Tong Yu mengikuti Zhen Nanfang kembali ke kediaman Zhu Yi. Saat bertemu Zhu Yi, ia tersenyum tipis: "Tuan Zhu, kita bertemu lagi." Zhu Yi menunjuk kursi di seberang: "Silakan duduk!" Shu Yi dan yang lain belum kembali. Zhen Nanfang menuangkan secangkir air untuk Tong Yu, ini tata krama menjamu tamu meskipun tamu ini masih remaja belasan tahun.
"Sepertinya pembicaraan kalian berjalan baik!" Zhu Yi melirik Zhen Nanfang. Ekspresi canggung muncul di wajah Zhen Nanfang. Zhu Yi menangkap sesuatu: "Kenapa? Dua genius berkumpul malah tidak nyambung pembicaraannya?" Zhen Nanfang menjawab: "Siswa Tong sudah bersedia membantu kita, sebenarnya dia sudah mulai masuk peran sejak lama!" Zhu Yi mengucapkan "Oh", lalu menatap Tong Yu.
Tong Yu menghela napas lembut: "Sebenarnya aku tidak sepenuhnya membantu kalian, lebih karena rasa ingin tahu. Aku benar-benar penasaran ahli seperti apa yang bisa menciptakan teknik membunuh seperti ini." Kemudian ia menjelaskan keraguan yang disebutkannya pada Zhen Nanfang. Ia tahu, karena Zhu Yi adalah penggemar model pesawat nirkabel, penjelasan sederhananya ini pasti bisa dipahami sepenuhnya oleh Zhu Yi.
Zhu Yi mendengar lalu mengerutkan alis. Tong Yu memang benar, ini bukan sekadar masalah penerimaan sinyal, tetapi juga harus bisa mengirim. Namun dilihat dari kawat logam di buku panduan itu, hal ini mustahil. Zhu Yi bertanya pelan: "Kau pernah bilang, selama ada HP dalam jangkauan tertentu, kau bisa melakukan banyak kendali nirkabel. Menurutmu, apakah orang itu juga menggunakan cara ini, memanfaatkan HP dalam area tertentu sebagai perantara penerima dan pemancar sinyal?"
Tong Yu menghela napas: "Secara teori memang begitu, tapi aku belum sempat mencobanya sendiri." Mata Zhu Yi berbinar: "Jika syarat-syaratnya terpenuhi, apakah kau bisa langsung mulai eksperimen?" Tong Yu mengangguk: "Tentu saja." Zhu Yi segera mengeluarkan telepon, entah menghubungi siapa, berbicara sebentar lalu menutup telepon. Setelah itu ia diam-diam merokok dalam keheningan.
Tong Yu dengan cermat menyesap air putih yang dituangkan Zhen Nanfang untuknya, seolah itu adalah minuman anggur yang manis dan harum.
Tak lama kemudian, telepon masuk. Setelah berbicara beberapa kalimat, Zhu Yi berkata pada Tong Yu: "Kami sudah menyiapkan laboratorium kecil untukmu, dilengkapi beberapa asisten. Untuk keperluan eksperimen dan peralatan yang dibutuhkan, akan ada tim khusus yang bertanggung jawab. Tentu saja, tim kami akan mengawasi seluruh proses penelitianmu. Xiao Sheng yang berbicara denganmu kemarin akan menjadi penghubung khusus terkait masalah kasus ini!"
Wajah Tong Yu masih menunjukkan ekspresi terperanjat, bagaimanapun, dia masih seorang anak. Sungguh sulit baginya untuk menyembunyikan perasaannya. Dia tidak menyangka hanya dengan dua panggilan telepon, sebuah laboratorium sudah berhasil dikeluarkan. Dari nada bicara Zhu Yi sepertinya siap memenuhi semua permintaan: minta orang dikasih orang, minta barang dikasih barang. Hebat banget ini?
Senyuman mengembang di wajah Tong Yu: "Itu bagus sekali!" Zhu Yi juga tersenyum: "Tapi aku punya syarat!" Alainya sedikit berkerut: "Syarat? Syarat apa?" Zhu Yi menjawab: "Saat bekerja harus fokus total, semua model pesawatmu harus disimpan dulu. Urusan sekolah dan rumah akan kami koordinasi. Jika kasus ini berhasil kau bantu selesaikan, kami bisa merekomendasikanmu masuk universitas impianmu!"
Tong Yu cemberut: "Aku nggak tertarik sama universitas. Mending kalian langsung rekrut aku ke Akademi Ilmu Pengetahuan, jadi kepala laboratorium fisika gitu!" Wajah Zhen Nanfang memerah hampir saja menyundul kepala anak itu: "Kodok menguap, mulut besar sekali! Dengan skill receh begini berani bermimpi menelan langit?"
Tong Yu tersipu malu: "Cuma bercanda, cuma bercanda! Kok harus menanggapinya serius sih?"
Zhu Yi dengan wajah serius berkata: "Masuk ke Akademi Ilmu Pengetahuan sebenarnya bukan masalah besar, tapi jabatan kepala laboratorium penelitian jangan diharapkan! Tong Yu, memang harus diakui kau punya bakat alami, orangnya juga cerdas dengan IQ tinggi. Tapi ada satu hal yang harus kau ingat, ini juga pernah saya sampaikan ke Nanfang - kecerdasan itu bagus, tapi jangan karena sedikit kelicikan lantas merasa diri nomor satu di dunia. Jangan biarkan kepercayaan dirimu meledak secara membabi buta! Manusia hidup di dunia ini memang butuh kelicikan, tapi lebih membutuhkan kebijaksanaan sejati. Orang bijak sejati terlihat bodoh, keahlian sejati terlihat kikuk!"
Tong Yu menarik kembali sikap santainya, wajahnya juga penuh keseriusan: "Perkataan Tuan akan saya ingat!" Zhu Yi mengangguk: "Hm. Sebentar lagi Xiao Sheng akan datang mengantarmu. Tenangkan hati, kerjakan kasus ini dengan baik."
Benar saja, setengah jam kemudian Xiao Sheng kembali. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengantar Tong Yu ke laboratorium. Mulai hari ini, dia harus menemani jenius fisika ini menjalani kehidupan laboratorium.
Di dalam ruangan hanya tersisa Zhu Yi dan Zhen Nanfang. Zhu Yi berkata dengan penuh perenungan: "Generasi muda sekarang benar-benar mengagumkan!" Zhen Nanfang tersenyum tipis: "Sebenarnya anak jenius tidaklah langka. Bukankah Tuan pernah bilang? Dari setiap seribu orang mungkin lahir satu jenius. Hanya saja banyak yang karena keterbatasan berbagai syarat, bakatnya tak bisa berkembang normal. Akhirnya tertekan beban kehidupan nyata, hanya bisa 'tenggelam di antara orang biasa'!"
Zhu Yi mengangguk: "Benar, masih ada beberapa. Meski punya syarat, bahkan platform, tapi ketika mereka terbiasa dengan perhatian dan sorotan itu, perlahan mereka lupa bagaimana mereka mendapatkan semua pencapaian hari ini. Dalam pengejaran yang tak tentu arah, mereka akhirnya kehilangan jati diri. Contohnya seorang atlet yang meraih prestasi, lalu menganggap dirinya selebritas. Hari ini syuting film, besok iklan, sibuk dengan acara-acara sosial tiada henti - pesta di sini, salon di sana. Ada yang bahkan sampai terlibat prostitusi harian dan judi malam, hidup dalam kemabukan dan mimpi kosong. Sekuat apapun bakatnya, mereka sendiri yang menghancurkan diri, akhirnya tak mencapai apa-apa."
Zhen Nanfang mengangguk kuat, tapi kemudian menengadah memandang Zhu Yi dengan bingung: "Tuan, menurutku Bapak sedang membicarakan Timnas Tiongkok ya?" Zhu Yi melototinya: "Mereka layak disebut?"
A Qiang tinggal di ruang biliar. Di dalamnya ada dua kamar - satu ditempati A Qiang, satunya lagi dihuni dua pemuda yang merupakan temannya. Makan dan tempat tinggal semua ditanggung A Qiang, tapi mereka juga tidak sekadar menumpang. Sebagian besar pekerjaan di ruang biliar dikerjakan oleh mereka.
A Qiang mengurung diri di kamarnya, membalik-balik majalah aneh yang entah dari mana dibawanya, wajahnya menampakkan senyum jahat.
"Kakak Qiang! Kakak Qiang!" Suara seorang wanita terdengar dari luar. Ia adalah pacar A Qiang. A Qiang memiliki banyak pacar. Menurutnya, mereka yang berkecimpung di dunia hitam tidak mungkin menggantung diri di satu pohon. Makanya pacar A Qiang berganti-ganti setiap tiga hari. Dua temannya yang seperti adik bawahan sering merasa murung. Sampai saat ini, mereka sudah tak tahu berapa kali memanggil "Nyonya Rumah".
Li Hua'er memanggil dua kali di depan pintu A Qiang. A Qiang tidak menjawab. Setelah dua minggu bersama Li Hua'er, ia mulai jenuh. Sejujurnya, Li Hua'er sangat cantik seperti namanya, benar-benar bak sekuntum bunga. Tapi A Qiang merasa wanita ini terlalu dangkal, tak berisi. Ini ucapan aslinya. Liu Zhi hampir terkencing-kencing ketawa saat mendengarnya. Ternyata A Qiang juga tahu konsep kedangkalan dan kedalaman, hal yang sangat lucu menurut Liu Zhi.
"Nyonya, Kakak Qiang mungkin sedang tidur siang!" Ma Xiaobao berbisik pada Li Xiaohua. Li Xiaohua meliriknya sinis: "Jangan coba-coba menipuku! Ini sudah lewat empat, masih tidur?" Ia melangkah maju dan menyepak pintu keras-keras. A Qiang akhirnya membuka pintu, menatap Li Xiaohua: "Berisik terus kenapa?" dengan raut tak sabar.
Ketika melihat A Qiang keluar, Li Xiaohua segera menempel dengan senyum menggoda: "Kakak Qiang, kan sudah janji mau nemenin aku belanja!" A Qiang melirik ke atas: "Kapan aku pernah janji? Pergi sana, jalan sendiri! Aku lagi baca buku nih!" Ma Xiaobao tertawa geli. Meski setiap hari nongkrong sama Kak Qiang, dia tahu persis Kak Qiang mana mungkin baca buku. Paling-paling sembunyi di kamar baca majalah terlarang. Tapi dia juga heran, ngapain sih baca barang begitu? Bukannya Li Xiaohua ini lebih nyata daripada majalah?
Tapi mana berani dia sembarangan bicara. Setelah ditatap sinis oleh A Qiang, dia pun patuh melayani tamu.
Li Xiaohua mengikuti A Qiang masuk ke dalam. Dia masih berusaha merayu supaya A Qiang mau nemenin belanja. Matanya sudah nempel pada gaun bertali seharga ratusan ribu. Tujuan utamanya memang minta A Qiang yang bayarin. Niat kecil ini mana mungkin luput dari A Qiang. Inilah yang dia benci dari Li Xiaohua. Urusan lain nggak bisa, tapi kalo soal menghamburkan uang, jago betul.
Bahkan dia mulai menyesal mendekati wanita ini. Dulu cuma tergoda wajahnya yang ayu. Tapi baru dua minggu pacaran, dalam waktu setengah bulan lebih dia sudah keluar uang lebih dari empat juta. "Gadis cantik itu mahal," ini kesimpulannya atas "hubungan asmara" yang merogoh kocek dalam-dalam ini.
"Kakak Qiang, ini buku yang sedang kau baca?" Li Xiaohua bersandar di meja, mengambil sebuah buku kecil secara acak. A Qiang sudah lama menyembunyikan majalah bunga-bunga itu. Barang semacam itu takkan ia perlihatkan pada Li Xiaohua. A Qiang juga tak memperhatikan apa yang dipegang Li Xiaohua, asal menjawab "Hm" dengan setengah hati.
"《Panduan Bunuh Diri》, Ya ampun, Kakak Qiang, jangan-jangan kau mau bunuh diri?" Li Xiaohua mengacungkan buku kecil itu dengan heboh. A Qiang melototi dia dengan kesal: "Kau sendiri yang mau bunuh diri!" Li Xiaohua melambaikan buku di tangannya: "Kalau tidak mau bunuh diri, ngapain baca beginian?" Bagaimanapun Li Xiaohua adalah lulusan SMP sebelum mulai berkeliaran, membaca beberapa kata masih bisa ia lakukan.
A Qiang baru menyadari buku yang dipegang Li Xiaohua adalah buku yang ia ambil dari Liu Chi. Dengan santai ia berkata: "Oh, ini punya Liu Chi. Bocah itu dapat dari mana entah, terus langsung ketakutan setengah mati." Li Xiaohua tertegun sejenak: "Hah? Bukannya Liu Chi selalu berani? Pacarnya Xiao Feiying saja berani ia goda. Masak segini-ginian bikin dia takut? Kau cuma ngibul ya?"
A Qiang menyeringai: "Nggak percaya ya sudah, belum pernah dengar? Sekarang di sekolah sedang ramai rumor, siapa yang dapat buku ini bakal bunuh diri!" Li Xiaohua membalas: "Hah! Kau percaya? Aku nggak!" A Qiang tertawa: "Jangan bilang kau tidak takut!" Li Xiaohua menjawab: "Aku memang nggak takut!" A Qiang mengelus dagunya: "Gini, kalau kau benar-benar berani sendirian semalaman sama buku ini, besok aku beliin gaun itu!"
Mata Li Xiaohua berbinar: "Beneran?" A Qiang berkata: "Tentu bener, kakakmu kapan pernah ingkar janji?" Li Xiaohua yang sejak awal tidak percaya rumor: "Taruhan ya!"
