"Buku kecil itu tergeletak di meja teh ruang tamu. Yu Qian bersandar di pelukan Kong Fanrong, kedua kakinya ditekuk ke belakang. Kong Fanrong merangkul bahunya dengan erat, tatapan mereka tertuju pada buku kecil di meja teh itu, seolah sedang menyaksikan kotak Pandora yang setiap saat bisa mengeluarkan monster mengerikan."
Mereka sudah duduk selama dua jam penuh, tak ada yang terjadi. Justru semakin lama, perasaan tak menentu di hati mereka semakin kuat.
"Fanrong." Yu Qian memanggil lembut. Kong Fanring menjawab "Hm" singkat. Yu Qian bertanya pelan: "Kau takut?" Kong Fanrong tersenyum kecut. Mustahil bilang tidak takut - kejadian malam itu sudah membuatnya gemetar ketakutan. Tapi di hadapan Yu Qian, ia tetap memberanikan diri: "Takut apa? Cuma buku kecil biasa! Aku tidak percaya ini bisa membahayakan kita!"
Yu Qian menghela napas sendu: "Sebenarnya aku agak takut. Tapi ini urusan batin kita sendiri yang harus diatasi. Maafkan aku." Kong Fanrong menyungging senyum: "Bodoh, perlu apa permisi antara kita? Capek kan? Ayo kita istirahat di kamar." Yu Qian menggeleng: "Kau mau begadang di sini semalaman? Besok kita harus kerja!"
Yu Qian duduk tegak: "Tambah setengah jam saja, setengah jam lagi, ya?" Kong Fanrong tak bisa menolak.
Setengah jam berlalu, tetap tidak ada urusan apa pun, kedua orang kembali ke kamar tidur.
Tidur hingga fajar keesokan paginya, seperti dikatakan Kong Fanrong, buku kecil ditempatkan di rumah. Ia mengantar Yu Qian ke klinik baru sendiri buru-buru menuju kantor redaksi. Yue Shu sudah menunggu di kantornya.
"Wajahmu sangat masam, tadi malam tidak istirahat dengan baik?" Yue Shu mengerutkan alis bertanya pelan. Di lubuk hati Kong Fanrong terasa getir, bisa tidur nyenyakkah? Hingga lewat jam tiga baru naik ke tempat tidur, berbaring karena hati dipenuhi ketakutan, lagi-lagi melamun lama. Tapi bagaimana mungkin ia membuka topik ini pada Yue Shu? Mengingat semua ini terjadi karena Yue Ling, hatinya kembali menyesal, mengapa dulu begitu mudah berjanji pada Yue Shu membiarkan Yue Ling menemui Yu Qian.
"Sedang memikirkan apa?" Yue Shu melihat Kong Fanjang diam tertegun, menepuk bahunya. Kong Fanrong baru tersadar: "Tidak, tidak memikirkan apa pun, Kak Yue, ada urusan?" Yue Shu tersenyum tipis: "Tidak ada hal mendesak, kemarin kau pergi terlalu tergesa-gesa. Aku datang ingin berterima kasih, urusan Lingzi sudah membuat kalian repot."
Kong Fanrong bertekad dalam hati bahwa sedikit lelah tidak masalah, tapi tidak boleh bermain-main seperti ini, kalau tidak hati-hati bisa ada yang mati: "Kak Yue, sebenarnya... ah, sudahlah, tidak usah dibicarakan." Kong Fanrong hampir menceritakan hal bodoh yang dilakukannya dengan Yu Qian tadi malam, tapi akhirnya berhasil menahan diri. Ia tidak ingin membuat Yu Qian marah. Yue Shu merasakan emosi Kong Fanrong yang tidak stabil, bertanya: "Apa yang ingin kau katakan tadi?" Kong Fanrong berkata dengan tenang: "Tidak ada. Jika tidak ada urusan lain, aku akan bekerja dulu."
Yue Shu mencengkeram lengan Kong Fanrong: "Xiao Kong, Kak Yue tahu urusan kali ini telah memberi kalian banyak masalah. Kakak minta maaf padamu! Aku akan mengendalikan Lingzi, tidak akan membiarkannya mengganggu Yu Qian lagi!" Kong Fanrong akhirnya tidak tahan: "Kak Yue, sudah terlambat!" Yue Shu bingung: "Terlambat? Apa maksudmu?"
Barulah Kong Fanrong menceritakan kejadian yang terjadi kemarin. Setelah mendengarnya, Yue Shu melototkan matanya: "Xiao Kong! Bagaimana bisa kau menyetujui permintaannya? Tidakkah kau sadar betapa bahayanya ini?" Kong Fanrong menghela napas: "Tapi ucapannya benar. Jika rasa takut dalam diri sendiri sudah bersemi di hatinya, selain dirinya sendiri, tidak ada yang bisa menolongnya."
Yue Shu berbisik: "Memang begitu, tapi pernahkah kau berpikir, jangan-jangan jika dia benar-benar mengalami sesuatu? Nanti kau akan sangat menyesal. Aku tidak mengerti soal rasa takut dalam diri sendiri, yang kuketahui nyawa hanya satu! Jadi dalam masalah ini kau tidak boleh sembarangan, jangan bercanda! Apa kau siap duduk semalaman setiap hari seperti menunggu vonis kematian? Lagi pula, benarkah kau yakin dia tidak akan diam-diam pulang ke rumah dan menghadapi bahaya sendirian?"
Yue Shu berbicara sambil mengawasi rekan-rekan yang lalu lalang di luar.
Perkataannya membuat Kong Fanrong berkeringat dingin. Setelah merenung, ia merasa janjinya pada Yu Qian memang terburu-buru: "Tapi Kakak Yue, apa yang harus kulakukan?" Yue Shu memicingkan matanya: "Apa lagi? Telepon polisi!" Kong Fanrong khawatir: "Polisi? Kalau Xiao Qian tahu, dia pasti..."
Yue Shu menghela napas: "Ini memang tidak ada jalan lain. Tapi kita bisa minta kepolisian memberikan pengawal rahasia. Polisi juga sedang menyelidiki kasus ini. Karena Yu Qian sudah mengambil keputusan seperti ini, kita hanya bisa pura-pura menuruti di permukaan, tapi diam-diam harus minta perlindungan polisi. Ini juga bentuk kerja sama kita dengan penyelidikan kepolisian!"
Kong Fanrong merasa penjelasan Yue Shu masuk akal. Akhirnya ia mengangkat telepon dan menghubungi Dongfang Xiao.
"Apa? Ada hal seperti ini?" Xu Dajun berteriak setelah mendengar penjelasan Kapten Timur Xiao: "Kau tidak bertanya apakah ada benang logam di buku itu?" Timur Xiao tersenyum kecut: "Tidak sempat bertanya. Pertama, buku itu tidak lagi dibawanya, disimpan di rumah. Kedua, Tuan Zhu juga meminta untuk tidak terburu-buru membocorkan masalah benang logam ini, agar tidak membangunkan ular tidur."
“Dajun, kau segera pergi ke kantor redaksi, temui Direktur Kong, ikut dia ke rumahnya untuk memeriksa apakah ada benang logam di buku kecil itu. Aku sekarang akan ke tempat Tuan Zhu dan timnya untuk membahas urusan ini.” Kapten Timur Xiao memberikan pengaturan sederhana lalu menyusul secepat kilat meninggalkan tim investigasi kriminal bersama Xu Dajun.
Di Sekolah Menengah Eksperimen Kota Xinzhou, saat jam pulang sekolah, Jing Yan mengejar Yue Ling yang sedang bersiap pergi dengan sepeda: “Yue Ling!” Yue Ling meliriknya dengan dingin: “Ada apa?” Jing Yan terlihat canggung: “Maaf, benar-benar maaf.” Yue Ling menyeringai: “Kau tak perlu minta maaf padaku. Sudah, aku harus pulang.” Jing Yan tak tahu harus berkata apa lagi, hanya menghela napas lembut. Yue Lang mengayuh sepedanya pergi.
"Jing Yan, kau sedang melihat apa?" Seorang pria melewati sisi Jing Yan, melihat raut wajah linglungnya lalu penasaran bertanya. Jing Yan melototinya: "Bukan urusanmu!" Setelah itu langsung menoleh pergi. Pria itu terdiam sejenak, tak mengerti kenapa tiba-tiba dia membuat Jing Yan marah. Setelah Jing Yan pergi cukup jauh, barulah dia bergumam: "Bangsat, sinting ya!"
Pria itu adalah teman sekelas Yue Ling dan Jing Yan bernama Liu Chi. Dia seorang "pelajar" yang sudah tiga tahun mengulang kelas 3 SMA. Sebenarnya dia sama sekali tidak berminat belajar, hanya anak jalanan yang berkeliaran di kampus. Tapi karakternya bisa dianggap setia, setidaknya masih mempertahankan hubungan baik dengan teman sekelas, meski sebagian besar murid di kelas tidak terlalu suka padanya.
Liu Chi dengan kesal pulang sendirian, tapi di lubuk hatinya sedang memikirkan masalah internal yang sangat nyata. Dalam beberapa bulan lagi akan ada Ujian Nasional, dirinya pasti tidak bisa lulus. Apa keluarganya akan membiarkannya mengulang lagi setahun? Dia lebih baik ditembak daripada harus belajar lagi.
“Liu, Liu Chi!” Liu Chi mendengar seseorang memanggilnya, ia segera menoleh dan ternyata Jing Yan! Liu Chi mengerutkan alis, teringat sikap Jing Yan terhadapnya tadi, Ia bermuka masam: "Ada perlu apa?" Jing Yan seolah sudah melupakan perlakuan buruknya sebelumnya. Ia mendekati Liu Chi dan menarik lengan pemuda itu: "Liu Chi, tolong aku, kau harus membantuku!" Wajahnya dipenuhi ketakutan. Liu Chi baru menyadari tas ranselnya tergeletak di tanah beberapa meter di belakang.
Liu Chi juga tidak lagi memikirkan kejadian tadi: "Katakan, sebenarnya ada apa?" Jing Yan menarik lengan Liu Chi ke dekat tas ranselnya, lalu berkata: "Buku panduan! Ada buku panduan yang tiba-tiba muncul di tas ranselku!" Liu Chi hampir tertawa, tidak mengerti apa maud cewek ini. Sebuah buku saja bisa membuatnya ketakutan seperti ini, aktingnya cukup meyakinkan. Jangan-jangan dia naksir aku?
Tapi kalau dipikir-pikir, wajah Jing Yan memang lumayan cantik...
Saat pikirannya masih melayang, Jing Yan tiba-tiba menyambar tasnya dan mengeluarkan sebuah buku tipis. Begitu melihat judul buku yang dihadapkan padanya, wajah Liu Chi berubah pucat: "Buku Panduan Bunuh Diri?" Jing Yan nyaris menangis karena panik: "Iya! Ini sudah yang kedua kalinya. Gimana dong, Liu Chi? Apa yang harus kulakukan?"
Meski Liu Chi lebih tua beberapa tahun, jantungnya juga berdebar-debar. Kabar angin tentang buku terkutuk ini sudah tersebar luas, apalagi setelah kasus bunuh diri misterius Tang Rong di kelas mereka yang membuat semua siswa jadi trauma. Tapi di depan Jing Yan, dia harus menjaga image sebagai cowok. Dalam hitungan detik, dia menenangkan diri. Menekan rasa takutnya, Liu Chi berpura-pura santai: "Cuma buku biasa kok. Tidak usah takut. Buku ini aku yang ambil, pasti tidak akan ada apa-apa padamu."
Seketika citra Liu Chi langsung menjadi sangat mulia di hati Jing Yan. Jing Yan juga pernah mendengar dari Yu Qian dan yang lain, selama buku catatan tidak ada di tangannya maka tidak akan ada masalah. Awalnya dia ingin membuang buku itu, tapi pikir-pikir jangan-jangan kalau dibuang malah kembali lagi bagaimana. Kebetulan melihat Liu Chi lewat, dia segera menghampiri Liu Chi.
"Terima kasih, kau... kau baik sekali!" Setelah berkata itu, Jing Yan lari dengan wajah memerah. Hati Liu Chi terasa hangat, sudah lama tidak ada yang berbicara seperti itu padanya. Tanpa sadar dia menegakkan dada, sensasi itu benar-benar membuatnya merasa seperti ksatria besar.
Benarkah benda ini sesupranatural seperti kabar angin yang beredar? Liu Chi membuka-buka buku catatan di tangannya, menurutnya tidak ada yang istimewa. Setelah Jing Yan pergi cukup jauh, dia ingin membuangnya jauh-jauh. Tapi dipikir lagi, kalau sampai Jing Yan tahu, kesan baik yang baru terbangun mungkin akan hilang. Lagipula, Liu Chi pernah takut pada apa? Dengan mendengus pelan, dia memasukkan buku itu ke tas ransel. Tidak rapi, sebagian masih terlihat di luar. Kawat logam pada sampulnya berpendar sangat menyilaukan diterangi cahaya matahari.
"Tuan, saya sudah pergi ke rumah Kong Fanrong dan melihat buku catatan di sana!" Xu Dajun menghela napas: "Buku itu juga tidak ada kawat logamnya!" Zhu Yi mengangguk tipis: "Ini bisa dianggap kabar baik." Xu Dajun melanjutkan: "Kong Fanrong sangat mengkhawatirkan kemungkinan terjadi sesuatu pada Yu Qian. Saya tidak tahu harus menasihatinya bagaimana. Tidak saya beritahu bahwa tidak adanya kawat logam justru membuatnya aman."
Dongfang Xiao berkata: "Seharusnya kau memberitahunya, kalau tidak hatinya akan terus mengkhawatirkan." Namun Zhu Yi menjawab: "Keputusan Da Jun untuk tidak bicara juga benar, kali ini aman tidak berarti berikutnya juga aman. Bagaimanapun, Dongfang, lakukan pengawasan terhadap Yu Qian!" Dongfang Xiao agak tidak mengerti, bukankah Yu Qian tidak akan dalam Bahaya, apa artinya melakukan ini?
