Liang Hualin tiba-tiba terlihat jauh lebih tua. Pukulan dari Liang Ying tak bisa ditahannya. Meski di depan istri ia terlihat sangat kuat dan terus menghibur sang istri, tapi begitu kembali ke kantornya sendiri, ia tak lagi sanggup bertahan dan ambruk di sofa.
Chu Yuan dengan hati-hati mengikutinya. Setelah melihatnya duduk, Chu Yuan mengambil cangkirnya dan menyeduhkan teh, meletakkannya di meja teh di hadapannya, lalu mundur ke pintu kantor bersiap menutup pintu.
"Chu Yuan!" Liang Hualin memanggil dengan suara lembut. Chu Yuan segera kembali, berdiri jujur di hadapan Liang Hualin. Ia tidak menghibur Liang Hualin, tahu bahwa saat ini semua kata penghiburan akan terdengar kehilangan wibawa tanpa arti. Di lubuk hati Chu Yuan juga ada kesedihan mendalam. Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya ia bukan mengincar harta keluarga Liang. Ia benar-benar menyukai Liang Ying, meski banyak yang tak percaya - bahkan Liang Ying sendiri tak percaya - tapi perasaannya pada Liang Ying tulus adanya.
“Silakan duduk!” Liang Hualin menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Chu Yuan menurut duduk. Liang Hualin menunjuk rokok di meja teh: "Ambilkan satu untukku." Chu Yuan mengangkat rokok, menyerahkan sebatang kepada Liang Hualin. Saat mendekatkannya ke bibir, dia menyalakan api. Liang Hualin berbisik: "Kau juga perokok kan? Nyalakan sendiri." Chu Yuan ragu sejenak. Liang Hualin memeriksanya: "Mau merokok ya merokok saja. Tak perlu berpura-pura di hadapanku."
Baru sekarang Chu Yuan menyalakan sebatang untuk dirinya, meski tetap merasa agak kaku.
"Yingzi sudah tiada, apa rencanamu?" Tatapan Liang Hualin dingin. Di matanya, Chu Yuan hanya ingin memanfaatkan hubungan dengan Yingzi untuk ambisi pribadi. Chu Yuan batuk dua kali. Pertanyaan ini memang sulit dijawabnya. Dari lubuk hati, ia merasa tak seharusnya meninggalkan Liang Hualin sekarang. Hanya dialah yang paling memahami perasaan Liang Hualin, lagipula sebagai ayah Yingzi, kehadirannya bisa memberi kenyamanan.
Tapi Liang Ying sudah mati. Keberadaannya yang terus menerus jadi tak masuk akal. Ia tak merasa pantas jadi wakil Liang Hualin. Dengan suara lirih ia berkata: "Aku harap bisa kembali jadi tukang ledeng." Liang Hualin menggeleng: "Tak bisa kubiarkan kau tinggal. Pergilah dari sini. Aku akan beri uang cukup sampai kau dapat pekerjaan baru."
Chu Yuan bingung menatap Liang Hualin: "Manajer Liang, aku tidak akan merepotkanmu, juga tidak akan mengajukan permintaan apa pun padamu." Liang Hualin tersenyum kecut: "Chu Yuan, meski aku tidak tahu mengapa kau bisa bersama Yingzi, tapi dengan kejadian yang menimpanya sekarang, menurutmu apa kau masih pantas tinggal di sini? Apa kau ingin setiap hari saat aku datang ke lokasi proyek langsung melihatmu dan teringat putriku? Tidakkah menurutmu itu sangat kejam bagiku?"
Chu Yuan terdiam sejenak, ia memang tak pernah memikirkan hal itu. Liang Hualin menghela napas: "Kau pasti menganggapku tidak berperasaan, tapi yang kukatakan ini jujur dari hati. Walau kau tak banyak bersekolah, seharusnya paham makna 'terkenang orang yang telah tiada saat melihat barang peninggalannya'. Kau bukan benda, tapi manusia. Melihatmu aku langsung teringat Yingzi, jadi kumohon pengertianmu."
Chu Yuan memicingkan matanya. Ia tahu ucapan Liang Hualin benar, tapi tetap keras kepala mendongakkan kepala: "Manajer Liang, jangan-jangan kau sekarang sudah mau melupakan Yingzi? Jenazahnya masih terbaring!" Liang Hualin menangkap maksud tersembunyi dalam kata-katanya: "Apa maksudmu ini?" Chu Yuan berkata tenang: "Tidak ada maksud khusus. Jika kau mau melupakan Yingzi, silakan saja. Tapi aku tidak bisa membiarkannya mati sia-sia. Siapa yang membunuhnya, aku pasti akan membuatnya membayar dengan darah!"
Liang Hualin membelalakkan matanya. Ia tak menyangka Chu Yuan akan melakukan ini. Ia agak tak percaya apakah perkataan Chu Yuan serius atau hanya akting. Jika Chu Yuan benar-benar serius, maka perasaan bajingan ini terhadap Yingzi cukup membuatnya terharu.
Chu Yuan melihat sorot mata Liang Hualin dipenuhi kecurigaan. Ia menyeringai dingin: "Aku tahu Manajer Liang memandang rendahku. Aku cuma tukang bangunan, malamnya kerja paruh waktu sebagai satpam shift malam. Seharusnya memang tak pantas tinggal di kota ini. Kalian pasti menganggap aku bersama Yingzi hanya demi uang keluarga kalian. Tapi kutepuk dadaku bersumpah: Kalian salah menilaiku! Ya, aku memang tak punya apa-apa sekarang. Tapi seburuk-buruknya aku takkan mengandalkan wanita untuk meraih segalanya. Aku masih muda, asal mau kerja keras, suatu hari nanti pasti bisa dapatkan semua yang kuinginkan. Alasan aku bersama Yingzi sederhana: Aku cinta padanya!"
Tatapan Chu Yuan pada Liang Hualin bahkan memancarkan cemooh: "Manajer Liang, kau ayah Yingzi, bosku. Secara logika harusnya aku menghormatimu. Tapi justru aku memandang rendahmu! Yingzi mati, jelas dibunuh orang. Kau malah sibuk ingin melupakannya dan memulai kehidupan baru alih-alih mencari pelakunya! Pantaskah kau disebut ayahnya? Kau selalu bilang mencintainya, tapi cintamu mudah sekali luntur begitu saja?"
“Baik, yang ingin kusampaikan sudah selesai. Kalau di sini tidak ada tempat untukku, aku juga tidak akan memaksa bertahan. Tapi urusan Yingzi tidak akan kubiarkan begitu saja. Aku pasti akan menemukan orang yang membunuhnya dengan caraku sendiri, lalu membalas dendam untuk Yingzi. Soal tawaran uangmu, terima kasih. Aku tidak butuh uang, simpan saja sendiri!”
Setelah berkata demikian, Chu Yuan berdiri dan membungkuk hormat dalam-dalam. Setelah berbalik, ia melangkah mantap menuju pintu. Liang Hualin terdiam lama sebelum tersadar. Saat ini Chu Yuan sudah keluar dari kantor. Liang Hualin melompat dari sofa dan melesat ke samping pintu: "Chu Yuan, berhenti kau!" Namun Chu Yuan pura-pura tak mendengar. Liang Hualin panik, berlari keluar dan menariknya: "Chu Yuan, kau harus berhenti!" Baru sekarang Chu Yuan menghentikan langkahnya: "Manajer Liang, masih ada urusan apa?"
Liang Hualin melihat banyak mandor dan pekerja rumah tangga menatap mereka. Ia melotot: "Kembali ke kantorku!" Perkataan Chu Yuan telah membuatnya terharu. Kini ia mulai percaya bahwa perasaan Chu Yuan terhadap Liang Ying pasti tulus. Di lubuk hatinya timbul rasa bersalah, ia merasa sebagai ayah, dirinya benar-benar kalah dibanding perasaan Chu Yuan pada Liang Ying.
Liang Hualin juga membenci pelaku pembunuhan Liang Ying, tapi ia menaruh harapan untuk menangkap pelakunya pada polisi. Dalam hal ini, ia kalah dari Chu Yuan. Namun keberanian Chu Yuan patut dipuji tapi tidak patut ditiru. Menyelidiki pelaku secara pribadi pertama-tama sangat berbahaya, kedua besar kemungkinan tanpa sengaja melanggar hukum. Ia tidak tega melihat Chu Yuan dalam bahaya, apalagi membiarkan Chu Yuan melanggar hukum demi Liang Ying.
Chu Yuan tidak berkata-kata, mengikuti Liang Hualin kembali ke kantor.
Liang Hualin menatapnya dengan tatapan aneh: "Mengapa?" Chu Yuan tidak mengerti maksud pertanyaan Liang Hualin, wajahnya terlihat kebingungan. Liang Hualin menghela napas panjang: "Sebenarnya apa yang kau sukai dari Yingzi? Dengan syarat-syaratmu, kau bisa mencari gadis yang setidaknya penampilan luarnya jauh lebih baik daripada Yingzi."
Chu Yuan tersenyum, senyumannya terasa getir: "Yingzi adalah gadis yang berhati baik. Pertama kali aku bertemu dengannya di lokasi proyek, aku tidak sengaja jatuh dari perancah. Saat itu Manajer Liang sedang dinas luar kota, dialah yang bersama rekan kerja mengantarku ke rumah sakit. Selama beberapa hari dirawat inap, dia sering menjenguk dan merawatku. Dialah yang mengajarkanku banyak prinsip hidup, memperkenalkanku pada kota ini. Sejak saat itu aku berpikir, jika bisa memiliki pacar seperti dia, pasti sangat bahagia dan diberkahi!"
"Kasus ini mungkin juga sedikit diketahui Liang Hualin, hanya dia tidak menyangka alasan Chu Yuan menyukai Liang Ying ternyata sesederhana ini: 'Cuma segitu sederhananya?' Chu Yuan mengerutkan alisnya: 'Butuh berapa alasan untuk menyukai seseorang, mencintai seseorang?' Liang Hualin terdiam sejenak, pertanyaan ini terlalu filosofis, dia pun tak bisa menjawab.
'Chu Yuan, aku ubah rencana. Kau tetap di sini, terus membantuku di sampingku. Tapi ada satu hal yang kuharap kau setujui.' Liang Hualin menatap Chu Yuan. Chu Yuan bertanya pelan: 'Urusan apa?' Liang Hualin menyalakan rokok baru: 'Kasus Yingzi serahkan saja pada polisi yang menyelidiki. Jangan bertindak sembarangan, aku tidak ingin kau celaka lagi.' Chu Yuan memicingkan matanya: 'Kau takut?'
Liang Hualin tersenyum kecut: 'Apa yang kutakut? Aku sudah kehilangan segalanya. Yingzi adalah segalanya bagiku dan bibimu! Semuanya sudah hilang, apa lagi yang perlu kami takuti.' Chu Yuan berkata tenang: 'Kalau begitu, kenapa tidak biarkan aku mencari pelakunya?' Liang Hualin bermuka masam: 'Bocah ini, kenapa kau tidak mengerti? Ini untuk kebaikanmu sendiri. Mereka itu orang-orang seperti apa? Pembunuh, pembantai tanpa belas kasihan. Dengan apa kau mau melawan? Lagipula negara punya hukum, balas dendam pribadi tidak diperbolehkan. Sekalipun kau benar-benar balas dendam untuk Yingzi, tapi kau sendiri akan dipenjara, pantaskah?'
Chu Yuan tersenyum: 'Jika aku benar-benar bisa membalas dendam untuk Yingzi dengan tanganku sendiri, justru aku merasa itu sepadan. Manajer Liang...'"
Liang Hualin mengangkat tangan menghentikannya: "Dan mulai hari ini panggil aku Paman Liang, jangan panggil Manajer Liang. Mulai sekarang, kau adalah keponakan kandungku." Chu Yuan merasa sangat tersentuh di hati. Ia tahu perasaannya terhadap Yingzi baru benar-benar diterima oleh Liang Hualin, namun yang lebih mendominasi hatinya adalah kesedihan. Meski Liang Hualin menerima cintanya pada Liang Ying, sang putri telah tiada.
Sorot mata Chu Yuan berkaca-kaca: "Paman Liang, aku tahu niatmu baik. Tapi jika tak bisa membalas dendam untuk Yingzi sendiri, aku takkan bisa melewati rintangan psikologis ini. Tenang saja, aku akan hati-hati dalam bertindak, akan menjaga keselamatan diri. Begitu menemukan jejak pelaku, segera kukabarkan ke kepolisian. Takkan nekat. Paman, biarkan aku melakukan ini. Aku harus melakukan sesuatu untuk Yingzi."
Liang Hualin melihat keteguhan dan keberanian di mata Chu Yuan, akhirnya hatinya luluh. Ia mengangguk kuat: "Baiklah! Tapi kau harus berjanji padaku: jangan sembrono menantang bahaya, harus bisa menjaga diri, laporkan segala perkembangan secepatnya. Soal biaya, jangan sungkan minta. Ngomong-ngomong, bisa menyetir?"
Chu Yuan menggerutu: "Pernah belajar mobil pertanian, punya SIM." Liang Hualin menjawab: "Asal ada SIM. Mobil lamaku yang di garasi bisa kau pakai. Ingat pesanku: jaga keselamatanmu baik-baik."
