Guan Ai masih belum percaya, ini terlalu kebetulan. Beberapa hari lalu dia mengusulkan untuk menghadapi Zhu Yi, Jin Fenghuang langsung berlatih dengan wanita itu. Tapi di saat terakhir, setelah dibujuk Jin Fenghuang, akhirnya dia memutuskan menyerah dari pemikiran gila itu. Tapi Zhu Yi tetap kena masalah, lokasinya di Fenglindu, kebetulan pagi ini Jin Fenghuang juga sedang memancing di Fenglindu.
Guan Ai menatap Jin Fenghuang: "Lao Jin, aku tahu kau baik padaku, tapi konsekuensi melakukan urusan seperti ini, seharusnya kau lebih paham dariku?" Jin Fenghuang merangkul bahunya: "Aku tahu, istri, benar bukan aku yang lakukan! Kalau aku yang bikin, sekarang pasti sudah minta hadiah darimu!" Guan Ai menyeringai: "Lebih baik begitu. Kau mau cari mati jajal bawa aku! Aku memang benci Zhu Yi, tapi dia tidak layak kutukar dengan latar belakang keluarga dan nyawaku!"
Hati Jin Fenghuang gelisah, takut Guan Ai melihat rasa bersalahnya: "Tenang istri, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Ini membuktikan banyak yang mau nasib Zhu Yi. Aku heran berapa orang sudah dia sakiti?" Baru sekarang Guan Ai tampak lega: "Katakan, kenapa mereka menangkapnya? Lalu, darimana kau tahu mereka mau nyawanya?"
Jin Fenghuang langsung terdiam, ia terkekek: "Aku cuma nebak, bukannya kau sangat menginginkan nyawanya? Bahkan istriku yang secantik dan sebaik hati itu saja tidak menghargainya, apalagi orang lain?" Meski alasan Jin Fenghuang agak dipaksakan, Guan Ai tetap berhasil dibujuknya.
Di lubuk hati Jin Fenghuang juga bertanya-tanya, apakah mereka benar-benar akan mengambil nyawa Zhu Yi? Memikirkan ini, perasaan bangga mulai menggelayut dalam hatinya. Di sekeliling Zhu Yi tidak kekurangan ahli bela diri, tapi tetap saja jatuh ke tangannya. Ternyata Zhu Yi tidak sebagus kabar angin, dibandingkan desas-desus, pertahanannya terlalu rapuh! Konon pengawalnya sama sekali tidak sempat melancarkan serangan!
Melihat Jin Fenghuang melamun, Guan Ai berbisik: "Bisa cari tahu di mana dia tidak?" Jin Fenghuang kaget, si kecil ini mau apa lagi? Jangan-jangan ia ingin menyelamatkan Zhu Yi? Apa yang ada di otak wanita ini seharian? Dengan penuh kewaspadaan Jin Fenguang bertanya: "Untuk apa kau tanya?" Guan Ai menghela napas: "Aku cuma tidak rela. Meski membencinya, tapi tidak ingin dia mati di tangan orang lain! Jadi aku ingin..."
“Di mata Guan Ai terlihat permohonan, namun di hati Jin Fenghuang terasa getir tak terkira. Bagi Guan Ai, ia sungguh-sungguh menyayanginya. Hampir semua permintaan Guan Ai selalu dipenuhinya. Ketika Guan Ai ingin menghadapi Zhu Yi, bahkan sempat terpikir olehnya - jika benar tidak bisa membujuk Guan Ai, biarkan Xiao Juan menangkap Zhu Yi dulu untuk melampiaskan kemarahan Guan Ai, baru kemudian menyerahkan Zhu Yi kepada Yingjie dan kawan-kawannya. Ia tahu paling-paling Guan Ai hanya akan melampiaskan emosi, mustahil ia benar-benar membunuh Zhu Yi sendiri.”
“Tapi kemudian ia berhasil menasihati Guan Ai. Dengan menangkap Zhu Yi dan menyerahkannya pada Yingjie, urusan selesai. Namun kini keinginan Guan Ai yang tiba-tiba muncul ini sungguh memusingkannya: 'Ini... teknik orang itu bersih dan tepat, sepertinya sudah direncanakan matang. Menurutku kemungkinan besar Zhu Yi sudah tidak ada di Kota Hu lagi, bahkan status hidup-matinya pun tidak jelas!'”
“Guan Ai mendengar lalu mengerutkan alis: 'Ini cuma spekulasimu, Jin! Sejak kapan kau mulai berani menolak permintaanku?' Jin Fenghuang tersenyum kecut: 'Sayang, bisakah kita tidak terjebak dalam air keruh ini?' Guan Ai memicingkan matanya. Sebagai wanita cerdas, dari sikap Jin Fenghuang ia menyadari - pasti ada sesuatu yang disembunyikan suaminya darinya!”
“'Hmph, jadi kau benar-benar tidak mau membantuku menyelidiki?' gerutu Guan Ai dengan suara halus.”
Jin Fenghuang menghela napas: "Istri, bukan aku tidak mau membantumu, hanya..." Ia bingung bagaimana melanjutkan: "Baiklah, akan kusuruh orang menyelidiki, soal bisa ketemu bukti atau tidak, aku tak bisa menjamin!"
Guan Ai tersenyum: "Nah, baru baik! Lao Jin, jangan kau lupa mengapa aku mau bersamamu. Kau sendiri harus tahu, aku bukan orang yang mengejar uang. Apalagi mengejar fisikmu - tampang biasa saja, aura pun tidak ada. Bahkan soal ranjang saja kau payah. Aku ikutmu karena perjanjian kita dulu. Jika kau tak membantuku, aku bisa pergi kapan saja!"
Wajah Jin Fenghuang memerah lalu pucat. Ia tak menyangka dirinya begitu tak berguna di mata Guan Ai. Ucapan itu adalah penghinaan terbesar baginya. Emosinya ingin meledak, tapi akhirnya ditahannya. Entah mengapa, ia tetap tergila-gila pada wanita cantik dan menggoda di hadapannya ini, meski wanita ini sama sekali tak menghargainya.
Dipikirkannya lagi, Guan Ai memang benar. Wanita itu tak kekurangan uang. Sejak awal berkenalan, hidupnya sudah berkecukupan. Apa yang bisa ia berikan? Hanya cinta yang cacat. Karena kecelakaan di masa muda, ia tak lagi bisa menjadi lelaki sejati. Cintanya pada Guan Ai hanya bisa berada di elemen mentalitas, ala Plato. Kadang ia melakukan tindakan gila yang hampir seperti penyiksaan, yang berujung tamparan dari Guan Ai!
Tapi ia tetap tak bisa meninggalkan wanita ini. Hatinya telah terkunci erat olehnya.
"Lao Jin, apakah aku bicara ngawur?" Guan Ai juga merasa nada bicaranya terlalu keras. Ia mendekati Jin Fenghuang, bersandar di pelukannya sambil berbisik. Jin Fenghuang mendengar perkataannya, hatinya melemah lagi: "Tidak apa, kau benar. Tenang saja, urusan ini akan kusuruh orang selidiki baik-baik, pasti tidak akan mengecewakanmu!" Di lubuk hati Guan Ai bergembira, ia mencium pipi Jin Fenghuang. Senyum bahagia kembali merekah di wajah Jin Fenghuang.
Lewat pukul satu dini hari, Shu Yi terbangun oleh dering telepon mendesak. Diangkatnya HP-nya sekilas - ternyata Zhou Min Nong yang menelepon. Jangan-jangan ada masalah di kediaman tim khusus? Shu Yi buru-buru menerima panggilan: "Xiao Zhou, ada urusan apa?" Zhou Min Nong menjawab: "Xiao Juan hilang!" Shu Yi langsung hilang kantuknya: "Xiao Juan hilang? Sejak kapan?"
"Tidak tahu. Terakhir kali kami melihatnya saat makan malam. Setelah makan, ia mengeluh pusing lalu kembali ke kamar beristirahat. Sampai sekitar jam dua belas, aku yang tidak bisa tidur ingin menengok keadaannya. Tapi setelah mengetuk pintu lama tak ada jawaban, firasat buruk muncul. Kusuruh orang ambil kunci cadangan dan buka pintu - ternyata ia menghilang! Bahkan selimut pun terlipat rapi. Kucurigai ia sama sekali tidak pernah kembali ke kamar!"
Shu Yi berbisik: "Kalau begitu ia pergi sendiri?" Zhou Min Nong menyanggah: "Belum tentu. Masih satu anggota tim khusus yang hilang. Kami curiga keduanya menghilang bersama!" Shu Yi merasa kasus ini semakin rumit: "Aku segera ke sana!"
Shu Yi segera tiba di safe house yang disediakan Badan Intelijen Kota Hu. Tak disangka kabar ini sampai mengguncang Shan Qianqiu yang sedang menanyai detail kondisi pada para personel lapangan. Melihat kedatangan Shu Yi, sosok yang sempat kewalahan itu seolah menemukan sosok sentral: "Xiao Shu datang? Cepat, kau yang tangani! Lao Zhu percaya padaku, menyerahkan orang ini padaku. Sekarang menghilang, aku benar-benar tak tahu harus memberi penjelasan bagaimana padanya!"
Shu Yi terlihat sangat tenang. Ia memegang lengan Shan Qianqiu: "Insinyur Shan, Yang Mulia jangan panik. Silakan duduk istirahat dulu, biar saya yang urus." Shan Qianqiu menurut dan duduk. Shu Yi memeriksa sekeliling: "Xiao Zhou mana?" Song segera menjawab: "Ia kembali ke kamar Xiao Juan, ingin melihat apakah ada petunjuk yang tertinggal."
Song membawa Shu Yi ke kamar. Benar saja Zhou Min Nong ada di sana, sedang memicingkan mata bersandar di sisi sofa sambil menatap kosong. Shu Yi menepuk bahunya: "Ada temuan?" Zhou Min Nong tersadar, melihat Shu Yi lalu menghela napas: "Tidak. Saya yakin Xiao Juan sama sekali tidak kembali ke kamar setelah makan malam. Barang-barangnya masih utuh seperti saat saya menempatkannya pertama kali!"
Shu Yi bertanya pelan: "Kau yakin?" Zhou Min Nong menjawab dengan tenang: "Saya yakin. Tidak mungkin salah ingat!"
Shu Yi mengangguk, ia percaya pada perkataan Zhou Min Nong. Meski Zhou Min Nong masih muda, bisa dibilang sudah menjadi polisi senior. Kemampuan observasi dan daya ingatnya seharusnya tak bermasalah. Shu Yi bertanya pada Song: "Bagaimana kondisi personel lapangan yang hilang bersamanya?"
Song menjawab: "Personel lapangan itu dikirim dari Kota Hu. Awalnya menurut instruksi Insinyur Shan seharusnya tidak melibatkan personel kepolisian Kota Hu, tapi Tuan Zhu menasihati sehingga kami menyisakan empat orang. Yang hilang itu bermarga Song juga, bernama Song Mingzhu, seorang kawan wanita berusia 30 tahun. Lulus sekolah di usia 24 tahun langsung bergabung dengan Badan Intelijen Kota Hu, pernah menerima dua kali Penghargaan Kelas Tiga dan sekali Penghargaan Kelas Dua, catatan kerjanya selalu bagus!"
Zhou Min Nong berkata tenang: "Saat ini kita belum bisa memastikan apakah kedua kasus hilangnya ini punya hubungan kausal." Shu Yi mengagumi sikap objektif Zhou Min Nong ini. Secara logis, hubungan Zhou Min Nong dengan Xiao Juan cukup baik, seharusnya ada ikatan emosional di antara mereka. Dalam situasi seperti ini masih bisa menjaga ketenangan dan objektivitas memang langka.
Shu Yi berkata: "Xiao Song, apakah kasus ini sudah dilaporkan ke kepolisian Kota Hu?" Xiao Song mengangguk: "Sudah, mengingat Song Mingzhu adalah personel mereka. Tapi saya hanya memberitahu Direktur Chen Tianlei, dan sesuai permintaan Insinyur Shan, meminta Direktur Chen menjaga kerahasiaan. Paling hanya boleh memberi tahu Direktur Wu, informasi ini tidak boleh menyebar lebih luas."
Zhou Min Nong menatap Shu Yi: "Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan secara pribadi denganmu!" Shu Yi tersenyum, Song dengan cerdik segera meninggalkan kamar. Shu Yi memberi isyarat agar Zhou Min Nong duduk lalu berkata: "Apakah kau ingin bilang bahwa kau tidak mau pergi ke Guangzhou? Kau ingin tetap di sini mencari keberadaan Xiao Juan?" Zhou Min Nong terkejut, tak menyangka Shu Yi sudah tahu isi hatinya sebelum sempat membuka mulut.
Ia mengangguk kuat: "Sepanjang perjalanan ini, Xiao Juan sangat merawatku. Bahkan bisa dibilang, aku bisa bertahan sampai sekarang tidak lepas dari dukungan dan dorongannya. Jika bukan karena dia, aku..." Ia berhenti sejenak: "Bagaimanapun, setidaknya saat ini aku tidak boleh pergi. Selama belum menemukannya, aku takkan meninggalkan Shanghai!" Shu Yi bisa memahami perasaannya, tapi tetap bersikeras: "Kau harus pergi! Pencarian Xiao Juan akan kami tangani. Tapi kau harus ke Guangzhou!"
Zhou Min Nong menyeringai: "Bagaimana jika aku menolak?" Shu Yi menghela napas: "Deng Kun sedang terancam. Saat ini orang yang bisa dipercaya sangat sedikit. Kebetulan Guru mengatakan kau salah satunya. Di sisi Deng Kun kekurangan personel. Selainmu, saat ini sulit mencari orang yang tepat. Sedangkan untuk mencari Xiao Juan, tanpa dirimu pun kami masih bisa mengerahkan tenaga yang memadai."
