Hua Ao murka sekali: "Kepala Lei, bocah ini benar-benar sombong, dia sama sekali tidak menganggap kita!" Lei Ting justru sangat tenang. Dia sempat menatap kosong, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak: "Hua Ao, rupanya mereka sudah memakan kita hidup-hidup!"
Hua Ao tak paham maksud Lei Ting. Lei Ting menghela napas: "Kamu tidak dengar apa yang dia katakan di telepon? Sudah dari awal dia tahu alasan kita mengembalikan Jing Xiang ke Xinyun adalah untuk memancingnya keluar. Sekarang dia sudah menampakkan diri, bahkan sengaja bicara seperti itu padahal tahu kita sedang memantau percakapannya dengan Jing Xiang. Dia yakin kita pasti akan mengirim Jing Xiang demi menangkapnya!"
Hua Ao menatap Lei Ting: "Kalau begitu, Kepala Lei, sekarang kita sudah tahu strateginya, masih mau terjebak?" Lei Ting meliriknya: "Menurutmu?" Hua Ao berpikir sejenak: "Saya tidak tahu rencana Kepala Lei!" Lei Ting balik bertanya: "Lalu, apa pendapatmu sendiri?" Hua Ao menggigit bibirnya: "Saya?" Hua Ao benar-benar bingung. Ini jelas-jelas jebakan yang sudah dipersiapkan, haruskah kita terjun?
Tapi kalau tidak, bukankah semua usaha membawa Jing Xiang menginap di Xinyun selama ini jadi sia-sia? Mungkin ini satu-satunya kesempatan untuk menangkap Gao Han. Hua Ao akhirnya berbisik: "Saya akan mencoba!"
Lei Ting tertawa: "Meski tahu peluang menang tak besar, kita harus berjudi demi peluang. Hasil akhirnya cuma tiga kemungkinan: Pertama, optimis kita berhasil menangkapnya; Kedua, kita makan hati saat dia lancar membawa Jing Xiang pergi; Ketiga, imbang - dia gagal, kita pun tak menangkap siapapun. Tak ada kerugian bagi kedua tim! Tapi bagaimanapun hasilnya, kita harus mencoba!"
Hua Ao mengkhawatirkan: "Seandainya Jing Xiang benar-benar diculik mereka, bagaimana kita jujur ke atasan?" Lei Ting berkata tenang: "Urusan klarifikasi nanti saja. Hua Ao, bertindak tak boleh seperti kau yang selalu takut serigala di depan, gentar harimau di belakang!" Hua Ao tersenyum kecut.
Zhu Yi merasa sangat bosan. Dua hari terakhir ia hanya makan-tidur, tidur-makan, sesekali nonton televisi atau menyeduh teh. Ia mencoba mengajak ngobrol Kakak Ying, tapi selalu dibalas lirik ke atas. Justru si gadis bernama Xiao Mei yang memberinya hiburan. Si gadis berapi-api ini tak bisa menyembunyikan isi hati. Yang paling menarik adalah mulutnya yang ceplas-ceplos. Zhu Yi menggoda nya untuk menghibur diri sekaligus mencoba mengorek informasi.
Sayangnya Kakak Ying selalu hadir. Setiap kali Xiao Mei mau bicara, Kakak Ying langsung menghentikannya tepat waktu. Namun Zhu Yi bisa melihat, Kakak Ying sangat memperhatikan gadis ini meski tak tahu alasannya.
Ada satu hal lagi, yaitu villa ini seharusnya memiliki pintu keluar lain. Awalnya ia yakin ada seseorang di lantai atas, seseorang yang bisa mengambil keputusan. Tapi sudah dua hari, orang itu sama sekali tidak muncul. Ia tidak percaya orang itu akan terus bersembunyi di kamar. Selama dua hari ini ia juga memperhatikan dengan teliti suara dari lantai atas. Menurutnya, pasti ada pintu masuk/keluar lain di villa ini.
Zhu Yi sangat penasaran siapa sebenarnya orang di lantai atas itu. Sudah dua hari, mereka membawanya ke sini tapi membiarkannya begitu saja, tanpa menjelaskan tujuan mereka. Apakah timing-nya belum tepat? Ataukah mereka hanya menganggapnya sebagai sandera penting? Kalau memang sandera, tak perlu mereka merawatnya dengan makanan enak dan minuman lezat. Sebagai sandera, ia menikmati perlakuan level VIP. Bahkan ketika ia meminta peralatan teh berkualitas tinggi, mereka benar-benar menyediakannya. Mengapa?
Zhu Yi menyalakan rokok, memicingkan mata sambil menatap kosong ke peralatan teh di meja.
Siapa sebenarnya orang itu? Mengapa lama sekali tidak menemuinya? Kalau tidak ada di sini masih bisa dimengerti, tapi jelas-jelas ada di sini. Mengapa menghindar? Jika bisa menangkapnya, wajar saja jika muncul sebagai pemenang untuk pamer kemenangan. Tapi mengapa bersembunyi? Ini tidak normal. Apakah dirinya sama sekali tidak menarik? Apakah orang itu tidak punya rasa ingin tahu sedikitpun?
Zhu Yi sangat heran. Ini sangat tidak logis, kecuali...
Mata Zhu Yi berbinar. Orang itu bertingkah sangat tak wajar, sama sekali tidak mau bertemu dengannya. Setelah dipikir-pikir, hanya ada satu kemungkinan: orang ini pasti mengenal dirinya, setidaknya pernah melihatnya! Zhu Yi mengangkat pandangan ke arah Jie Ying yang sedang duduk di sofa lain mengoles kuku, senyum mengembang di wajahnya. Namun adik perempuan yang berdiri di belakang Jie Ying melototinya: "Tertawa apa?"
Zhu Yi menghisap rokoknya perlahan: "Aku sudah menebak siapa orang di lantai atas itu, makanya aku tertawa!" Adik perempuan itu tertegun sejenak, lalu cemberut: "Kau bohong, mana mungkin kau tahu?" Zhu Yi berkata tenang: "Percaya atau tidak, dia itu kenalan lamaku. Dia menghindar karena tak ingin aku tahu dialah yang menyuruh orang menyekapku ke sini!"
Adik perempuan itu membuka mulut lebar: "Bagaimana kau tahu?" Jie Ying buru-buru berteriak: "Adik! Lupa pesanku? Jangan bicara dengannya!" Sayangnya terlambat. Ekspresi adik perempuan itu telah mengkonfirmasi tebakan Zhu Yi. Ternyata benar orang itu adalah kenalannya. Tapi siapa?
Jie Ying memandang Zhu Yi dengan mata berapi: "Keluarga Zhu! Jangan coba-coba main akal!" Lalu dia berpaling ke adik perempuannya: "Mulai sekarang, naiklah ke atas. Tanpa izinku, jangan turun lagi." Wajah adik perempuan itu penuh ketidakadilan, tapi sepertinya dia tidak berani melawan. Dengan cemberut, dia pun naik ke lantai atas.
Zhu Yi menghela napas: "Mengapa harus menyulitkan seorang anak kecil?" Kakak Ying menyeringai: "Lagi pula, mengapa kau berusaha mengakali seorang anak kecil?" Zhu Yi menggelengkan kepala: "Ucapanmu tidak enak didengar, aku mengakali apa? Seharusnya kalianlah yang berencana, jika tidak mengapa aku bisa berada di sini!" Adik perempuan yang baru sampai di tikungan tangga menyela: "Asal ngomong! Ini jelas seperti memancing di air jernih, yang mau terjerat silakan!"
Mata Zhu Yi memicing. Perkataan adik perempuan itu tiba-tiba membuat hatinya terang benderang. Benar juga peribahasa memancing di air jernih, yang mau terjerat silakan. Bukankah ini membuktikan bahwa dirinyalah yang sengaja masuk ke dalam perangkap mereka? Zhu Yi tertawa terbahak-bahak. Wajah Kakak Ying menjadi masam: "Zhu Yi, bisakah kau jangan terlalu pintar? Jika kau masih ingin keluar dari sini dengan selamat..."
Adik perempuan itu kini sadar telah bicara ngawur. Ia berlari kecil menaiki tangga.
Kakak Ying melirik dua wanita muda lain di dalam ruangan. Dengan tenang ia berkata: "Kalian keluar!" Keduanya menjawab "Ya" lalu membukakan pintu dan pergi.
Zhu Yi menatap Kakak Ying. Tindakan Kakak Ying mengusir bawahannya pastilah karena ingin membicarakan sesuatu dengannya. Meski ucapan Kakak Ying tadi terdengar tidak enak, Zhu Yi justru merasakan tidak ada niat jahat, malah seperti ada kekhawatiran akan keselamatannya. Tampaknya Kakak Ying mungkin adalah titik lemahnya. Tapi mengapa Kakak Ying bersikap seperti ini? Ingatan Zhu Yi sejak dulu memang tajam. Ia yakin betul tidak pernah mengenal Kakak Ying sebelumnya.
“Zhu Yi, kamu lebih pintar dari yang kubayangkan! Hanya saja, terkadang tahu terlalu banyak justru bukan hal baik!” Kakak Ying menurunkan suaranya dan berbisik pelan. Zhu Yi tersenyum tipis: "Terima kasih atas perhatianmu!" Kakak Ying menengadah ke atas: "Sebenarnya jika kau tetap diam dengan jujur seperti sekarang, dalam beberapa hari kau bisa pergi dengan selamat. Tapi sekarang..."
Ekspresi Zhu Yi tetap tersenyum: "Lalu bagaimana sekarang?" Kakak Ying berkata: "Jika kau ingin selamat, jangan ulangi perkataan tadi! Aku akan berusaha menutupi kasus ini." Zhu Yi bertanya pelan: "Dia sedang tidak di lantai atas?" Kakak Ying menjawab: "Pergi keluar!" Zhu Yi bertanya lagi: "Bagaimana dengan Adik? Sepertinya kau sangat merawatnya."
Kakak Ying tersenyum kecut: "Adik anak yang nasibnya getir. Sejak kecil ikut denganku. Zhu Yi, dengarkan nasihatku, patuhi aturan selama dua hari ini. Jangan membuatku serba salah!" Zhu Yi mengajukan pertanyaan terakhir: "Mengapa kau membantuku? Jika tidak salah lihat, hubunganmu dengannya sangat tidak biasa. Dan dia seharusnya orang yang paling mempercayaimu. Tak ada alasan bagimu untuk membantuku!"
Sudut mulut Kakak Ying bergetar: "Aku... aku..." Zhu Yi mengawasinya dengan tajam. Akhirnya Kakak Ying menghela napas panjang: "Jangan tanya lagi! Yang perlu kau tahu, aku tidak berniat jahat padamu! Meski dulu pernah membencimu, tapi setelah mengetahui kebenaran itu, rasa benciku sudah hilang."
Zhu Yi seperti teringat sesuatu. Kakak Ying tiba-tiba berdiri: "Ingat pesanku." Setelah berkata demikian, dia pergi. Zhu Yi tahu pasti dia pergi untuk memberi instruksi pada bawahannya agar tidak sembarangan bicara.
Otak Zhu Yi kacau balau. Orang di lantai atas itu sudah ditebaknya, dia adalah Xiao Juan! Kalimat yang diucapkan adik perempuan itu telah mengungkap identitasnya: "Jiang Taigong memancing, yang mau tersangkut silakan!" Pertandingan ini awalnya direncanakan oleh Xiao Juan, dia hanya memanfaatkan Jin Fenghuang yang masih belum menyadarinya. Dalam permainan ini ada sosok kunci lain, yaitu Guan Ai. Jika bukan karena Guan Ai yang memulai aksi ini, Jin Fenghuang tidak akan mencari Xiao Juan.
Karena Jin Fenghuang menghubungi Xiao Juan, barulah Xiao Juan datang menemui dirinya. Dan dirinya sendiri dengan sukarela terjebak dalam perangkap ini!
Guan Ai dan Xiao Juan adalah satu kelompok. Jin Fenghuang tidak mengetahui hal ini, meski dia sendiri juga anggota organisasi. Namun dia tidak mengenal Xiao Juan karena mereka berada di level yang berbeda. Selama ini Jin Fenghuang selalu berhubungan dengan Kakak Ying! Meski Kakak Ying tadi tidak menjelaskan alasan membantu dirinya, ada satu hal yang sudah diisyaratkan: kemungkinan besar dialah Guan Ai yang sebenarnya! Guan Ai yang mirip dengan Guan Xin itu adalah hasil rekayasa, diciptakan khusus untuk mengelabui Zhu Yi!
Zhu Yi merasa seperti tersiram air dingin. Jebakan ini dirancang sempurna tanpa cela. Xiao Juan berhasil memanfaatkan Zhou Min Nong untuk mendapatkan kepercayaannya. Segala yang dilakukan Xiao Juan pada Zhou Min Nong juga tidak menimbulkan kecurigaan. Dia mengarang kisah tragis Kong Xin yang nasibnya mirip dengan Zhou Min Nong. Faktanya, Kong Xin benar-benar ada dan terkait erat dengan kasus ini!
Zhu Yi menghela napas, seorang genius, yang paling menggelikan, taktik "menjerat musih dalam perangkap" mereka ini malah dibantu dengan sukarela oleh dirinya sendiri. Tapi di lubuk hati, Zhu Yi mulai memahami satu masalah internal: pendekatan awalnya memfokuskan investigasi ke Kota Hu dan meminta bantuan Tie Lan adalah keputusan yang tepat! Tindakan Xiao Juan membawa Zhou Min Nong ke Shanghai, serangkaian insiden yang menimpa Tie Lan, semua ini bertujuan untuk memutus jaringan Tie Lan sekaligus menjerat dirinya ke dalam perangkap mereka!
