Liu Chi membeku seperti batu saat menerima telepon A Qiang. Meski sudah melemparkan buku catatan itu ke A Qiang, hatinya tetap gelisah. Ia terus merasa pasti akan terjadi masalah, tapi mengingat reputasi A Qiang sebagai Saudara Berani di sekitar sekolah menengah eksperimen, seharusnya tidak ada masalah.
Awalnya ia ingin menelepon A Qiang malam itu, tapi karena pergi ke KTV dengan beberapa teman, urusan ini terlupakan. Setelah menerima telepon A Qiang, Liu Chi buru-buru menuju ruang biliar miliknya. Polisi sudah berada di sana, dan ia dihadang oleh Xu Dajun dkk yang kemudian mengorek informasi asal-usul buku catatan tersebut.
Melihat kondisi mengenaskan Li Xiaohua, Liu Chi muntah dua kali. Ia sangat menyesal, andai saja langsung membuang buku catatan itu. Menurutnya, dialah yang telah membunuh Li Xiaohua. Sebenarnya Liu Chi tidak terlalu akrab dengan Li Xiaohua. Kadang bertemu di ruang biliar, mereka hanya saling menyapa sebagai "Kakak Ipar" mengikuti panggilan Ma Xiaobao dkk. Tapi bagaimanapun ini menyangkut nasib malang seseorang.
Dongfang Xiao menyerahkan sebungkus tisu kepada Liu Chi. Liu Chi menengadah memandang Dongfang Xiao: "Terima kasih!" Dongfang Xiao berkata: "Apa kau punya nomor telepon teman sekelasmu itu?" Liu Chi tertegun sejenak. Dongfang Xiao melanjutkan: "Jing Yan!" Liu Chi mengangguk: "Ada." Setelah itu ia mengeluarkan HP dan menampilkan nomor telepon, lalu menyerahkannya pada Dongfang Xiao. Dongfang Xiao tidak segera memutar nomor: "Tahu alamat rumahnya?" Liu Chi tahu. Dongfang Xiao memintanya mengantarkan diri ke rumah Jing Yan. Ia ingin berbicara baik-baik dengan Jing Yan. Dongfang Xiao merasa aneh, mengapa dalam waktu singkat Jing Yan bisa dua kali diintai orang-orang itu? Apakah ini hanya kebetulan?
Dengan ditemani Liu Chi, Dongfang Xiao dan seorang polisi muda tiba di rumah Jing Yan. Ternyata Jing Yan tinggal di kompleks perumahan keluarga perusahaan telekomunikasi. Ayah Jing Yan, Jing Song, adalah Direktur Bagian Administrasi perusahaan tersebut, termasuk jajaran manajemen.
Jing Song tidak menyangka tim investigasi kriminal akan datang ke rumahnya dan secara spesifik meminta Jing Yan. Alisnya berkerut: "Mau apa kalian dengan Xiao Yan?" Tatapannya penuh kewaspadaan, terutama pandangan kebencian yang ditujukan pada Liu Chi. Ia mengenal Liu Chi - teman sekelas putrinya. Tapi reputasi si Raja Iblis ini sudah diketahui banyak orang tua. Jangan-jangan putrinya terlibat hubungan dengan sosok bermasalah seperti ini dan melakukan hal-hal buruk?
"Tuan Jing, jangan cemas, kami mencari teman sekelas Jing Yan hanya untuk bertanya beberapa hal." Dongfang Xiao tersenyum sambil berkata. Jing Song terlihat bingung sejenak sebelum mempersilakan mereka masuk. Saat itu, ibu Jing Yan Zhang Deyuan keluar dari sebuah kamar bersama putrinya. Melihat begitu banyak orang tiba-tiba datang di rumahnya di malam hari, Zhang Deyuan bertanya dengan suara tak tenang: "Jing Song, siapa yang datang? Ada masalah apa?" Jing Song mendengus pelan sebelum menatap Jing Yan: "Xiao Yan, dua polisi ini datang mencarimu."
Hati Zhang Deyuan berdebar kencang: "Polisi?" Dongfang Xiao menghela napas lembut di dalam hati, rupanya kehadirannya memang tidak disambut baik. Ia menoleh ke Liu Chi: "Teman sekelas Xiao Liu, terima kasih telah memimpin jalan. Kamu bisa pulang dulu!" Liu Chi baru lega. Selama di rumah Jing Yan, ia merasa tidak enak berdiri maupun duduk. Ketika mengucapkan sampai jumpa pada pasangan Jing Song, mereka sama sekali tidak memberinya tatapan. Hanya Dongfang Xiao yang berpesan: "Lurus pulang saja, jaga keselamatan di jalan."
Hati Jing Yan berdegup kencang. Sejak melihat Liu Chi tadi, ia sudah menebak polisi pasti datang karena buku kecil itu. Ada masalah, pasti ada masalah! Sebelum Dongfang Xiao sempat menjelaskan maksud kedatangan, Jing Yan sudah bertanya dengan suara malu-malu: "Apa ada yang terjadi? Siapa yang mati?" Ucapan tak terduga ini justru membuat Jing Song dan Zhang Deyuan kaget!
"Xiao Yan? Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan dari kami? Siapa yang mengalami masalah? Siapa yang mati?" Jing Song buru-buru bertanya, kasus pembunuhan bukanlah lelucon. Jika Xiao Yan benar-benar terlibat, hidupnya bisa hancur! Dongfang Xiao tahu kasus ini harus dijelaskan pada mereka, kalau tidak kesalahpahaman akan semakin besar. Lagipula, jika orang itu benar-benar mengincar Jing Yan, perlindungannya membutuhkan kerja sama orang tuanya.
"Tuan Jing, Nyonya Jing, jangan panik. Dengarkan saya!" Begitu Dongfang Xiao selesai bicara, Zhang Deyuan langsung bermuka masam: "Bagaimana tidak panik? Ini satu-satunya putri kami!" Namun Jing Song berbisik tegas: "Deyuan, duduklah dan dengarkan Kapten Dongfang. Panik begitu tidak ada gunanya."
Dongfang Xiao membutuhkan hampir setengah jam untuk menjelaskan garis besar kasus. Jing Song memicingkan matanya: "Bagaimana mungkin ada kejadian seperti ini? Siapa sebenarnya pelakunya?" Dongfang Xiao merasa getir di hati. Sebagai kapten tim investigasi, sampai detik ini ia belum mengetahui identitas lawannya. Sungguh ironis. Pertanyaan Jing Song itu bukan hanya membuatnya terdiam, tapi juga dipenuhi rasa bersalah: "Identitas pasti pelaku masih dalam penyelidikan. Kami datang untuk meminta informasi dari Jing Yan, mungkin bisa membantu proses penyidikan."
Jing Song mengangguk: "Hm, Xiao Yan, katakan semua yang kau tahu!" Ia menoleh ke Dongfang Xiao: "Apakah kami perlu meninggalkan ruangan?" Dongfang Xiao tersenyum: "Tentu tidak. Justru lebih baik Bapak/Ibu ikut mendengarkan. Beberapa hal masih membutuhkan kerja sama orang tua."
Dongfang Xiao tidak terlalu banyak menyembunyikan, menjelaskan perkembangan kasus secara garis besar. Tentu saja, bagian yang diceritakan semua terkait dengan Jing Yan, termasuk kasus "bunuh diri" Tang Rong dari kelas mereka. Mendengar ini, hati Jing Song dan Zhang Deyuan serasa dicubit erat, terutama Zhang Deyuan yang wajahnya langsung berubah pucat.
"Mengapa? Mengapa dia harus menyasar Jing Yan kami? Jing Song, jangan-jangan kau tidak sopan dengan seseorang di luar?" Zhang Deyuan mulai menyalahkan Jing Song. Jing Song hanya bisa tersenyum getir. Di posisinya, mustahil tidak menimbulkan konflik. Tapi prinsip 'keluarga tidak perlu ikut terseret' harusnya berlaku, lagipula tidak mungkin sampai level bertarung mati-matian seperti ini?
Dongfang Xiao juga menatap Jing Song. Bagaimanapun, ini kali kedua Jing Yan diintai Buku Panduan Bunuh Diri, sangat berbeda dengan penerima lainnya. Perkataan Zhang Deyuan memberinya logika baru: Mungkin kasus ini menyimpan persaingan tak diketahui? Dongfang Xiao teringat kasus gangguan sinyal telekomunikasi yang terkait perusahaan operator. Jing Song di depannya ini adalah manajemen puncak perusahaan telekomunikasi.
Jing Song melototi istrinya: "Apa yang kau omongkan? Mana mungkin aku punya permusuhan? Paling-paling cuma perbedaan pendapat kerja. Masalah pekerjaan kok bisa berubah jadi konflik musuh versus kita yang harus bertarung sampai mati?"
Komisaris Timur berkata: "Tuan Jing, tidak ada yang mutlak. Lagipula hati manusia sulit ditebak. Terkadang sesuatu yang remeh menurutmu, bisa saja diperbesar oleh mental gelap orang lain hingga menimbulkan konflik. Bisa saja mereka melakukan tindakan gegabah. Begini saja, pikirkan baik-baik apakah dalam pekerjaan atau kehidupan pernah tidak sopan pada seseorang? Konflik yang sulit didamaikan, jangan-jangan ada permusuhan dalam?"
Jing Song mengerutkan alis. Ia benar-benar tak berani berpikir ke arah itu. Menurutnya, sekalipun benar-benar pernah menyinggung seseorang, itu pasti urusan pekerjaan. Bagaimana bisa terkait kehidupan pribadi? Lagipula dalam bekerja ia selalu memperhatikan cara bertanya. Bisa dibilang dalam menjadi manusia, ia selalu menyisakan ruang kompromi.
Ia menggeleng: "Komisaris Timur, aku benar-benar tidak ingat pernah menyinggung siapa pun. Gesekan kecil dan tabrakan ringan dalam pekerjaan mana mungkin sampai mengancam nyawa keluarga kami!" Zhang Deyuan tiba-tiba teringat sesuatu: "Qin Huabin itu masih kau ingat? Mantan teknisi pemelihara BTS yang dulu kau pecat karena ketahuan minum-minum saat jaga malam. Bukankah dia pernah mengganggu rumah kita? Dia juga bilang, cepat atau lambat akan membuat kita menyesal!"
Jing Song berpikir sejenak lalu berkata: "Waktu itu kan cuma ucapan emosi, toh akhirnya juga baik-baik saja bukan?" Dongfang Xiao bertanya: "Orang ini sekarang di mana?" Jing Song menjawab: "Kabarnya sekarang buka bengkel reparasi sendiri, khusus servis HP dan terima HP bekas, di..." Jing Song mengetuk dahinya: "Ah iya, tokonya ada di tengah Jalan Chengji!" Dongfang Xiao mengangguk: "Setelah itu dia tidak cari masalah lagi pada kalian?"
"Tidak ada!" Jawab Jing Song dan Zhang Deyuan serempak.
Dongfang Xiao lanjut menanyakan kondisi Jing Yan. Jing Yan jelas tidak punya musuh, cuma ada dua pengagum. Orang tua Jing Yan mengawasi ketat, di SMA tidak izinkan dia pacaran. Jadi pasti Jing Yan menolak mereka. Meski ditolak, mereka tetap merayu Jing Yan, seharusnya tidak berniat jahat.
Jing Yan juga tidak tahu dari mana buku-buku itu berasal, tiba-tiba saja ada di tasnya. Emosi Jing Yan mulai memuncak, duduk sambil terus gemetar. Zhang Deyuan memeluknya erat, khawatir dia tak terkendali.
"Teman sekelas Jing Yan, kau tak perlu takut. Jika bertemu masalah seperti ini lagi, segera hubungi kami. Asalkan kau menyerahkan buku catatan itu pada kami, kau tak akan kena masalah. Selama buku itu tidak di tanganmu, kau akan aman!" Jing Yan bertanya refleks: "Benarkah?" Dongfang Xiao mengangguk mantap: "Tentu benar. Selain itu, jika ada temanmu yang menerima buku ini, kau harus segera memberi tahu kami. Kau takkan tega melihat teman sendiri kena musibak 'kan?"
Jing Yan mengeluarkan suara "Hm" lemah. Dongfang Xiao tahu pertanyaan lebih lanjut tak akan membuahkan hasil. Ia bangkit dan berpamitan pada keluarga Jing sebelum pergi.
"Cari tahu tentang Qin Huabin yang disebut Jing Song. Meski kurasa bukan dia pelakunya, tapi mengingat situasi ini, investigasi tak ada ruginya!" Setelah masuk mobil, Dongfang Xiao berkata pada pemuda di sampingnya. Pemuda itu mengangguk: "Kepala, katanya kasus ini akan digabung dengan kasus gangguan sinyal seluler yang sedang diselidiki Badan Intelijen?"
Dongfang Xiao meliriknya: "Hm, ada masalah?" Si pemuda terkekek: "Latar belakang mereka begitu kuat. Nanti kita masih bisa angkat bicara?" Dongfang Xiao menjawab tenang: "Apa yang kau pikirkan? Selama bisa menyelesaikan kasus, penggabungan justru baik. Fakta juga membuktikan kedua kasus memang terkait. Lagipula, jika kasus ini benar seperti kata Tuan Zhu yang melibatkan banyak masalah teknis khusus, menurutmu kita sanggup menanganinya sendiri?"
