Chu Yuan menyembunyikan satu hal dari Liang Hualin, yaitu percakapannya dengan Liang Ying sehari sebelum gadis itu meninggal.
Karena kasus penculikan Xia Xue, polisi terus memanggil Liang Ying untuk interogasi. Menurut pemahaman Chu Yuan, seharusnya Liang Ying tidak terlibat. Gadis baik hati ini tak mungkin melakukan hal tak bertanggung jawab seperti itu. Karena itu Chu Yuan selalu menyempatkan waktu menemani dan menghiburnya.
Tapi saat mereka jalan-jalan di tepi sungai, Liang Ying tiba-tiba mengucapkan kata-kata membingungkan. Saat itu Chu Yuan mengira itu hanya luapan emosi, tapi setelah insiden Liang Ying barulah ia menyadari bahwa perkataan itu pasti ada maksud tersembunyi.
Ada satu kalimat Liang Ying yang sangat membekas di benak Chu Yuan: "Setiap orang hanyalah pion, maju mundurnya dikendalikan tangan lain." Awalnya Chu Yuan mengira ia bicara soal kendali keluarga, tapi dari perkataan selanjutnya jelas bukan itu maksudnya.
Liang Ying kemudian menambahkan: "Satu langkah salah akan menarik langkah-langkah salah berikutnya. Saat sadar, sudah terlambat untuk berbalik arah."
Jadi Chu Yuan merasa Liang Ying bermasalah, dia pasti melakukan kesalahan di suatu langkah sehingga dikendalikan dan dimanfaatkan orang lain. Kematian Liang Ying membuatnya menyadari hal ini, alasan tidak memberitahu Liang Hua Lin adalah untuk menjaga citra Liang Ying di hati orang tuanya.
Siapa yang memanfaatkan Liang Ying? Sebenarnya apa yang dilakukan Liang Ying? Chu Yuan tidak tahu. Dia teringat kasus penculikan Xia Xue, kini curiga kasus ini mustahil tidak terkait Liang Ying. Tapi secara logika, sekalipun ada hubungannya dengan Liang Ying, yang seharusnya mati bukan Liang Ying melainkan Xia Xue. Penculikan Xia Xue pasti ada alasannya, mungkin karena dia mengetahui sesuatu yang tidak boleh diketahui. Tapi anehnya dia justru dikembalikan. Jika berhasil kabur, seharusnya para pelaku akan melakukan PEMBUNUHAN terhadapnya. Mengapa justru Yingzi yang tewas?
Chu Yuan duduk diam di kamar asramanya yang berukuran kurang dari 10 meter persegi yang sudah dipenuhi asap rokok. Entah berapa batang sudah dihisapnya. Meski tidak berpendidikan tinggi, Chu Yuan melek huruf. Dia gemar membaca novel, terutama novel penyelesaian kasus. Dia sangat mengagumi detektif fiksi seperti Sherlock Holmes dan Poirot. Mimpi besarnya adalah bisa menyelesaikan satu kasus cantik layaknya detektif idamannya.
Ia tidak menyangka mimpi ini terwujud dengan cara seperti ini, sementara korban dalam kasus ini adalah gadis yang paling ia cintai. Sungguh dramatis dan sarkastik! Chu Yuan menghela napas, menyalakan rokok lagi, tersedak asapnya, lalu batuk keras beberapa kali.
Ia berpikir, bagaimana Sherlock Holmes atau Hercule Poirot akan memulai investigasi jika menghadapi kasus seperti ini. Sayangnya, ia bukan Holmes maupun Poirot. Chu Yuan berdiri, mondar-mandir di kamar kecil itu. Pikirannya beralih ke Xia Xue - mengapa gadis itu diculik? Apakah benar Xia Xue menemukan Yingzi melakukan sesuatu, dan malam itu Yingzi sengaja memancing penculikannya? Chu Yuan memicingkan matanya, merasa ada kilatan ide di otaknya yang tiba-tiba menghilang sebelum sempat ditangkap.
Setelah rokoknya habis, ia turun ke warung kecil. Televisi mungil di warung itu sedang memutar sinetron. Tentu saja ia tidak berminat menonton. Saat mengeluarkan uang untuk membeli sebungkus rokok, telinganya menangkap komentar pemilik warung: "Sinetron ini bikin kesal. Otak penjahatnya terlalu cerdik, selalu bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapai tujuan."
Chu Yuan terdiam sejenak mendengar perkataannya. Sebuah hipotesis berani muncul di otaknya: Penculikan Xia Xue sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan Liang Ying! Seseorang sengaja memanfaatkan konflik antara Liang Ying dan Xia Xue hari itu untuk membuat sandiwara ini! Tujuannya agar Liang Ying menjadi sorotan publik dan dijadikan target!
Jika demikian, ini bisa menjelaskan mengapa Xia Xue bisa kembali dengan selamat tanpa dibunuh untuk menutup mulut.
Sedangkan Liang Ying yang sudah dicurigai, kematiannya akan dianggap sebagai bunuh diri karena merasa bersalah di mata orang lain. Ini membuat pembunuh sejati lolos dari hukuman, setidaknya berhasil mengacaukan air dan mengalihkan perhatian kepolisian.
Chu Yuan agak kagum pada dirinya sendiri. Tidak mudah sampai pada kesimpulan ini. Sayangnya dia tidak tahu bahwa tim khusus sudah lama memiliki hipotesis serupa. Tapi bagi kemampuan Chu Yuan, mencapai pemahaman ini memang luar biasa.
Chu Yuan sangat memahami proses interogasi Liang Ying oleh polisi. Semua berawal ketika Liang Ying menemukan buku kecil di tas teman sekelasnya, melihat sekilas, lalu ketakutan dan diam-diam mengembalikannya. Xia Xue melihat kejadian ini, dan kesalahpahaman dimulai dari sini. Disusul hilangnya Xia Xue, kepulangannya, hingga kematian Liang Ying.
Setiap langkah memiliki tujuan jelas, bisa dibilang saling terkait seperti mata rantai. Namun Chu Yuan sudah memahaminya, kunci masalahnya ada di sumbernya, yaitu bagaimana buku kecil itu bisa ada di tas ransel seorang siswa? Siapa yang menaruhnya di sana? Mengapa Liang Ying kebetulan melihatnya? Pandangan Chu Yuan jernih dan bersinar, ia menemukan titik lemahnya. Menurutnya, selama bisa memecahkan misteri ini, urusan selanjutnya akan jauh lebih sederhana.
Tapi dia tidak menyangka, bagaimana mungkin polisi tidak memikirkan hal yang sama? Untungnya dia tidak berpikir demikian, justru ini membuatnya benar-benar menemukan sesuatu. Bukan karena penyelidikan polisi tidak bertanggung jawab, melainkan sudut pandang dan fokus mereka berbeda. Selain itu, yang paling utama adalah status mereka berbeda sebagai aparat, sehingga komunikasi dengan para siswa SMA ini memang memiliki banyak kendala.
Chu Yuan merasa harus menemui siswa pemilik tas yang menjadi tempat penyimpanan buku kecil itu. Tapi dia tidak tahu nama siswa tersebut. Liang Ying tidak memberitahunya. Namun ada satu orang yang pasti tahu - Xia Xue.
Xia Xue tidak menyangka akan ada orang asing yang datang ke sekolah untuk mencari dirinya. Saat Chu Yuan memperkenalkan diri, ia terkejut dan hatinya dipenuhi kewaspadaan. Yang membuatnya terkejut adalah Liang Ying ternyata memiliki pacar pria seperti ini. Meski sebelumnya pernah mendengar polisi mengatakan bahwa malam itu Liang Ying pergi ke lokasi proyek untuk menemui pacarnya, saat bertemu Chu Yuan, selain terkejut Xia Xue juga merasa tidak mengerti - bagaimana mungkin anak laki-laki seperti Chu Yuan bisa tertarik pada Liang Ying? Dengan penampilan Liang Ying yang seperti itu, seharusnya tidak ada lelaki yang mau menyukainya.
Ia tidak tahu mengapa Chu Yuan mencarinya, tapi pasti ada hubungannya dengan Liang Ying. Apakah dia akan merugikan dirinya? Tapi Xia Xue berpikir ini di sekolah, Chu Yuan seharusnya tidak berani bertindak sembarangan.
"Ada urusan apa mencari saya?" Xia Xue benar-benar seperti namanya, dingin. Ia menggunakan sikap dingin ini untuk menutupi kegelisahan di hatinya. Chu Yuan merasa agak gelisah saat berhadapan dengannya. Akhirnya ia mengerti mengapa Liang Ying sering mengatakan selalu merasa inferior saat di sekolah.
"Jangan salah paham, aku tidak bermaksud jahat. Hanya ingin bertanya satu hal." Chu Yuan menggosok-gosokkan kedua tangannya dengan gugup. Xia Xue mengerutkan alis. Sikap Chu Yuan ini membuatnya lebih rileks. Memang tidak terlihat ada niat jahat dari Chu Yuan. Ia menghela napas: "Apa yang ingin kamu tanyakan?"
Chu Yuan berbisik: "Bukankah kau bilang melihat Liang Ying memasukkan sebuah 《Buku Panduan Bunuh Diri》 ke dalam tas ransel teman sekelas? Aku ingin tahu siapa nama teman sekelas itu." Xia Xue tampak bingung, tak mengerti mengapa Chu Yuan menanyakan hal ini. Ia menggigit bibirnya: "Sebenarnya apa maksudmu?" Setelah dialog singkat, emosi Chu Yuan mulai tenang. Rasa kegelisahannya telah menghilang. Dengan tenang ia berkata: "Aku hanya ingin mengungkap kebenaran yang tersembunyi, ingin menangkap pembunuh Yingzi!"
Xia Xue menatap lelaki muda di hadapannya. Ia bisa melihat ketulusan dalam kata-kata Chu Yuan, namun tetap tak percaya bahwa pemuda ini benar-benar memiliki kemampuan tersebut. Meski begitu, ia tetap menyebutkan nama itu: "Huang Qisheng." Mendengar jawaban itu, Chu Yuan mengucapkan terima kasih lalu berbalik pergi. Xia Xue tertegun di tempat, tak memahami apa yang sebenarnya ingin dilakukan Chu Yuan.
Lin Chuan mengetuk pintu. Suara Zhu Yi terdengar dari dalam: "Silakan masuk!" Barulah Lin Chuan memasuki ruangan dan melihat Zhu Yi sedang duduk sendirian di sofa.
"Tuan Zhu, Anda mencari saya?" Lin Chuan bertanya dengan suara malu-malu. Beberapa hari terakhir karena sibuk menemani Yan Ni, ia hampir tak pernah ikut campur dalam urusan tim khusus. Ia mengkhawatirkan apakah Zhu Yi dan yang lain telah melaporkan kabar ini ke komite tanpa kewenangan. Jika benar, hal itu akan sangat mengganggu reputasinya sebagai seorang pemuda.
Zhu Yi tersenyum tipis: "Xiao Lin, silakan duduk, bicaralah sambil duduk." Lin Chuan duduk di sofa seberang Zhu Yi. Di lubuk hatinya ada kegelisahan, dia menduga Zhu Yi pasti membawanya ke sini untuk menegakkan disiplin kerja dengan ketat. Sebelum Zhu Yi bicara, dengan wajahnya memerah karena malu dia berkata: "Tuan Zhu, maaf, dua hari terakhir saya..."
Ekspresi senyum tetap terpancar di wajah Zhu Yi. Dia tahu apa yang ingin diutarakan Lin Chuan. Setelah Lin Chuan selesai mengkritik diri sendiri, barulah dia tertawa: "Xiao Lin, saya tidak memintamu datang untuk membuat laporan introspeksi. Hari-hari ini memang tidak banyak urusan, kehadiranmu pun tidak terlalu berpengaruh." Lin Chuan akhirnya lega.
"Lalu untuk apa Tuan memanggil saya ke sini?" tanya Lin Chuan pelan.
Zhu Yi menarik kembali senyumannya dan memicingkan matanya: "Apakah Du Xiaojun pernah menghubungimu setelah kejadian itu?" Lin Chuan menggeleng: "Tidak." Jawabannya jujur. Dia sangat berharap Du Xiaojun bisa menghubunginya lagi, sehingga dengan membantu tim khusus menemukan Du Xiaojun, setidaknya dia tidak dianggap tak berguna.
Alasan lain keengganannya datang ke tim khusus adalah perasaan dirinya hanya sebagai "pajangan" di sini. Fisika terapan terlalu teknis untuk dijangkau kemampuannya, penyelidikan kasus pun bukan bidangnya. Jika bukan karena kasus ini ada hubungannya dengan komite tanpa kewenangan mereka, mungkin dia sudah langsung pergi begitu saja.
"Apakah dia masih berhubungan dengan bibinya itu, mantan teman sekelasmu?" Zhu Yi bertanya lagi. Lin Chuan baru menyadari bahwa Zhu Yi dan timnya ingin menyelidiki Du Xiaojun melalui dirinya: "Tidak juga. Belakangan ini aku hampir setiap hari bertemu Yan Ni. Jika mereka pernah berhubungan, Yan Ni pasti akan memberitahuku." Zhu Yi berkata dengan tenang: "Kau yakin sekali dia akan memberitahumu?"
Wajah Lin Chuan sedikit memerah: "Dia berjanji padaku, selama Du Xiaojun menghubunginya, dia akan segera memberitahuku." Zhu Yi tersenyum: "Melihatmu begitu percaya diri, apakah hubunganmu dengannya sudah ada kemajuan?" Lin Chuan menundukkan kepala, agak malu: "Aku baru tahu sekarang, ternyata sejak di sekolah dia sudah menyukaiku. Kami... kami sudah mulai berpacaran!" Zhu Yi menatap Lin Chuan dengan pandangan aneh, lalu tertawa: "Sudah kuduga. Segala sesuatu harus dicoba, baru tahu bisa atau tidaknya."
Selanjutnya Zhu Yi tidak banyak bertanya lagi tentang urusan Du Xiaojun. Malah mengobrol santai tentang urusan rumah tangga dengan Lin Chuan. Lin Chuan hanya duduk sekitar satu jam di kamar Zhu Yi sebelum pergi. Setelah kepergian Lin Chuan, senyuman di wajah Zhu Yi menghilang, digantikan oleh kecemasan.
