Sebenarnya Zhu Yi sudah tahu maksud Xiao Juan sejak percakapan singkat mereka. Semua cerita tentang akan ada yang menjemputnya, permintaan bereaksi wajar, dan ancaman bahaya itu omong kosong. Inti percakapan ini adalah upaya terakhir Xiao Juan untuk merebut kepercayaannya.
Ini membuat Zhu Yi waspada. Tampaknya mereka pasti akan melakukan langkah lanjutan. Apa yang akan mereka lakukan?
Tapi dia segera mengetahuinya, karena sebelum makan malam Kakak Ying sudah membawa dua orang menerobos masuk ke kamarnya. Zhu Yi sedang duduk di sofa kayu tepi tempat tidur sambil merokok. Mendengar keributan, dia menatap Kakak Ying. Di belakang Kakak Ying ada dua lelaki berkemeja putih. Zhu Yi tersenyum: "Kakak Ying, kalian mau apa ini?"
Wajah Kakak Ying masam. Ia melototi Zhu Yi tanpa menjawab, hanya melambaikan tangan. Dua orang berkemeja putih itu langsung mendekati Zhu Yi. Kakak Ying menghela napas, keluar dari kamar dan menutup pintu.
"Lepaskan semua bajumu!" seorang lelaki berkata dingin. Saat ini Zhu Yi sudah mengerti maksud mereka. Pasti mereka mencurigai adanya chip atau sistem pelacakan yang tersembunyi di tubuhnya. Zhu Yi menyingsingkan lengan baju kiri, menunjuk area dekat ketiak yang ada bekas luka bakar baru: "Tak perlu dilepas, di sini."
Kedua lelaki itu saling memandang. Salah satunya mengambil pisau bedah dari kotak kecil, mencengkeram lengan kiri Zhu Yi dan langsung menghujamkannya. Zhu Yi menjerit "Aaa!", darah mengalir dari lukanya. Pisau bedah itu mencungkil chip keluar, kemudian mereka menaburkan obat putih ke luka sebelum membalutnya dengan perban dan gulungan kain kasa. Tapi mereka masih belum tenang, memeriksa seluruh tubuh Zhu Yi sekali lagi. Setelah yakin tak ada yang tersisa, barulah mereka berbalik pergi.
Baru saja dua lelaki itu pergi, Kakak Ying masuk. Asap rokok tipis mengepul dari jari kirinya: "Kalau kau mau kabur sekarang, masih sempat. Aku akan membantumu!" Zhu Yi tersenyum tipis: "Aku tidak akan pergi!" Wajah Kakak Ying berubah masam: "Chip dalam tubuhmu sudah dicabut. Dia akan memindahkanmu. Begitu terjadi, rekanmu takkan bisa menemukanmu lagi. Aku juga tak diizinkan ikut. Menurutmu, apa yang masih bisa kau lakukan nanti? Nyawa saja tak bisa diselamatkan, mau melakukan apa lagi?"
Zhu Yi mengerutkan alis. Perkataan Kakak Ying memang ada benarnya. Tapi apakah dirinya harus benar-benar menyerah begitu saja?
Melihat keraguan di wajah Zhu Yi, Kakak Ying menyeringai: "Dulu kau sengaja membiarkan diri tertangkap, kan? Hanya ingin tahu siapa dalang di balik semua ini. Sekarang kau sudah tahu. Masih ada gunanya bertahan? Mau jadi sekadar pion baru di tangannya?"
Perkataan itu seperti tamparan bagi Zhu Yi. Benar, selama ini dia terlalu nekad. Mengapa harus bertahan? Karena ingin menyaksikan kelanjutan drama ini. Tapi apa harus di sini? Melompat keluar pun bisa melihat, hanya masalah sudut pandang.
Kakak Ying tak bisa menyembunyikan semangatnya melihat perubahan sikap Zhu Yi: "Gimana? Sudah putuskan? Besok malam mereka akan memindahkanmu. Bisa jadi malah malam ini. Begitu kau meninggalkan tempat ini, aku takkan bisa membantu lagi!"
Zhu Yi memicingkan matanya: "Kau membantuku, lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?" Ying Jie berkata: "Tentu saja ikut pergi bersamamu, masak mau tinggal biar mereka menyiksa?" Zhu Yi mengangguk tipis: "Kaulah Guan Ai yang sebenarnya, ya?" Ying Jie tersenyum kecut: "Sebenarnya di hatimu sudah ada jawabannya, buat apa bertanya lagi padaku?"
Zhu Yi dengan cepat memikirkan untung-rugi antara pergi atau tinggal.
Setelah dipikir-pikir, perkataan Ying Jie memang masuk akal. Tinggal di sini meski bisa melihat sesuatu, tapi jika informasi tidak bisa dikirim keluar bahkan nyawa melayang, buat apa? Akhirnya Zhu Yi mantap bertekad: "Kau yakin kita bisa kabur?" Ying Jie berkata tenang: "Aku punya caraku sendiri!"
Zhu Yi mengangguk: "Baik, kapan?" Ying Jie menjawab: "Setelah makan malam, sekitar pukul sembilan. Aku akan menjauhkan mereka semua, lalu membawamu pergi." Zhu Yi tersenyum: "Lewat koridor belakang?" Ying Jie menyeringai: "Tak kusangka kau tahu ini juga."
"Kalau tidak, bagaimana mungkin Xiao Juan bisa bolak-balik dengan leluasa?"
"Yang aneh, kenapa kau sebut koridor belakang bukan pintu belakang?" Ying Jie benar-benar merasa Zhu Yi ini misterius, seolah banyak hal sudah sepenuhnya dipahaminya. Zhu Yi menggosokkan tangannya: "Karena kalau cuma ada pintu belakang, dia pasti diawasi orang kita. Jadi kuduga pasti ada terowongan yang menuju tempat tak jauh dari sini."
Kakak Ying tersenyum kecut, ternyata analisis Zhu Yi sesederhana itu: "Tebakanmu benar, memang ada koridor seperti itu, tapi kita tidak bisa melewatinya. Kita hanya bisa keluar lewat gawang, karena ujung koridor itu adalah rumah lain tempat Xiao Juan tinggal. Jejaknya bahkan aku tidak bisa menjamin, jadi kita tidak bisa lewat koridor itu."
Shu Yi menerima telepon dari tim teknis yang bertugas memantau kondisi Zhu Yi. Tim teknis memberitahu Shu Yi bahwa menurut sinyal yang mereka terima, tanda vital Zhu Yi sudah tidak terdeteksi. Karena chip itu bekerja dengan sensor suhu, jika chip dicabut, lingkungan suhu tubuhnya tidak akan ada lagi.
Shu Yi tidak buru-buru kembali ke hotel. Saat ini, kembali ke hotel dan berdebat dengan tim teknis di depan tumpukan peralatan sama sekali tidak berguna. Ia bertanya: "Bisakah dipastikan apakah orangnya mengalami masalah?" Orang itu menjawab: "Tidak bisa. Kami hanya bisa mengatakan bahwa tanda vital yang terdeteksi chip telah menghilang. Ada tiga kemungkinan: Pertama, chipnya rusak - tapi kemungkinan ini hampir mustahil karena sudah melalui tes berkali-kali. Kedua, orangnya memang mengalami masalah sehingga suhu tubuhnya berubah. Tentu ada kemungkinan ketiga, yaitu chip sengaja dicabut."
Shu Yi mengucapkan terima kasih. Tim teknis bertanya apa yang harus dilakukan selanjutnya. Shu Yi berkata: "Misi kalian sudah selesai. Pulanglah ke Yanjing!" Shu Yi tahu alamat tempat Zhu Yi ditahan, tapi sekarang ia merasa serba salah. Ia tidak tahu masalah apa yang sebenarnya dihadapi Zhu Yi, dan apakah harus segera mengorganisir operasi penyelamatan.
Ia kedua tangan menggenggam setir, kedua jari telunjuknya mengetuk cepat. Ia harus mengambil keputusan tepat, memikirkan solusi dalam waktu tersingkat. Saat pikirannya kacau balau, Lu Yilei menelepon: "Apa rencanamu?" Lu Yilei mungkin sudah menerima laporan tim teknis. Begitu pengawasan terhadap Zhu Yi lepas kendali, panik pun melandanya. Tanpa prolog, langsung ia melontarkan pertanyaan itu.
Shu Yi menjawab dengan suara lembut: "Belum ada kepastian. Saat ini yang terpenting adalah memastikan apakah Guru masih hidup." Lu Yilei membalas: "Hm... Tapi kita tak bisa mengulur waktu. Setiap menit yang berlalu menambah bahaya baginya. Secara pribadi kusarankan segera kerahkan personel untuk menyelidiki lokasi itu. Harus temukan Zhu Yi dan pastikan keamanannya!"
Shu Yi ragu: "Menurutku menerobos paksa tak bijak. Jika mereka hanya memindahkan chip dari tubuh Guru, tindakan kita justru akan memperburuk situasinya. Selama Guru masih di tangan mereka, posisi kita tetap tertekan. Jika memaksa masuk, kita bisa memancing mereka hingga membahayakan Guru."
Lu Yilei mendengar juga tidak bisa putuskan sendiri: "Bagaimana dengan pemikiranmu?" Shu Yi berpikir sejenak: "Mereka bisa menebak bahwa di tubuh Guru mungkin ada pelacak dan merasa aneh, ini kesalahan kita sendiri yang tidak melakukan persiapan cukup baik. Guru sudah diculik mereka, tapi kita tidak ada reaksi besar, bahkan bisa dibilang diam saja, pasti mereka curiga!" Lu Yilei tersenyum kecut: "Memang, dari performansi kita mereka sudah melihat bahwa kita pasti punya andalan, asal memeriksa tubuh Zhu Yi dengan teliti pasti akan menemukan chip itu!"
Shu Yi menjawab: "Sebenarnya mereka seharusnya sudah menemukannya sejak lama, tapi kenapa baru sekarang memindahkannya keluar?" Mendengar pertanyaan Shu Yi ini, Lu Yilei pun mulai merenung: "Kemungkinan besar mereka ingin memindahkan Zhu Yi untuk menghindari pengejaran kita?" Shu Yi juga berpikir demikian: "Benar, jadi pemikiranku begini: lakukan blokade di jalan keluar villa. Begitu mereka meninggalkan villa, kita cari alasan yang jelas untuk melakukan pemeriksaan, memastikan penyelamatan Guru bisa dilakukan dengan selamat."
Lu Yilei sangat setuju dengan ide Shu Yi: "Baik, urusan ini kau yang tangani. Jika diperlukan, bisa berkoordinasi dengan Stasiun Kota Hu." Shu Yi buru-buru menambahkan: "Tidak perlu, aku lebih baik berkomunikasi dengan pihak Shan Qianqiu. Lagipula kasus ini tidak terlalu terkait dengan Keamanan Militer, harus tetap menghormati tim khusus!"
Lu Yilei tersenyum sambil mencibir: "Si licik! Kalau begitu segera lakukan, soal waktu jangan sampai tertunda."
Shu Yi menutup telepon lalu segera menghubungi Shan Qianqiu. Tapi dalam percakapan telepon dia tidak menjelaskan detail masalah, hanya mengatakan mau segera bertemu.
"Xiao Shu, silakan duduk!" Shan Qianqiu tersenyum mempersilakan Shu Yi duduk. Xiao Song menuangkan secangkir teh dan ikut duduk di samping. Shan Qianqiu mengira kedatangan Shu Yi terkait dua orang di kedai teh tadi: "Bagaimana, berhasil mengejar mereka?" Shu Yi mengangguk: "Sudah, tapi urusan ini kita bicarakan nanti. Saat ini ada keadaan darurat!"
Shan Qianqiu melirik Xiao Song. Meski belum banyak berinteraksi dengan Shu Yi, kesan yang mereka dapat adalah sosok yang tenang. Kini pria itu tampak panik sampai kehilangan kendali. Memang Shu Yi harus khawatir - perhatiannya terhadap Zhu Yi tidak kalah dibanding Lu Yilei dan Deng Kun.
"Guru mungkin mengalami sesuatu!" Begitu Shu Yi bicara, Shan Qianqiu langsung terkejut: "Ada apa dengan Tuan Zhu?" Shu Yi baru tersenyum kecut: "Kepala Lu memasang chip di tubuh guru untuk pelacakan presisi. Tapi tadi... chip itu dikeluarkan!" Xiao Song tertegun: "Bagaimana kalian tahu chip itu dikeluarkan? Meski dicabut, fungsi pelacakannya masih..."
Shu Yi menghela napas: "Chip itu dikendalikan suhu. Begitu suhu berubah, banyak fungsinya akan terganggu." Shan Qianqiu mengangguk: "Ini hasil penelitian terbaru tahun lalu kami di Keamanan Militer yang masih dalam tahap percobaan. Shu Yi, kau datang kesini pasti sudah punya rencana aksi?"
