“Tuan Deng, ada seseorang di luar ingin menemui Anda.” Seorang pemuda mendorong pintu masuk dan melapor. Deng Kun meletakkan koran di tangannya: “Secara spesifik minta bertemu saya?” Pemuda itu mengangguk.
Deng Kun mengerutkan alis. Seharusnya tidak ada yang tahu kedatangannya ke Guangzhou selain Zhu Yi dan Yu Zhongguo. Kok bisa ada orang yang menemukannya? Pemuda itu adalah personel lapangan dari Badan Intelijen yang ditugaskan Yu Zhongguo untuk mendampingi Deng Kun. Empat personel lapangan disiapkan, pertama untuk memudahkan penyelidikan kasus, kedua sebagai pengamanan.
“Suruh masuk!” Deng Kun berkata tenang. Saat pemuda itu hendak keluar, Deng Kun memanggilnya lagi: “Zuo Huan!” Nama pemuda itu Zuo Huan. Ia berhenti: “Ada perintah apa, Tuan Deng?” Deng Kun menyahut: “Selidiki latar belakangnya!” Zuo Huan tersenyum tipis: “Saya juga sedang berpikir begitu!”
Tamu yang masuk adalah lelaki berusia sekitar 35-6 tahun, postur sedang, mengenakan jas abu-abu dan sepatu kulit hitam mengilat. Wajahnya bulat dengan penampilan yang agak lucu.
Deng Kun memicingkan mata menatapnya, tidak menyuruhnya duduk: "Ada apa kau mencariku?" Lelaki itu menyeringai: "Kau Deng Kun, Tuan Deng, kan?" Deng Kun mengangguk tipis, pria itu melirik sofa: "Boleh aku duduk bicara?" Deng Kun baru berkata tenang: "Silakan duduk!"
Pria itu duduk, kembali melirik Zuo Huan yang berdiri kaku di samping, tampak ingin berbicara tapi mengurungkan niat. Deng Kun melambaikan tangan, Zuo Huan paham maksudnya untuk keluar. Ia ragu-ragu, jangan-jangan ada kesalahan pada Deng Kun, itu berarti kelalaian tugas. Deng Kun tersenyum: "Zuo Huan, pergilah, aku baik-baik saja." Sambil berkata, ia menatap lelaki itu.
Pria itu tetap diam, senyuman masih melekat di wajah. Zuo Huan menghela napas, akhirnya pergi.
"Sekarang kau bisa beri tahu siapa dirimu?" Deng Kun menyalakan rokok, berkata dingin. Pria itu mendekatkan kepala: "Tuan Deng, siapa aku tidak penting. Aku cuma kurir dan pesuruh. Datang hanya untuk satu hal: menyampaikan pesan agar Tuan segera meninggalkan Guangzhou. Ada yang bilang, Guangzhou tidak menyambutmu. Jika tidak didengar, nanti terjadi sesuatu jangan salahkan kami."
Deng Kun tersenyum: "Mengancamku? Pernahkah kau berpikir, jika kau mengancamku seperti ini dan aku benar-benar marah, kemungkinan besar kau bahkan tidak akan bisa keluar dari pintu ini." Lelaki itu juga tertawa: "Tuan Deng, sudah kukatakan, aku hanya penyampai pesan. Anda tidak perlu, dan tidak sepadan, bersaing ego denganku. Bahkan jika kau menangkapku, aku tetap tidak tahu apa-apa. Aku berkata jujur, jika aku tahu sesuatu, mereka tidak akan mengizinkanku datang ke sini, benar kan?"
Deng Kun bisa melihat, lelaki ini jelas seorang orang licik. Meski berlagak preman, sebenarnya pemberani, teliti, dan dia tahu betul bahwa Deng Kun tidak akan berani berbuat sesuatu padanya.
Deng Kun mengangguk: "Sepertinya kau punya sandaran yang kuat. Sejujurnya, aku benar-benar ingin melihat apakah kau memang seberani yang kau tunjukkan, seperti tak kenal takut!" Deng Kun berseru keras: "Pengawal!" Zuo Huan dan seorang pemuda lain segera menerobos masuk. Lelaki itu tertegun sejenak, tidak mengerti apa yang akan dilakukan Deng Kun.
Setelah Zuo Huan dan pemuda itu masuk, mereka menatap Deng Kun. Deng Kun menunjuk lelaki itu: "Apapun caranya, buat dia bicara! Meski tidak tahu apa-apa, setidaknya harus tahu siapa yang mengirimnya. Dan ingat, jangan sampai mati, sisakan napas!" Mendengar ini, lelaki itu membeku total: "Hoi, Deng! Dalam perang antar negara pun utusan tidak dibunuh. Aku datang dengan niat baik untuk memperingatkanmu, kau tidak boleh memperlakukanku seperti ini!"
Deng Kun menyeringai: "Kupikir kau sudah gila? Benar-benar menganggap diri sendiri sebagai ancaman?" Zuo Huan memberi isyarat pada pemuda itu, yang langsung mencengkeram lengan lelaki tersebut: "Pergi!" Deng Kun tidak lagi melirik lelaki itu, yang kemudian diseret keluar kamar oleh pemuda itu.
Zuo Huan menutup pintu, lalu duduk di hadapan Deng Kun: "Tuan Deng, sebenarnya siapa orang itu?" Deng Kun menggeleng: "Aku juga tidak tahu. Dia bilang kita harus segera meninggalkan Guangzhou, kalau tidak nanti akan ada masalah." Zuo Huan tertawa: "Berani sekali dia datang mengancam kita!" Deng Kun menatap Zuo Huan: "Hanya Kakak Zhu dan Kepala Biro Yu yang tahu urusan kita di Guangzhou. Bagaimana dia bisa menemukan kita?"
Ekspresi Zuo Huan yang semula riang langsung membeku. Lama kemudian ia bertanya pelan: "Tuan Deng, jangan-jangan kau curiga kami..." Deng Kun menggelengkan tangan: "Jangan melebih-lebihkan. Aku tidak mencurigai kalian. Aku hanya heran, ini baru hari kedua kita di Guangzhou. Kita bahkan belum melakukan aksi besar, hanya menyuruh kalian menyelidiki kasus transplantasi organ di rumah sakit. Kok bisa mereka cepat-cepat menemukan kita di sini?"
Zuo Huan memicingkan matanya: "Tuan Deng, ketiga orang di grup kita itu sudah sangat kukenal. Aku jamin bukan anggota kita yang bocor." Deng Kun melototi dia: "Apa yang kau pikirkan? Sudah kubilang tadi, pembicaraan ini bukan karena curiga pada kalian, tapi untuk mengingatkanmu: mungkin selama penyelidikan kalian tanpa sadar sudah diawasi orang!"
Zuo Huan mengucapkan "Oh": "Kemungkinan seperti itu memang tidak bisa dikesampingkan, ini sepenuhnya kesalahan kami yang kurang kompeten!" Deng Kun menghela napas: "Zuo Huan, ngobrol denganmu kok melelahkan sekali? Aku sedang berdiskusi tentang kemungkinan kasus, bukan menuntut pertanggungjawaban kalian! Mengerti tidak?" Baru sekarang Zuo Huan benar-benar paham maksud Deng Kun: "Saya mengerti."
Deng Kun bertanya lagi: "Apakah dua anggota lainnya sudah kembali?" Zuo Huan menggelengkan kepala: "Belum, nanti akan saya desak!"
"Tidak perlu, tidak ada urusan mendesak, buat apa mendesak mereka? Semoga mereka bisa menemukan petunjuk." Deng Kun mengambil rokok di meja, mengeluarkan sebatang dan melemparkannya ke Zuo Huan: "Jika si tahanan mulai bicara, segera kabari saya." Zuo Huan menangkap rokok itu dan menyahut sebelum pergi.
Deng Kun mengucek-ucek pelipisnya, hendak menelepon Zhu Yi, tapi teringat bahwa Zhu Yi sudah memulai operasi rahasianya. Dengan senyum kecut, dia meletakkan gagang telepon. Tidak terpikir olehnya untuk menghubungi Yu Zhongguo, karena menurutnya Yu tidak bisa memberi saran strategis. Setelah berpikir sejenak, dia memutar nomor Shu Yi.
"Paman Deng!" Suara Shu Yi segera terdengar di telepon. Deng Kun membalas singkat: "Hm. Kakak Zhu baik-baik saja?" Shu Yi berbisik: "Seharusnya baik. Bagaimana dengan situasi di sana?" Tanpa menjawab, Deng Kun balik bertanya: "Seharusnya? Kalian tidak punya kepastian?" Setelah Shu Yi menghela napas dan menjelaskan situasi secara garis besar, Deng Kun berkomentar: "Kalau begini, jika benar terjadi sesuatu padanya, kalian sama sekali tidak bisa membantu!"
Shu Yi tahu maksud Deng Kun: Jika benar-benar terjadi bahaya pada Zhu Yi, meskipun mereka sudah lama mengetahui lokasinya, bahkan jika Shu Yi sendiri sudah berjaga di luar tidak jauh dari sana dan ingin masuk untuk menyelamatkan, tetap saja sudah tidak akan sempat.
Deng Kun berkata: "Sudahlah, karena dia berani melakukan ini, pasti sudah ada pemikiran dan cara tersendiri. Kalian awasi ketat, jangan sampai ada kesalahan sedikitpun." Shu Yi menjawab: "Aku ada di sini. Jika benar-benar terjadi sesuatu, aku akan segera masuk. Ngomong-ngomong Paman Deng, bagaimana kondisi di situ sekarang?" Baru kemudian Deng Kun menceritakan kejadian tadi: "Lihatlah, baru sampai di Guangzhou saja sudah ada yang mengeluarkan perintah pengusiran pada kita!"
Shu Yi tersenyum: "Ini hal positif! Ini membuktikan mereka sudah tidak bisa diam, takut kalian-kalian menemukan petunjuk. Paman Deng, ada ide? Langkah selanjutnya bagaimana?" Deng Kun berbisik: "Ide sih ada, tapi ini cara kuno." Shu Yi mendengarkan dengan seksama saat Deng Kun melanjutkan: "Bukankah mereka ingin memaksa kita pergi dan menghentikan investigasi? Selama kita tidak peduli, pasti mereka akan mengambil aksi nyata. Justru kita harap mereka tidak bergerak - begitu mereka menyerang, kita pasti bisa menemukan celah untuk mengungkap siapa dalang di belakang semua keributan ini!"
Shu Yi tampak khawatir: "Solusinya memang bagus, tapi personel kalian terlalu sedikit. Jangan-jangan kalau harus bertempur jarak dekat dengan musuh bebuyutan, pasti akan kalah. Bagaimana jika kalian menahan diri selama dua hari? Kira-kira paling lambat besok malam Xiao Juan dan Xiao Zhou akan tiba di Guangzhou." Deng Kun merasa gembira di lubuk hati: "Benarkah? Baiklah, dua hari ini aku akan menahan pasukan dulu. Jujur saja, sekarang aku seperti Kakak Zhu, melihat siapa pun merasa tidak nyata, bertemu siapa pun langsung curiga."
Shu Yi bertekad dalam hati: Sekarang mungkin bukan hanya kau yang punya mental seperti ini, bahkan Shu Yi sendiri pernah punya pemikiran serupa. Kecuali orang-orang yang sangat dekat di sekitarnya, orang yang bisa ia percaya dengan tulus memang tidak banyak.
Shu Yi menghibur: "Sudahlah, Paman Deng, dengan kedatangan Xiao Juan nanti, kau akan dapat dua jenderal harimau tambahan!" Deng Kun mengangguk setengah hati: "Hm, Shu Yi, menurutmu sebenarnya mengapa mereka mau mengambil inisiatif menemuiku, membujukku mundur dari kasus ini, lalu memaksaku meninggalkan Kota Hu?"
Shu Yi berpikir sejenak: "Ada dua kemungkinan. Pertama, Guangzhou memang menyimpan rahasia terlarang. Meski kalian belum benar-benar menyentuhnya, tapi sudah membuat mereka khawatir dan takut. Kemungkinan kedua, mereka sengaja melakukan ini. Tujuan sebenarnya bukan karena ada rahasia di Guangzhou, tapi ingin menjebakmu masuk lebih dalam, memfokuskan perhatian di Guangzhou sehingga tidak sempat menyelidiki tempat lain."
“Adapun bocah itu, sepenuhnya adalah umpan yang mereka lemparkan. Semakin sempurna aktingnya, semakin bisa menarik perhatian kalian. Inilah alasan mengapa mereka harus mengirim seseorang seperti ini untuk mengancammu secara langsung. Kalau tidak, bukankah lebih tersembunyi dengan menelepon atau menyampaikan pesan lewat kertas? Biar kalian sama sekali tidak bisa menangkap ekornya!”
Mendengar analisis Shu Yi, Deng Kun mengangguk. Otak bocah ini memang efektif, dan banyak juga yang cocok dengan kesimpulannya sendiri. Ia berkata: "Hm, aku mengerti. Jika ada informasi dari Kakak Zhu, kau harus segera memberitahuku. Jika tidak ada urusan lain, aku akan menutup telepon dulu."
Tak lama setelah menutup telepon, Zuo Huan masuk: "Tuan Deng, dia mau bicara." Mata Deng Li berbinar: "Oh? Kalian memang punya cara! Cepat ceritakan, apa yang dia katakan!"
Zuo Huan berbisik: "Namanya Yang Feiran, seorang dokter. Dia membuka klinik di Distrik Jinxiu, Guangzhou. Kalimat-kalimat itu disuruh orang ucapkan. Tentang siapa yang menyuruh, dia benar-benar tidak tahu. Orang itu menghubunginya lewat telepon umum. Syaratnya, dia harus menyampaikan pesan itu dan memperdengarkan rekaman percakapannya. Sebagai imbalannya, mereka akan membayarnya 100 ribu yuan."
