Yaping terkejut melihat Lin Chuan: "Lin, bukannya kau di tim khusus? Sudah selesai inspeksi?" Lin Chuan tersenyum kecut: "Jangan mengolok, Kak. Direktur tidak ada?" Bisiknya sambil menunjuk ke kantor direktur.
Yaping berkata: "Di kantor, ada apa, kau ada urusan dengannya?" Lin Chuan buru-buru menjulurkan lidahnya: "Tidak, aku sama sekali tidak ada urusan dengannya." Yaping menarik Lin Chuan ke samping dan berbisik: "Taktik yang kuberikan padamu tidak salah kan?" Lin Chuan kesal menjawab: "Lebih baik kau tidak usah singgung ini, kau tidak tahu, malam itu aku dimarahi habis-habisan oleh Pak Senior itu! Aku bilang Kak, kan kau sudah senior, bukankah kau tahu watak keras kepala orang tua ini?"
Yaping mengangkat bahu: "Aku benar-benar tidak tahu, sebenarnya dia baru datang setengah tahun lebih awal darimu, sebelumnya menjabat sebagai direktur di county bawah sana. Tapi menurutku, para pejabat ini sama saja, direktur sebelumnya juga bukan orang baik!" Lin Chuan baru lekas berbisik menceritakan kejadian di rumah Direktur Wang malam itu, Yaping menjulurkan lidah: "Ya Tuhan, dia benar-benar seperti itu?" Lin Chuan mengernyit: "Tentu saja!"
Yaping menghela napas: "Ini benar-benar membuatku mengubah pandangan, tapi biasanya melihat sikapnya yang sangat ketat, kukira dia sedang berpura-pura. Ya sudahlah, kali ini Kakak salah menilai, bagaimana kalau lain kali Kakak traktirmu makan!" Lin Chuan menjawab: "Nanti saja, belakangan ini aku harus terjun penuh di bagian bawah sana."
Yaping baru teringat bertanya: "Apa kamu kembali karena ada urusan?" Lin Chuan menjawab: "Benar ada urusan, Kak Yaping. Du Xiaojun itu, di mana dia sekarang?" Yaping berkata: "Oh, kamu mencari dia ya?" Yaping melirik ke sekeliling: "Lin Chuan, benarkah dia sepupu teman sekelasmu?" Lin Chuan mengerutkan alis: "Ada masalah apa?" Yaping tersenyum tipis: "Kamu tahu apa yang diobrolkan orang-orang di kantor? Mereka semua bilang Xiao Lin macam apa ini sampai tertarik pada wanita seperti itu. Aku masih berusaha klarifikasi untukmu."
Lin Chuan membelalakkan mata: "Mereka benar-benar iseng!" Yaping buru-buru menenangkan: "Kakak bilang, cepat-cepat cari pacar saja, biar orang-orang tidak cerewet di belakang!" Lin Chuan mengubah topik, teringat pesan Hu Ming: "Ngomong-ngomong, di mana dia sekarang?" Yaping menjawab: "Di pusat uji, dia harus magang di sana sebulan."
Lin Chuan berpamitan dan menemukan pusat uji. Ia memanggil Du Xiaojun ke mulut koridor. Sikap Du Xiaojun tidak ramah, malah terkesan dingin: "Aku sibuk kerja. Ada perlu apa?" Lin Chuan tiba-tiba gugup, setelah lama mengumpulkan keberanian akhirnya berkata: "Begini, apa kamu kenal anak bernama Hu Liang?" Lin Chuan memperhatikan tubuh Du Xiaojun gemetar halus. Ia menatapnya, menunggu jawaban.
"Mengenal, tapi aku bisa bilang dengan tegas, siapapun yang menyuruhmu datang, aku tidak mungkin janji untuk menemuinya. Ada urusan lain? Kalau tidak, aku akan kembali bekerja dulu!" Lin Chuan sudah membuat hipotesis Du Xiaojun mungkin menolaknya, tapi dia tidak menyangka penolakan Du Xiaojun begitu langsung. Bibirnya bergetar, Du Xiaojun pun tidak menghiraukan, berbalik dan masuk ke pusat uji.
Kekecewaan Hu Ming memang sudah diperkirakan Lin Chuan. Lin Chuan berkata melalui telepon: "Maaf, Direktur Hu, sudah kucoba semampuku." Sampai di sini dia mengejek diri sendiri: "Sebenarnya aku sama sekali tidak punya pengaruh di hadapannya." Hu Ming menghela napas: "Xiao Lin, bagaimanapun, terima kasih. Aku berhutang budi padamu!"
Lin Chuan buru-buru menyahut: "Direktur Hu, jangan berkata begitu! Tapi aku penasaran, sejak dia lulus masih menjenguk Hu Liang, sebenarnya mengapa hubungan mereka bisa berubah seperti ini? Jangan-jangan Hu Liang melakukan sesuatu yang membuatnya marah?" Dari sisi Hu Ming terdiam sejenak, Lin Chuan berpikir jangan-jangan benar seperti dugaannya? Tapi Hu Ming malah menjawab: "Tidak mungkin, aku percaya Liangzi." Ternyata Hu Ming juga tidak benar-benar yakin, hanya karena anaknya baik hati, secara intuitif memilih percaya pada anaknya sendiri.
Lin Chuan menangkap nada bicaranya yang tak terlalu yakin: "Direktur Hu, apa Anda benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mereka? Menurut penuturan Anda, hubungan mereka seharusnya selalu baik-baik saja, bukan?" Hu Ming menjawab: "Justru itu yang membuat saya dan istri saya frustrasi. Kami bertanya pada Liangzi, tapi dia sama sekali tidak mau bicara. Ingin menanyakan pada Du Xiaojun, tapi dia bahkan tidak mau bertemu dengan kami."
Lin Chuan menutup telepon, melirik ke arah pusat pengujian, akhirnya memutuskan untuk masuk kembali ke dalam.
Du Xiaojun mengerutkan alisnya melihat kedatangannya: "Kamu kok belum pergi?" Lin Chuan menghela napas: "Bisa kita ngobrol baik-baik?" Du Xiaojun berpikir sejenak: "Baiklah, tapi harus menunggu setelah jam pulang kantor. Aku berbeda denganmu, lagipula aku masih dalam masa percobaan." Lin Chuan mengangguk: "Oke, nanti aku traktir makan!" Du Xiaojun tidak berkata apa-apa lagi, tapi perubahan sikapnya ini sudah cukup membuat Lin Chuan lega. Komunikasi yang terjalin jauh lebih baik daripada sikap dingin yang sebelumnya.
Lin Chuan tidak berlama-lama di kantor. Meski tinggal lebih dari satu jam lagi menuju jam pulang, dia memilih mengembalikan mobil ke tim khusus terlebih dahulu sebelum menyewa taksi kembali ke Komite Frekuensi Radio. Tepat waktu.
Di bawah tatapan penuh tanya rekan-rekan, Lin Chuan memimpin Du Xiaojun naik ke sebuah taksi. Lin Chuan menyebutkan nama restoran favoritnya. Du Xiaojun tetap diam tanpa komentar.
Wajah Du Xiao Jun tidak lagi ditutupi kain penutup wajah itu, tampaknya ia perlahan sudah mulai beradaptasi menunjukkan wajah aslinya pada dunia. Lin Chuan dan Du Xiao Jun duduk bersama di kursi belakang, tak disangka Du Xiao Jun yang lebih dulu membuka pembicaraan: "Kau meninggalkan kantor bersamaku seperti ini, tidak takut mereka akan bergosip?" Lin Chuan tersenyum tipis: "Bahkan tanpa kejadian hari ini pun mereka tetap akan mencari-cari omongan. Bukankah selama beberapa hari ini di kantor kau sudah mendengar berbagai desas-desus?"
Du Xiao Jun tentu sudah mendengarnya, ia berkata dengan tenang: "Kau tidak keberatan?" Lin Chuan mengangkat bahu: "Yang bersih akan tetap bersih. Mulut orang bukan wilayahku kuasa." Du Xiao Jun melirik Lin Chuan dengan pandangan aneh: "Kalau kau menyukai bibiku, mengapa tidak mengambil inisiatif mengejarnya?"
Lin Chuan tertegun sejenak, tak menyangka Du Xiao Jun tiba-tiba mengalihkan topik ke dirinya. Ia menghela napas dan menggeleng: "Bagaimana mungkin bibimu tertarik padaku? Dulu di sekolah ia selalu dikerumuni pangeran-pangeran impian, sementara aku sama sekali tak masuk hitungan."
Du Xiao Jun berbisik: "Ternyata kau juga punya rasa inferior. Sebenarnya beberapa hal belum kau coba, bagaimana kau tahu bisa atau tidak?"
Lin Chuan tersenyum: "Menjadi manusia harus punya kesadaran diri, bukan? Sudah jelas tahu betapa besar jarak kemampuan antara aku dan bibimu, menurutmu masih perlu aku mencoba? Terkadang meski tahu tak mungkin tetap dilakukan, itu namanya mendapat malu. Sebenarnya kondisi sekarang juga cukup baik, setidaknya kita masih bisa berhubungan setara, sesekali bertukar pesan sebagai teman sekelas, kalau ada kesempatan ketemu, duduk bersama, ngobrol, minum teh, atau makan bersama."
Du Xiaojun menyeringai: "Rupanya kau benar-benar inferior. Kukira hanya orang seperti kami yang bisa merasa rendah diri." Ekspresi getir terpancar di wajah Lin Chuan: "Sebenarnya banyak orang yang inferior, dan itu tidak ada hubungannya dengan penampilan!" Wajah Du Xiaojun berubah pucat, ia merasa ucapan Lin Chuan sengaja menusuknya, sebagai respons atas pernyataan inferioritasnya tadi.
Lin Chuan melanjutkan: "Jangan salah paham, aku tidak sengaja memprovokasimu. Aku hanya menyampaikan fakta. Tahukah kamu sumber inferioritasku? Karena bibimu terlalu luar biasa, sementara pria di sekitarnya adalah anak orang kaya atau anak pejabat. Mereka punya uang atau kekuasaan. Lalu aku? Apa yang kumiliki?"
Du Xiaojun mendengus dingin: "Apakah kalian lelaki menganggap setiap wanita hanya mengenal uang atau kekuasaan? Di mata kalian, apakah wanita adalah pencari kemewahan, sekasar itu, dan naif?" Lin Chuan ternganga, "Hah?", ia tak menyangka respons Du Xiaojun se-tajam ini. Untuk sesaat, ia benar-benar kehilangan kata-kata.
Du Xiaojun menatap ke luar jendela, bibirnya bergumam: "Bibiku memang belum punya pacar pria, tapi situasinya tidak seperti yang kau katakan. Meski di sekitarnya tidak kekurangan pengagum, dia justru ingin menemukan seseorang yang benar-benar mengerti, menyayangi, dan tahu cara mencintainya dengan baik. Ya, kecantikan wanita mungkin bisa dianggap sebagai dasar, tapi itu hanya bisa ditukar dengan kepentingan jangka pendek, bukan berkah seumur hidup. Bibiku orang pintar, dia sudah paham soal ini sejak lama."
Mata Lin Chuan tiba-tiba berbinar: "Berarti aku masih punya kesempatan?" Setelah mengucapkan itu, Lin Chuan baru menyadari dirinya agak kehilangan kendali. Ia tersenyum canggung. Du Xiaojun tidak melanjutkan percakapan, seolah tadi bukan dia yang memicu topik ini.
Setelah tiba di restoran dan duduk, Lin Chuan menyuruh Du Xiaojun memesan menu. Namun Du Xiaojun menjawab: "Biasa saja, lagipula tujuan kita bukan untuk makan, bukan?" Keterusterangan Du Xiaojun membuat Lin Chuan agak tidak nyaman, tapi dia tidak berkata apa-apa lagi, hanya memesan tiga empat santapan biasa.
"Meski hari ini kita baru kedua kali bertemu, kau harus tahu aku ini orang jujur. Jadi tak perlu berbelit-belit saat bicara denganku." Du Xiaojun meneguk tehnya, lalu berkata dengan tenang.
Lin Chuan juga mengangkat cangkir tehnya: "Baik, kalau begitu aku akan langsung ke intinya. Kau mengenal Hu Liang, dan aku juga tahu dulu kau sangat merawat dan melindunginya. Hubungan kalian seharusnya sangat baik. Mengapa sekarang jadi seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian?"
Du Xiaojun meletakkan cangkir: "Masalah internal ini aku tidak ingin membahas." Lin Chuan kembali tertegun, tujuan utama dia mengajak Du Xiaojun keluar adalah untuk kasus ini, tapi Du Xiaojun malah menolak membicarakan kabar ini, lalu apa arti makan bersama ini?
Lin Chuan merasa murung, dia tidak rela: "Hu Liang adalah anak yang baik hati, sebenarnya orang tuanya hanya berharap kau bisa membuat anak ini tidak terus seperti sekarang, Du Xiaojun, tidak bisakah kau memahami perasaan sebagai orang tua mereka?"
