Buku kecil itu muncul lagi, masih dengan benang logam. A Qiang dan kawan-kawan mengambilnya dari tangan seorang pelajar. Siswi yang menerima buku itu adalah murid SMA Negeri 6 Xinzhou.
A Qiang menghabiskan kuah mi terakhir, meraih tisu dan mengusap mulutnya. Kepada Ma Xiaobao dia berkata: "Xiaobao, menurutmu, haruskah aku menyerahkan buku ini ke polisi?" Ma Xiaobao mengangguk: "Harus diserahkan, Kakak. Saudara-saudara bukan takut, tapi kan Katamu polisi bermarga Shu pernah bilang, kalau kita bertindak sembarangan lagi, bisa mengganggu penyelesaian kasus kepolisian. Aku ingat ada istilah menghalangi proses hukum, mungkin termasuk kejahatan berat!"
He Ruhui juga menyambung: "Benar, memang ada aturan begitu. Kakak, urusan ini lebih baik kita serahkan ke polisi. Lagipula dia sudah berjanji akan memberi kita hasil akhir, kan?"
A Qiang mengangkat buku itu sambil mengerutkan alis, seolah mengambil keputusan: "Baik, aku akan telepon dia sekarang. Xiaobao, hitung tagihan!"
Shu Yi menerima telepon dari A Qiang, wajahnya menunjukkan kejutan kecil, memberikan beberapa instruksi lalu menutup sambungan.
"Guru, seperti yang Guru perkirakan, buku kecil itu muncul, ada benang logamnya!" Shu Yi menjelaskan peristiwa A Qiang mendapatkan buku kecil tersebut. Zhu Yi mengangguk: "Hm, harapannya dia hanya mengirim satu buku kecil ini!" Shu Yi tertegun sejenak, Zhu Yi tersenyum kecut: "Aku mengkhawatirkan, kali ini dia mungkin tidak hanya mengirim satu buku kecil ini!"
Shu Yi berkata: "Maksudmu, kemungkinan besar dia sudah mengirim buku kecil lain? Dan targetnya juga bukan cuma satu?" Zhu Yi menatapnya: "Sangat mungkin, dan ini bukan hal yang mustahil. Ingat laporan kasus yang dibawa Timur, dari empat korban sebelumnya, dua diantaranya hampir menerima buku kecil bersamaan, hanya waktu kematiannya yang berbeda."
"Begini saja, suruh Timur memperketat pengawasan. Selain itu, A Qiang punya jaringan bawah tanah, banyak urusan yang lebih mudah mereka tangani daripada polisi. Suruh mereka juga lebih waspada!" Shu Yi berbisik.
Zhu Yi mengeluarkan "Hm": "Kau segera ambil kembali buku kecil itu. Lain halnya, dari selatan baru saja ada telepon, di bawah tekanan berat dia dan Xiao Sheng, Tong Yu akhirnya bisa tidur nyenyak semalaman. Sungguh tak kusangka bajingan ini bisa bertarung habis-habisan!"
Shu Yi tersenyum: "Mungkin tekanan yang kita berikan padanya terlalu besar, tapi memang tidak ada jalan lain. Kasus ini membuat semua orang kehabisan napas, sudah lama kita tidak mengalami situasi seperti ini, dipukul lawan sampai bingung arah, hingga sekarang kita masih tidak tahu siapa dia, di mana bersembunyi, bahkan motif dan tujuannya pun sama sekali tidak kita ketahui."
Shu Yi menemui A Qiang, kali ini dia datang sendirian.
A Qiang masih merasa cemas. Entah mengapa, Shu Yi memberinya tekanan tak kasat mata, bukan hanya tekanan, tapi juga aura pembunuh. A Qiang merasa aneh, dirinya sendiri sudah lama berkecimpung di dunia hitam. Di jalanan banyak orang kejam dan berbahaya, mereka juga memiliki aura pembunuh, tapi tidak sekuat yang dirasakannya dari Shu Yi.
"Di mana saudara-saudaramu?" Shu Yi bertanya dengan santai. A Qiang menyerahkan sebatang rokok pada Shu Yi: "Mereka ada di dalam. Kusuruh mereka tinggal di kamar." Shu Yi menerima rokok itu, menyalakannya tanpa melihat: "Suruh mereka keluar, aku ingin bertemu. Selain itu, ada kabar yang perlu kusampaikan!"
Barulah A Qiang berlari ke pintu kamar kedua orang itu dan mengetuk: "Xiao Bao, Ruhui, kalian keluar. Tuan Shu ingin bertemu." Pintu terbuka, Ma Xiaobao dan He Ruhui keluar dengan ragu-ragu. Melihat Shu Yi yang duduk tenang di sana, hati mereka gemetar tak terkendali.
Shu Yi tersenyum tipis: "Silakan duduk semua, buat apa berdiri? Apa aku sebegitu menakutkan?" A Qiang melototi kedua orang itu: "Tuan Shu menyuruh kalian duduk, cepat ikuti aku duduk, jangan terus berdiri kaku." Ketiganya pun duduk. Shu Yi mengeluarkan rokok dan melemparkannya ke meja: "Kenapa sepertinya kalian sangat takut padaku?"
A Qiang tersenyum kecut: "Tuan Shu, jangan hiraukan omongan kami. Sebenarnya ini bukan salah mereka. Bahkan aku sendiri juga grodi di hadapan Tuan. Kalau boleh dibilang baik, kami ini anggota masyarakat yang tidak produktif. Kalau jujur, kami cuma preman kecil. Preman mana yang tidak takut polisi? Lagipula Tuan Shu, Tuan punya aura pembunuh yang membuat tekanan mentalku juga besar."
Shu Yi tertegun sejenak: "Oh? Ada?" Ma Xiaobao dan He Ruhui sama-sama mengangguk kuat-kuat.
Shu Yi tertawa: "Sudah, jangan berlarut-larut membahas hal tak penting. A Qiang, mana buku kecilnya?" A Qiang buru-buru menyerahkan buku itu. Shu Yi memeriksanya dan benar-benar ada benang logam. Ia mengangguk: "Hm, urusan ini beres. Terima kasih dulu. Tapi kami curiga masih ada buku lain yang muncul. Jadi kami minta bantuan kalian untuk bekerja lebih keras lagi!"
Ma Xiaobao dan He Ruhui sama-sama menatap A Qiang. Mana mungkin A Qiang menolak: "Tuan Shu, tenang saja. Urusan ini serahkan saja pada kami. Selama benar-benar masih ada buku kecil yang muncul, meski harus menggali tanah sedalam tiga kaki, kami pasti akan menemukannya!" Shu Yi mengangguk: "Bagus, kalau begitu terima kasih. Ingat, begitu dapat buku itu langsung telepon saya! Prinsip utamanya: buku itu tidak boleh menginap di tangan kalang!"
Ketiganya memberikan jaminan pada Shu Yi. Shu Yi bertanya lagi: "Masih ada uang untuk kebutuhan?" A Qiang tak paham maksudnya, bahkan muncul kecurigaan: Jangan-jangan polisi ini mau memeras uang dari kami? Tapi dipikirkannya lagi, Shu Yi sepertinya bukan tipe orang seperti itu.
"Tidak... Tidak banyak tersisa. Uang ini pemberian Liu Zhi waktu itu," jawab A Qiang pelan. Shu Yi mengeluarkan tas kecilnya dan mengambil setumpuk uang: "Ambil saja sepuluh ribu yuan ini. Masak kami mau menyuruh kalian kerja sambil lapar perut! Hematlah, ini uang pribadi saya."
Hati A Qiang terasa hangat: "Ini... Terlalu banyak, tidak perlu sebanyak ini!" Sambil berkata begitu, ia hendak menolak. Tapi Shu Yi melototinya: "Sudah! Buat apa berlagak manis di hadapanku? Suruh ambil ya ambil saja!" Barulah A Qiang menerimanya. Shu Yi berdiri: "Perkara yang kubicarakan tadi harus benar-benar kalian ingat! Jangan sampai terlupa!"
A Qiang dan kedua rekannya cepat-cepat mengangguk sambil berkata "Siap!"
Setelah Shu Yi pergi, ketiganya baru bisa menghela napas lega.
“Kakak Qiang, apakah Tuan Shu benar-benar polisi?” Ma Xiaobao bertanya. A Qiang melototinya: “Dia terakhir kali datang bersama polisi, dan polisi itu juga tampak takut padanya. Ini bisa palsu?” He Ruhui berkata: “A-Aku rasa dia lebih mirip p-pembunuh bayaran!” A Qiang menampar kepalanya: “Bunuh kepalamu!”
Ma Xiaobao mengerutkan alis: “Tapi polisi seperti ini justru bagus, bahkan memberi kami uang.” A Qiang menghela napas: “Aku juga pertama kali melihat polisi seperti ini. Sudahlah, terserahlah! Kita cukup lakukan tugas kita!” Dia mengeluarkan HP: “Nanti sepulang sekolah kita cari secara terpisah. Ngomong-ngomong Xiao Bao, kau harus gerakkan semua anak-anak itu. Lebih banyak orang lebih kuat. Sekolah sebanyak ini mana bisa hanya kita berlima? Bukannya kita punya uang? Kalau perlu kita bayar, beli informasi!”
He Ruhui bertanya: “Kalau mereka t-tidak mau jual?” Ma Xiaobao menjawab kasar: “Tidak mau? Kita beri mereka pelajaran!” A Qiang menyetujui: “Benar! Dipukuli oleh kami lebih baik daripada mereka kehilangan nyawa sendiri!”
Xia Xue adalah pelajar kelas 2 SMA di SMP Negeri 7 Xinzhou. Dia sangat terkenal di sekolahnya, karena dinobatkan sebagai Ratu Kampus dan menjadi putri impian banyak pria. Putri selalu sombong, Xia Xue pun tak terkecuali.
“Xia Xue, mau jalan-jalan ke pasar bareng?” Saat pulang sekolah, Yao Na—siswi yang paling akrab dengannya di kelas—menarik lengannya dan bertanya. Xia Xue melirik Yao Na: “Emang asyik apa jalan-jalan ke pasar? Ngomong-ngomong, Liu Limei mana? Kok baru pulang sekolah langsung hilang bayangannya?” Yao Na tersenyum: “Kamu masih belum paham sifatnya? Ada lawan jenis, langsung lupa kemanusiaan! Pasti lagi gendong tas sekolah pacaran bareng Yan Tong!”
Xia Xue mendengus pelan: “Dia mah asyik sendiri bersenang-senang. Lupa ya pas istirahat siang tadi kita berantem sama si jelek demi dia? Katanya mau traktir kita makan KFC sepulang sekolah!” Yao Na menghela napas: “Xue’er, jangan-jangan kita yang keterlaluan? Sebenarnya kan salah Limei dari awal!”
Xia Xue menatap Yao Na: “Kapan jadi baik hati begini? Si jelek itu dari dulu memang mengesalkanku. Jangan pikir nilai bagus bisa semena-mena! Lagipula, secantik apa pun nilainya, lulus nanti juga nganggur. Orang kayak gitu mending ngumpet di rumah, ngapain keluar-keluar bikin orang takut?”
Usai bicara, Xia Xue menyodok tas dari dalam meja kelas: “Ayo pergi!” Saat mengeluarkan tasnya, sebuah benda jatuh ke lantai. “Lho, apa ini?” Yao Na membungkukkan badan, memungut sebuah buku kecil dari lantai. Seketika, wajahnya pucat pasi.
Xia Xue melihat ekspresinya: "Ada apa?" Tatapan bertanya juga menengadah. Suara Yao Na sedikit bergetar ketakutan: "Sepertinya itu buku kecil itu!" Xia Xue melihat jelas: "《Buku Panduan Bunuh Diri》?" Yao Na mengangguk: "Xue'er, kau juga tahu kabar angin itu, siapa yang menerima buku ini akan..." Xia Xue menyeringai, wajah penuh remeh: "Apa? Kau percaya rumor tidak berdasar?"
Yao Na mengernyitkan wajah: "Aku dengar benar-benar ada orang yang mengalami masalah karena menerima buku ini, sudah beberapa kasus!" Xia Xue berkata tenang: "Aku tetap tidak percaya, buku kecil bisa membunuh?" Yao Na melirik ke sekeliling: "Xue'er, urusan ini jangan kau remehkan, lebih baik segera buang! Atau serahkan ke polisi, bukankah sebelumnya ada polisi yang datang membicarakan buku ini? Mereka bilang, jika menemukan buku ini segera hubungi mereka dan serahkan!"
Xia Xue memeriksa buku itu dengan saksama, senyuman mengembang di wajah: "Terlihat cantik, isinya juga menarik, akan kusimpan dulu!" Ucapnya sambil memasukkan buku itu ke tas ransel. Yao Na tak bisa mencegah, hanya bisa menghela napas: "Xue'er, menurutku kabar ini agak misterius, kau harus benar-benar berhati-hati."
Xia Xue tersenyum: "Kenapa? Kau masih percaya rumor tak berdasar itu? Rumor berhenti di orang bijak, kita harus percaya pada sains. Sudahlah, jangan beri tahu siapa pun, ayo kita jalan-jalan!"
A Qiang dan kawanannya memang menempatkan orang di Sekolah Menengah 7, namun mereka tak menyadari bahwa Ratu Kampus Sekolah 7, Xia Xue, ternyata juga menerima buku kecil ini. Di bawah pengawasan ketat Ma Xiaobao, Xia Xue justru pergi dengan leluasa. Malah Ma Xiaobao yang berani menggoda Xia Xue dengan dua patah kata, mendapat lirikan sinis darinya.
