Zhu Yi tidak menunggu Dongfang Xiao mengajukan pertanyaan, ia langsung menjelaskan: "Kalian semua bilang Yue Ling keras kepala, sebenarnya Yu Qian ini lebih keras kepala lagi. Karena dia sudah bertekad, pasti tidak akan menyerah. Lagipula, perkataannya benar, kasus ini telah menanamkan kegelapan dalam hatinya. Tanpa mengurai ini, akan sangat mengganggu kondisi emosinya di masa depan. Jadi meskipun kali ini dia baik-baik saja, dia akan tetap mencari cara menyelidiki penyebabnya. Dia tidak bodoh, cepat atau lambat akan menyadari masalah kawat logam di buku catatan itu."
Dongfang Xiao mendengar dan bertanya: "Maksud Tuan adalah dia kemungkinan besar akan merencanakan dengan matang untuk mendapatkan kembali buku catatan berkawat logam, lalu melanjutkan yang mau dilakukannya?"
Zhu Yi mengangguk tipis: "Ya."
Dongfang Xiao dan Xu Da Jun pergi, urusan mereka cukup banyak. Tak lama kemudian, Shu Yi juga membawa Xiao Sheng pergi. Mereka harus ke perusahaan telekomunikasi, ada beberapa kondisi yang ingin mereka selidiki lebih dalam.
“Aku pergi ke sekolah dulu, lalu akan menemui anak jenius itu.” Zhen Nanfang juga sudah tidak bisa diam, baginya mustahil menemani Zhu Yi bermeditasi seperti biksu seharian di sini. Usianya belum genap dua puluh, masih menyimpan sifat kekanak-kanakan di dasar hati. Zhu Yi berkata: “Jangan terlalu berbelit-belit saat berbicara dengannya, langsung tanyakan berapa tarif yang dia minta. Kurasa permintaannya seharusnya tidak akan terlalu berlebihan.”
Zhen Nanfang tersenyum kecut: “Ini atas inisiatifmu ya. Aku hanya bertugas menyetujui permintaannya, soal realisasi nanti itu urusan kalian.”
Hari ini Tong Yu ternyata tidak masuk sekolah. Berdasarkan petunjuk teman sekelasnya, Zhen Nanfang menemukan bocah itu di bengkel produksi terbuang sebuah pabrik kecil dekat sekolah. Tong Yu sedang asyik menekuni penelitian sainsnya dengan kepala tertunduk. Zhen Nanfang terkejut, bajingan ini bukan hanya penguasaan teori yang mumpuni, kemampuan praktiknya juga luar biasa. Saat ia mendekati sisi Tong Yu, sang jenius hanya meliriknya sekilas dengan tenang, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
“Ini apa?” Zhen Nanfang menatap kotak berukuran lebih kecil dari casing komputer di atas meja. Di dalamnya terlihat papan sirkuit, kristal berstruktur, serta motor kecil yang dililit kawat tembaga puluhan lapis. Barang-barang ini sama sekali tidak ia kenal. Tong Yu menjawab santai: “Cuma mainan eksperimen intercept sonar. Hasilnya payah, cuma rakitan dari onderdil radio bekas yang kukumpulkan.”
Zhen Nanfang tersenyum kecut, suku cadang bekas saja bisa dirakitnya jadi bayangan ini. Jika benar diberi bahan baku bagus, bukan main. Zhen Nanfang batuk kecil dua kali: "Apa maksud intercept sonar?" Tong Yu mengerutkan alis, jelas ia tak mau berdebat menjelaskan pada Zhen Nanfang. Ia tahu meski dijelaskan sejelas-jelasnya, Zhen Nanfang tetap tak paham.
Ini bukan kesombongan Tong Yu, tapi materi ini terlalu spesialis. Seperti peribahasa, beda bidang bagai beda gunung. Zhen Nanfang bahkan tak punya dasar teori paling sederhana. Dengan nada merendahkan ia berkata: "Aku tak mau mengajari sapi bermain biola, juga tak mau membumbungkan seruling pada kuda. Langsung saja katakan urusanmu!" Zhen Nanfang tersenyum canggung: "Kau sepintar itu, pasti bisa menebak maksudku mencarimu?"
"Masih urusan kotor kalian?" kata Tong Yu tenang. Zhen Nanfang mulai murung. Tak bisa disangkal, Tong Yu memang unik di bidang fisika terapan. Tapi kesombongannya keterlaluan. Anak jenius macam apa ini? Bukankah dirinya sendiri juga pernah jadi anak ajaib? Tapi tak ada yang searogan Tong Yu. Dulu pun dirinya tak berani bermuka masam seperti ini pada Shu Yi.
Zhen Nanfang menahan murka: "Ya. Katakan, syarat apa agar kau mau bantu kami?" Tong Yu menghentikan pekerjaannya: "Kalian yakin betul aku bisa membantu? Jangan-jangan permintaanku keterlaluan, tapi bantuannya tak berarti. Bukannya kalian jadi rugi besar?"
Zhen Nanfang berkata dengan tenang: "Apa yang bisa kami berikan, secara alami juga bisa kami tarik kembali. Jadi pertimbangkan baik-baik permintaanmu. Kamu boleh mengajukan syarat semaumu, tapi untuk memenuhi permintaan kami, kamu juga harus memenuhi syarat kami!" Di wajah Tong Yu tersemat senyum tak berdosa yang seolah masih menyisakan sifat kekanak-kanakan: "Kakak, aku cuma bercanda. Jangan ditakut-takuti dong. Ya sudah, anggap saja aku tidak bilang apa-apa. Aku masih sibuk, kalau tidak ada urasan lain silakan pergi."
"Ngomong-ngomong, tolong ambilkan obeng itu!" Ia menunjuk ke depan Zhen Nanfang. Zhen Nanfang hampir ambruk. Kemarin si bocah ini juga bersikap sama, bagaimanapun ia merayu dan membujuk, si anak tetap tidak mau menuruti. Zhen Nanfang benar-benar ingin bangkit dan pergi begitu saja, tapi ingat bahwa Zhu Yi pasti akan menyuruhnya kembali, semangatnya langsung ciut.
Ia menyerahkan obeng: "Nak, tidak bisakah kita bicara dengan kepala dingin?" Tong Yu tetap asyik dengan pekerjaannya: "Usia kita tidak jauh beda, kan?" Zhen Nanfang mengangguk: "Lebih tua beberapa tahun." Tong Yu melanjutkan: "Kalau tebakanku benar, kamu dan Tuan itu bukan polisi." Zhen Nanfang tidak berkata-kata, memandang Tong Yu dalam keheningan.
"Tampaknya anak jenius ini tidak hanya pandai mengunyah buku pelajaran dan mengejar sains, tapi juga punya keahlian menilai orang: 'Kalau begitu, menurutmu kami ini orang macam apa?' Tong Yu memicingkan matanya sejenak: 'Untuk sementara aku belum paham, tapi bisa kulihat, dua polisi sungguhan itu sepertinya takut padamu. Bukan takut, harusnya bagaimana ya... lebih seperti selalu menuruti perintahmu, mengikuti komando kalian. Tuan Zhu seharusnya yang jadi kepala departemen kalian, benar kan?'"
Zhen Nanfang mengangguk lemas, tapi setidaknya kemauan Tong Yu untuk berbicara bukanlah hal yang buruk.
"Sebenarnya soal rencana kalian, setelah kupikirkan baik-baik, meskipun agak berani, bukan tidak mungkin diwujudkan. Dua hari ini aku mencoba mencari cara menyinkronkan gelombang radio dalam area tertentu seperti yang kalian katakan, bahkan mengendalikan frekuensinya. Proses teknis ini sebenarnya tidak sulit, hanya ada beberapa masalah teknis yang belum kutemukan solusinya."
Mendengar perkataan Tong Yu, Zhen Nanfang merasa lega. Bocah ini setidaknya sudah menunjukkan sikap kooperatif. Hanya saja, tak tahu akal licin apa yang sedang dipikirkan si bajingan ini di balik perutnya.
"Kasus kalian sudah kupahami garis besarnya. Kalian menganggap kabel logam di buku catatan itu sebagai antena penerima sinyal yang ditembakkan orang itu. Ini sebenarnya tidak sulit dibuat, tapi fungsinya bukan cuma menerima, melainkan juga memancarkan. Karena harus memancarkan ulang sinyal yang diterima ke tubuh korban. Bagian inilah yang sangat rumit. Sudah lama kupikirkan, setelah sinyal melewati alat penerima ini, transmisi pertamanya selesai. Kalau di kabel logam tidak ada perangkat pemancar, dengan cara apa transmisi kedua dilakukan?"
Di lubuk hatinya, Zhen Nanfang terkejut. Rupanya bajingan ini sudah memulai sejak lama. Tanpa peduli reaksi terkejut Zhen Nanfang, Tong Yu melanjutkan: "Kalian juga pernah menyebutkan kemungkinan menggunakan HP untuk memancarkan gelombang. Sekalipun begitu, setelah menerima sinyal, harus diteruskan dulu ke HP dong! Benar kan? Kecuali..."
Zhen Nanfang bertanya: "Kecuali apa?" Tiba-tiba Tong Yu mengerutkan alisnya: "Ini juga tidak masuk akal!" Zhen Nanfang berkata: "Coba jelaskan pendapatmu!" Tong Yu melirik sinis: "Awalnya kupikir mungkin sistem penerimanya dua arah, lalu melakukan integrasi. Tapi kembali ke masalah awal, sinyal yang sudah terintegrasi harus dikirim ke korban dulu baru bisa membuat korban melakukan gerakan bunuh diri sesuai instruksi."
Zhen Nanfang mulai pusing: "Semua ini tidak kupahami. Begini saja, ikut aku kembali. Jelaskan pemikiranmu langsung ke pakar kami!" Tong Yu menjawab: "Kapan aku berjanji padamu?" Zhen Nanfang terdiam sejenak. Barulah Tong Yu tersenyum: "Cuma bercanda. Sebenarnya kalian sendiri yang membuat urusan jadi rumit. Pasti mengira aku akan memanfaatkan kesempatan untuk mengajukan syarat-syarat keras? Aku kan cuma anak kecil, bukan?"
“Zhen Nanfang rasanya ingin membunuhnya!” Jika semua anak seperti dia, dunia pasti akan kacau balau. Namun Zhen Nanfang tak ingin menyinggungnya: “Baiklah, bisakah kami pergi sekarang?”
Liu Chi juga tidak pergi ke sekolah sore itu. Dia kembali menghabiskan waktu di ruang biliar. Setiap ada kesempatan, dia selalu datang ke sini, kadang berjudi beberapa ronde untuk mendapat uang jajan. Kemampuan biliar Liu Chi memang luar biasa. Tiga tahun mengulang kelas 3 SMA, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat ini. Jika orang lain menimba ilmu, dia justru mengasah keterampilan khusus.
“Doktor, gimana, mau main satu ronde? Aku yang atur!” Julukan "Doktor" melekat pada Liu Chi. Tiga tahun di SMA membuatnya terkenal sebagai 'pelajar abadi'. Para preman jalanan memberinya gelar ini karena menurut mereka lulusan luar negeri pasti bergelar doktor. A Qiang, penjaga ruang biliar, menyambutnya dengan senyum: “Liu Chi selalu ramah di sini. Seringkali setelah menang judi, dia membelikan rokok untuk kami dengan royal.”
“Hari ini tidak dulu!” jawab Liu Chi lesu. A Qiang mendekat dan merangkul bahunya: “Ada apa? Wajahmu muram sekali. Siapa yang berani mengganggumu? Beri tahu kami, pasti kami yang habisi!” Liu Chi menggeleng: “Bukan itu masalahnya.” A Qiang mengerutkan alisnya. Dalam ingatan mereka, Liu Chi selalu jantan. Kapan pernah terlihat seperti orang hina begini?
Liu Chi melihat sekeliling, lalu berbisik kepada A Qiang: "Kak Qiang, pernah dengar kabar tentang 《Buku Panduan Bunuh Diri》?" Kali ini giliran A Qiang yang melotot: "《Buku Panduan Bunuh Diri》? Itu buku yang katanya bisa bikin orang bunuh diri?" Liu Chi mengangguk kuat sambil mengernyit: "Ternyata Kakak juga tahu? Habis, habis! Nasibku sudah pasti!" A Qiang menghantam kepalanya: "Gila apa kau? Itu cuma kabar angin, kau percaya?"
A Qiang berhenti sejenak, menatap Liu Chi: "Jangan-jangan kau dapat barang itu?" Liu Chi menghela napas: "Bung, itu bukan isapan jempol. Teman sekelas kita Tang Rong, si Putri Bintik-bintik itu, bunuh diri secara misterius setelah dapat buku itu. Sungguhan! Saat dia mati, ada siswi lain yang bersamanya!"
A Qiang mengerutkan alis: "Benar ada kabar ini?" Liu Chi menjawab: "Masa bohong? Ini kejadian di kelas kita." A Qiang mendengus dingin: "Bangsat! Gue gak percaya mistis begini. Mana bukunya?" Liu Chi mengeluarkan buku dari tas ranselnya. A Qiang menyambar: "Mau gue lihat, bisa beneran bunuh orang nggak sih barang sialan ini!" Liu Chi kaget: "Kakak, jangan nekat! Menurutku lebih baik serahkan ke polisi!"
A Qiang tertawa: "Si bocah ini kan paling takut berurusan dengan polisi? Sudahlah, taruh bukunya di sini, kau pergi main dua ronde saja, keterlaluan, sampai ketakutan oleh sebuah buku begini."
