Deng Kun menatap Tie Lan dengan perih. Dibandingkan Zhu Yi, kontrol emosi Deng Kun memang lebih rendah: "Tie Lan, mengapa? Mengapa kau melakukan ini?" Tie Lan menatap mantan temannya ini, hatinya juga tersentuh. Dengan tenang dia berkata: "Tak ada alasan khusus. Sebenarnya sejak awal aku sudah tahu akan ada hari seperti ini, hanya sayang tak bisa membunuhnya!"
Tatapannya yang dingin tertuju pada Zhu Yi.
Zhu Yi tersenyum kecut: "Semua ini kau lakukan hanya untuk membunuhku?" Tie Lan mendengus dingin, tak mau bicara lagi. Zhu Yi menghela napas: "Tie Lan, aku selalu mengira kita berteman. Bukankah persahabatan kita sudah lebih dari sepuluh tahun?" Tie Lan menjawab dingin: "Tidakkah kau pernah berpikir? Berteman denganmu hanya demi suatu hari bisa membunuhmu!"
Zhu Yi masih belum mengerti. Dia merasa tak seharusnya ada dendam mendalam antara dirinya dengan Tie Lan. Latar belakang Tie Lan juga telah disuruhnya Shu Yi selidiki, dan tak ditemukan masalah apapun.
Zhu Yi dengan wajah penuh kepahitan: "Aku benar-benar tidak tahu kapan aku pernah tidak sopan padamu, bahkan jika sesekali ada perselisihan kecil di antara kita, itu hal sepele, tak sampai membuatmu ingin membunuhku, kan?" Tie Lan tersenyum, senyum itu penuh ejekan dan meremehkan: "Sepertinya jika tidak diberi petunjuk, kau tak akan pernah mengerti."
Zhu Yi memandangnya dalam keheningan. Tie Lan menyilangkan tangan di depan dada: "Kau tahu latar belakangku, ayahku meninggal muda, ibulah yang membesarkanku. Tapi kau tidak tahu, sebenarnya ayahku tidak bermarga Tie. Marga aslinya apa, aku pun tidak tahu. Aku pernah bertanya berkali-kali pada ibu, tapi dia tidak pernah menjawab. Hingga setelah dia meninggal, ada seseorang menemukiku. Dia mengaku sebagai sepupuku!"
Mata Zhu Yi yang awalnya memicing tiba-tiba membelalak. Tie Lan tersenyum: "Kak Zhu, kau selalu terkenal cerdas. Setelah kuceritakan sampai di sini, bisakah kau tebak, siapakah sepupu perempuan ini?" Zhu Yi mengerutkan alis. Mengingat Tie Lan yang seolah punya dendam dan ingin menghabisinya, hatinya mulai tersirat pencerahan: "Kakak Ying, alias Guan Ai! Kalau begitu kau juga demi Guan Xin..."
Segala sesuatunya menjadi jelas bagi Zhu Yi. Seandainya Tie Lan benar sepupu Guan Ai, besar kemungkinan dia dan Guan Xin adalah saudara kandung seayah beda ibu. Kebenciannya padaku dan keinginannya membalas dendam untuk Guan Xin menjadi sangat masuk akal. Zhu Yi menghela napas: "Sungguh tak kusangka, kau ternyata adik kandung Guan Xin!"
Tie Lan tertegun sejenak, Zhu Yi memang cepat tanggap. Dirinya baru saja mengawali topik, pria itu sudah langsung menangkap maksudnya. Namun Zhu Yi tetap salah. Meski dirinya dan Guan Xin bisa dibilang bersaudara, urusan Guan Xin sama sekali tidak ia pedulikan. Ia berkata dengan tenang: "Tebakanmu benar, aku dan Guan Xin memang bersaudara. Tapi alasan kubunuh kau bukan untuknya!"
Kali ini Zhu Yi kembali bingung. Bukan karena Guan Xin, lalu mengapa?
Tie Lan berbisik: "Dalam ingatan masa kecilku, ada seorang adik perempuan yang dua tahun lebih muda. Ayahku entah dari mana menjemputnya, tinggal bersama kami selama dua tahun penuh. Saat itu usiaku enam tahun, dia empat tahun. Dua tahun itu bagiku penuh berkah dan kebahagiaan! Seluruh keluarga berkumpul, harmonis. Sungguh membuatku memahami arti sejati kebahagiaan!"
"Sayangnya masa indah tidak bertahan lama. Suatu hari dua tahun kemudian, Ayah dan adik itu tiba-tiba menghilang. Awalnya Ibuku bilang Ayah pergi cari uang untuk menghidupi keluarga. Tak lama kemudian, dia berkata Ayah sudah mati. Ketika kutanyakan tentang adik itu, Ibu malah marah-marah seakan gila. Sejak itu aku tak pernah lagi menyinggung soal Ayah dan adik. Tapi semua itu menjadi hambatan mental yang tak terduga - ternyata dalam dua tahun, rasa sayangku pada adik itu bisa sedalam ini!"
"Setelah itu, kematian Ayah dan hilangnya adik perempuan menjadi teka-teki bagiku. Dengan meninggalnya Ibuku, misteri ini semakin tak terpecahkan! Tapi tiba-tiba Guan Ai muncul. Awalnya aku juga tidak percaya ucapannya, tapi setelah tes DNA, ternyata kita memang punya hubungan darah!" Tie Lan tersenyum kecut: "Kemudian dia menceritakan sebuah kisah panjang. Kisah ini membuatku tahu siapa ayahku sebenarnya, bagaimana dia mati, dan juga mengungkap identitas adik yang menghapus ingatan masa kecilku - bagaimana dia meninggal!"
Otak Zhu Yi bekerja cepat. Adik perempuan yang disebut Tie Lan kini jelas terungkap. Jika niat Tie Lan membunuhnya bukan untuk membalas dendam Guan Xin, pasti terkait adik yang disebutnya tadi. Zhu Yi berbisik: "Fang Xiaorou, ini demi Fang Xiaorou, benar kan?"
Tie Lan mendengus pelan, menyeringai: "Akhirnya kau ingat juga!" Deng Kun berdiri dengan mata melotot: "Tie Lan, kau sudah kenal aku dan Kakak Zhu bukan sehari dua. Kau pasti tahu karakter kami! Baik Guan Xin maupun Fang Xiaorou, kematian mereka pada dasarnya konsekuensi perbuatan sendiri. Dan ayah kalian - jangan bilang tak tahu siapa dia sebenarnya?"
Wajah Tie Lan berubah pucat, ia memandang Deng Kun dengan murka: "Kau diam! Jangan kau hina mereka!" Deng Kun masih ingin berbicara, tapi Zhu Yi menghadangnya. Zhu Yi menatap Tie Lan: "Jika ingatanku tidak salah, ibumu meninggal tujuh tahun lalu kan? Saat itu aku dan Deng Kun juga menghadiri pemakamannya!"
Tie Lan mengangguk: "Ya. Tahukah kau? Saat Guan Ai memberitahuku semua ini, hatiku begitu dilema. Tak kusangka, bos yang kukagumi selama ini ternyata adalah musuhku!" Hati Zhu Yi terasa getir. Bukan hanya Tie Lan yang tak menyangka, dirinya pun tak pernah menduga. Dulu ia pernah menyuruh Shu Yi menyelidiki latar belakang Tie Lan, tapi hasilnya bersih dan tak bernoda. Kini setelah dipikir-pikir, dengan kemampuan ayah Tie Lan saat itu, memang bukan hal sulit untuk menutupi semuanya.
Zhu Yi berkata: "Apakah tujuan Guan Ai mendatangimu hanya untuk menghadapiku?"
Wajah Tie Lan kembali berubah pucat: "Tentu. Lalu apa lagi menurutmu?" Zhu Yi menghela napas: "Aku justru berharap itu benar. Yang kukhawatirkan kau malah ditipu, dijadikan tombak oleh orang!" Tie Lan mengerutkan alis: "Apa maksudmu?" Zhu Yi menjelaskan: "Tujuh tahun lalu ibumu wafat, lalu Guan Ai langsung menghampirimu. Kurasa itu terjadi sekitar 6-7 tahun yang lalu. Mengapa dia tidak mencarimu sebelumnya atau sesudahnya, tapi justru menunggu sampai ibumu tiada?"
Tie Lan tersenyum: "Zhu Yi, jangan kira hanya kau yang cerdas, orang lain semua bego! Sebenarnya aku sudah lama tahu perasaannya. Dia mendatangiku karena hubungan khusus antara kami, sehingga dia bisa memberikan kepercayaan penuh. Dia mau membalas dendam untuk Guan Ai, sedangkan aku ingin membalaskan dendam adik perempuan Xiao Rou dan ayahku. Target kita sama!"
Zhu Yi ikut tertawa: "Tapi akhirnya kau malah tidak melepaskan dia sekalipun!" Tie Lan berkata dengan tenang: "Kau kira Kakak Ying benar-benar Guan Ai? Kau salah. Jika dia benar Guan Ai, mana mungkin dia membantu Xiao Juan membebaskanmu?" Zhu Yi terkejut di lubuk hati. Dia benar-benar mengira Kakak Ying adalah Guan Ai. Tapi sekarang ternyata tidak. Tie Lan benar, Guan Ai mendatangi Tie Lan demi balas dendam, mana mungkin menyelamatkannya?
Tie Lan menghela napas dengan sendu: "Awalnya cukup dengan membunuhmu, situasi kita tidak akan serumit ini. Tapi semua salah kesombonganku. Kukira selama kita menguasai Kota Yang, Xiao Juan - mungkin kau sudah tahu - Xiao Juan adalah Kong Xin itu, pasti akan patuh pada kami. Tapi tak disangka dia main licik, terus menggagalkan rencana kami! Tan Yongle beberapa kali ingin menyingkirkannya, tapi kutolak karena kuhal ini justru menguntungkan. Keberadaannya bisa mengacaukan situasi, sehingga aku bisa memanfaatkan kesempatan untuk menyingkirkan Tan Yongle sekaligus!"
Shu Yi mendengarkan lama akhirnya membuka pembicaraan: "Tan Yongle adalah sekutumu, juga tunanganmu, mengapa kau mau menjatuhkan tangan padanya?" Tie Lan melirik Shu Yi: "Aku tak pernah menyukainya. Meski terlihat berwibawa, tapi dia sinting, gila tulen! Usianya bahkan hampir seumuran ayahku!"
Zhu Yi berbisik: "Dia adalah Zhang Chi, benar kan?" Tie Lan tersenyum: "Ternyata sang Guru memang jagoan, tebakanmu tepat lagi!" Zhu Yi berkata tenang: "Enam tujuh tahun lalu, Guan Ai datang mencarimu, memberitahukan asal-usulmu yang sebenarnya, sekaligus menghubungkanmu dengan jaringan Zhang Chi. Selama ini organisasi ini terlihat dibangun Zhang Chi, tapi kau lah jiwanya!"
"Keputusanmu pindah profesi ke bidang operasi plastik enam tahun lalu hanyalah kedok. Untuk menyamarkan identitas asli Zhang Chi sekaligus memberi kamuflase bagi organisasimu." Sorot mata Zhu Yi tajam menatap Tie Lan: "Aliansi dengan Zhang Chi bukan cuma balas dendam. Kalian ingin merebut teknologi di luar nalar di tangannya. Bahkan dendam itu palsu, fokus kalian sebenarnya adalah teknologi itu, iya kan?"
Tie Lan menggelengkan kepala: "Kau salah, awalnya memang aku ingin membalas dendam. Tapi saat menikmati rasa prestasi dari teknik Zhang Chi ini, baru aku mulai merancang rencana baru. Tahukah kau? Awalnya Zhang Chi hanya memodifikasi identitas orang-orang yang terdesak, mendapat untung kecil. Kemudian kuberitahu dia, jika teknologi ini dipakai untuk transaksi organ tubuh manusia, itu akan jadi untung besar tanpa modal, bahkan tanpa modal sama sekali!"
Zhu Yi mendengus marah: "Perbuatan merusak moral dan melanggar hukum seperti ini berani kau lakukan!" Tie Lan tertawa gila: "Bahkan jika aku tidak melakukannya, pasti ada orang lain yang akan melakukannya! Asal aku dapat uang cukup, aku bisa pergi dari tempat hantu ini, hidup sesuai keinginanku!" Zhu Yi menyeringai dingin: "Makanya kau harus kembali, karena semua uang harammu tersembunyi di sini!" Ekspresi Tie Lan langsung murung: "Ya, awalnya kukira kau takkan tahu. Ini kan cuma tempat tinggal boneka pengganti. Tapi tak kusangka kalian menungguku di sini!"
Deng Kun bertanya: "Siapa sebenarnya Guan Ai?" Tie Lan melirik sinis: "Aku takkan memberitahumu! Kalian takkan pernah menemukannya!" Deng Kun hendak bicara lagi, tapi Zhu Yi menyela: "Sayangnya kau salah. Karena aku sudah tahu siapa dia. Guan Ai palsu adalah Guan Ai asli, benar kan?" Tie Lan kaget: "Bagaimana kau tahu?!" Zhu Yi tersenyum: "Tie Lan, sebenarnya kau sangat cerdas, sama seperti Guan Xin dan Fang Xiaorou. Tapi titik persamaan kalian adalah tak mampu menggunakan kecerdasan itu di jalan yang benar!"
