sepertinya dia juga peduli padamu." Zhou Min Nong menghela napas: "Hm, menurutku dia orang yang tulus." Xiao Juan tidak berkomentar: "Ketulusannya akan terbukti nanti, waktu adalah batu ujian."
"Kapan kamu mau menemui Tie Lan?" Xiao Juan bertanya pelan. Zhou Min Nong menjawab: "Dia bilang setelah menutup telepon akan segera menghubungi Tie Lan. Kira-kira sekarang dia sudah memberitahu Tie Lan tentang hal ini. Menurutku semakin cepat semakin baik."
Xiao Juan berpikir sejenak: "Tiba-tiba aku merasa ini terlalu berisiko. Tie Lan sedang diawasi ketat, menemui dia kemungkinan besar membahayakanmu." Zhou Min Nong tersenyum kecut: "Jangan-jangan sekarang kamu mau membujukku untuk menyerah?" Xiao Juan menggeleng: "Bukan menyuruhmu menyerah, tapi berhati-hati. Selain itu, pastikan Tie Lan menjaga kerahasiaan. Jangan sampai ada yang tahu tentang keberadaanmu, ini untuk kebaikan kalian berdua!"
Xiao Juan mengambil buku panduan telepon: "Ada nomor rumah sakit kecantikan Tie Lan di sini. Hubungi dulu untuk mengatur pertemuan di tempat aman." Zhou Min Nong mengangguk. Xiao Juan mengeluarkan sebuah HP dan beberapa kartu SIM: "Ini untukmu. Jam tangan itu fungsinya terbatas. Ganti kartu setiap kali menelepon. Jika merasa tidak aman, segera ganti lagi."
Tie Lan duduk di kantor, wajahnya basah oleh air mata. Ia selalu mengira Tan Yongle adalah lelaki berani yang bertanggung jawab, tapi tak menyangka saat paling membutuhkannya, pria itu justru tak punya tanggung jawab.
HP berdering. Tie Lan mengangkatnya dan melirik layar - panggilan dari Zhu Yi.
"Kakak, ada urusan?" Tie Lan mengendalikan emosinya dan bertanya pelan. Zhu Yi menjawab: "Tie Lan, apa ada masalah di situ?" Tie Lan tertegun sejenak - bagaimana Zhu Yi bisa tahu? Ia buru-buru menyangkal: "Ti-Tidak ada!" Zhu Yi berkata tenang: "Jangan bohongi aku. Aku sudah tahu. Apakah Xiao Tan sedang dalam masalah?"
Tie Lan bertanya bingung: "Bagaimana kakak bisa tahu?" Zhu Yi menghela napas: "Ini salah Kakak yang merepotkanmu. Lebih baik urusan itu jangan kau urusi lagi." Tie Lan menjawab kalem: "Kakak sedang mencaciku? Nyawa Tie Lan ini diselamatkan kakak. Membantu kakak itu kewajibanku." Mengenal karakter Tie Lan, Zhu Yi akhirnya mengalah: "Baik. Nanti akan ada orang mencarimu. Orang ini bisa dipercaya. Kalian bisa berdiskusi untuk urusan ini."
Tie Lan penasaran: "Siapa dia?" Zhu Yi menjawab: "Dia akan memperkenalkan diri nanti. Tie Lan, Kakak tahu situasimu sangat berbahaya. Kau harus menjaga diri baik-baik - ini yang terpenting. Selama kita bertahan hidup, kasus pasti akan tuntas diselidiki." Tie Lan mengeluarkan suara ‘Hm’.
Tan Yong Le kembali ke rumah sakit, melewati pintu kantor Tie Lan, melihat pintunya tertutup. Ia berjalan ke samping pintu, mengangkat tangan dan mengetuk perlahan.
Tie Lan membuka pintu. Melihat Tan Yong Le berdiri di luar, wajahnya berubah masam. Dengan tenang ia berkata: "Kau mau apa?" Hati Tan Yong Le dipenuhi rasa bersalah: "Tie Lan, maafkan aku, aku..." Tie Lan menyela: "Tak perlu minta maaf. Kau memang bukan siapa-siapa bagiku, tak ada yang perlu dimaafkan. Pilihanmu juga tidak salah." Tie Lan menutup pintu.
Tan Yong Le terdiam di tempat, lama sekali baru menghela napas, lalu berbalik pergi.
Tie Lan berjalan ke meja kerjanya dan duduk lemas. Telepon tetap di meja berdering: "Siapa di sana?" Zhou Min Nong mendengar suara Tie Lan yang terdengar letih: "Ini aku. Guru Zhu menyuruhku menghubungimu. Menurutku lebih baik kita bertemu."
Tie Lan tak menyangka Zhou Min Nong bisa datang secepat ini: "Baik, setengah jam lagi di Kafe Sang Kekasih di Bund. Sebut saja namaku, pelayan akan menunjukkan tempat dudukku."
Zhou Min Nong menutup telepon. Xiao Juan bertanya: "Sudah diatur?" Zhou Min Nong mengangguk: "Hm, setengah jam lagi di Kafe Sang Kekasih, Bund." Xiao Juan tersenyum: "Sebaiknya kau berangkat sekarang. Jalanan macet bisa membuatmu terlambat." Zhou Min Nong menatapnya: "Mau ikut?" Xiao Juan menggeleng: "Untuk apa aku ikut?"
Xiao Juan berdiri: "Kau pergi sendiri saja." Setelah berkata demikian, ia masuk ke kamarnya.
Saat Zhou Min Nong menyetir tiba di Bund, jarak dari waktu yang disepakati telah lewat 15 menit. Pelayan membawanya menemui Tie Lan. Ia tersenyum canggung: "Aku tidak kenal jalan, GPS juga ada masalah, jadi terlambat." Tie Lan tersenyum tipis: "Tak apa, silakan duduk."
Zhou Min Nong duduk. Tie Lan bertanya: "Mau minum apa?" Zhou Min Nong menjawab: "Biasa saja." Tie Lan memesankan secangkir kopi untuknya. Setelah pelayan pergi, Zhou Min Nong melirik ke sekeliling. Tie Lan berkata: "Tenang saja, di sini aman. Aku pemilik kafe ini." Baru sekarang Zhou Min Nong lega: "Guru sudah meneleponmu kan?" Tie Lan mengangguk: "Hm, tapi dia tidak memberitahu siapa kau sebenarnya."
Zhou Min Nong juga tidak menyembunyikan apa pun, menceritakan garis besar urusannya.
Tie Lan mendengarkan dengan saksama. Kini ia lebih mengerti mengapa Zhu Yi begitu mengkhawatirkan keselamatannya. Tampaknya kasus ini jauh lebih rumit dari yang dibayangkan. Saat mendengar tentang urusan Tan Yongle, Tie Lan mengerutkan alis: "Di mana Huang Lanqing itu?" Zhou Min Nong bertanya: "Kau mau apa?"
Tie Lan berkata: "Aku ingin melihat apa yang sebenarnya dia rencanakan! Kalau berani, serang saja aku langsung." Zhou Min Nong tersenyum kecut, tak menyangka Tie Lan ternyata memiliki karakter pribadi yang begitu berapi-api. Ia menjawab: "Kakak, apa aku boleh memanggilmu kakak? Segera hentikan keinginan ini. Mereka datang dengan persiapan matang, dan apa kau tahu tujuan sebenarnya mereka? Ketidaksabaran kecil bisa merusak rencana besar."
Tie Lan baru menyadari dirinya agak kehilangan kendali: "Maaf, aku... aku agak terbawa emosi." Zhou Min Nong melanjutkan: "Kak Tie, apakah Tan Yongle sama sekali tidak menceritakan tentang orang bermarga Huang yang mencarinya?" Tie Lan menggeleng: "Tidak. Dia hanya memintaku ikut meninggalkan Kota Hu, maksudku, meninggalkan Tiongkok, untuk selamanya tidak kembali." Zhou Min Nong menghela napas: "Dia melakukan ini untuk kebaikanmu. Mungkin marga Huang mengancamnya dengan dirimu, dia pun tidak punya pilihan lain."
Tie Lan memicingkan matanya. Tan Yongle memang berniat baik, tapi ia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar itu.
Pasti ada hal yang disembunyikan Tan Yongle. Menurut pemahamannya selama ini, Tan Yongle bukanlah tipe orang yang mudah diintimidasi. Jangan-jangan masih ada celah lain yang mereka genggam?
"Kakak Tie, kau sedang memikirkan apa?" Zhou Min Nong bertanya pelan. Tie Lan baru tersadar: "Aku sedang berpikir apakah Tan Yong Le punya celah yang mereka pegang. Aku sangat mengenal Tan Yong Le, seharusnya dia tidak mudah menyerah pada mereka." Zhou Min Nong berkata: "Ini aku tidak tahu, sebaiknya kau tanyakan langsung padanya. Ngomong-ngomong Kakak Tie, bisakah kau mengaturkan pekerjaan untukku di rumah sakitmu?"
Tie Lan tertegun sejenak: "Mengapa?" Zhou Min Nong tersenyum kecut: "Aku harus punya identitas agar bisa leluasa berhubungan dengan Kakak Tie. Kalau tidak, kontak kita akan terlalu mencolok." Tie Lan mengangguk: "Di kafe juga bisa, yang ini, sekarang juga bisa kuatur." Zhou Min Nong buru-buru menyela: "Tidak enak, Kakak Tie. Kau sendiri bilang Guru mencurigai kasus ini berkaitan erat dengan industri operasi plastik. Aku masuk rumah sakitmu pasti lebih mudah menyelidiki."
Zhou Min Nong berbicara sangat rasional. Tie Lan mengangguk: "Baiklah, tapi kau paham operasi plastik?" Zhou Min Nong tersenyum kecut: "Tidak." Tie Lan menjawab: "Kalau begitu kau hanya bisa bekerja di bagian administrasi logistik. Tak masalah, akan kuatur! Tapi harus tunggu dua hari, pemegang saham rumah sakit banyak, bukan aku seorang yang bisa putuskan."
Kedua orang itu mengobrol sekitar dua jam sebelum akhirnya berpisah. Dari percakapan tersebut, mereka saling mengetahui banyak hal tentang kasus yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Di lubuk hati Zhou Min Nong mulai muncul keraguan. Meski hanya berinteraksi singkat dua jam dengan Tie Lan, ia bisa merasakan bahwa Tie Lan adalah wanita tangguh yang bersifat jujur. Lalu mengapa Xiao Juan justru mencurigainya? Apakah ini kesalahpahaman atau ada motif lain dari Xiao Juan?
Zhou Min Nong merasa tak sepenuhnya yakin. Namun di benaknya telah matang sebuah rencana: Ia akan memilah informasi dari dialognya dengan Tie Lan saat memberitahu Xiao Juan. Hal-hal sensitif harus disembunyikan untuk sementara. Setidaknya sampai keraguannya terhadap Xiao Juan benar-benar sirna. Secara emosional ia percaya pada Xiao Juan, tapi rasionalitasnya melarang hal itu.
"Jangan mudah percaya pada siapapun kecuali dirimu sendiri" - nasihat Xiao Juan yang kini justru ia terapkan pada Xiao Juan sendiri. Zhou Min Nong tersenyum kecut sambil menghidupkan mesin mobil.
